Sabtu, 20 Juli 2019

Ribetnya merawat motor tua

Sepeda motor tua itu paling aman. Tidak akan dicuri maling. Sebab tidak bisa dijual ke penadah. Terlalu murah. Dibandingkan risiko sang maling yang bertaruh nyawa.

Pengendara motor tua juga jarang disemprit polisi. Sebab polisi tahu motor tua itu bukan hasil curanmor. Biasanya maling motor di Surabaya dan Sidoarjo incar motor-motor balita. Yang usianya di bawah lima tahun. Yang harga jualnya masih tinggi.

Tapi ya itu, seperti manusia tua, motor tua sering rewel. Kalau pemiliknya kurang melakukan perawatan dengan baik. Khususnya ganti oli. Telat oli bisa berabe.

Jumat 20 Juli 2019. Saya membawa pasien lansia ke bengkel di Berbek I/45 Waru, Sidoarjo. Yamaha Vega yang sudah mengabdi selama 20 tahun saatnya masuk UGD. Beberapa onderdil jerohan sudah waktunya diganti.

Saya curiga kopling dan kampas ganda yang bermasalah. Ini penyakit berat. Mas Montir sangat sigap melakukan diagnosa. Dinaiki sebentar kemudian membuka jerohan motor itu. 

"Kampas ganda aman, kampas kopling yang parah," katanya. "Tapi rumah kampas gandanya yang kudu diganti."

Sudah kuduga. Termasuk ongkos totalannya. Pasti di atas 400 atau 500an rupiah. Sebab rumah kopling biasanya di atas 200. Bahkan ada motor yang rumah koplingnya di atas 400 versi Bukalapak itu.

Reparasi besar pasti lama. Maka saya pun naik ojek ke kawasan Jembatan Merah Surabaya.

 "Total di atas 500. Silakan diambil motornya," kata Baba pemilik bengkel via telepon.

"Besok saja. Sudah kesorean," jawab saya.

Begitulah lika-liku kendaraan lawas. Kudu telaten merawat agar usianya bisa panjang. 

Di bengkel itu saya melihat 6 motor yang sedang diservis. Tiga di antaranya motor balita. Alias motor matic yang usianya belum 3 tahun.

"Servis besar karena ada onderdil yang rusak," ujar sang pemilik motor matic asal Sedati.

Ohhh... hohoho... ternyata motor lawas dan baru sama saja. Sama-sama masuk UGD.

 "Motor-motor baru memang lebih cepat rusaknya ketimbang motor lawas. Apalagi kalau pengendaranya ceroboh dan tekat oli," kata Mas Bengkel.

3 komentar:

  1. Setelah 20 tahun motor ben dino ditumpaki, sekali ganti kopling kena biaya 500 ribu. Dibilang murah, ya lumayan mahal. 20 menit numpak sang bidadari Vanessa sambil sekali ngetap oli, kena biaya 80 juta. Dibilang mahal, ya sangat mahal.
    Lumayanan ganti kopling.
    Tahun '63 motor saya Zündapp falconette KS50 juga sering rusak, sebab sering dipakai ngetreck ke Tretes, sampai seker-nya ceket. Kala itu numpak motor dari Ambengan Surabaya sampai Celaket Malang hanya butuh waktu 90 menit, jalanan masih sepi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. haiyaaa... kalau numpak motornya vanessa ya siji maneh. sekali numpak iso tuku 5 motor matic anyar made in saudara tua Nippon.

      Hapus
  2. Zundapp pancen ciamik. Motor antik yg disukai arek2 komunitas motor di Jatim. Motor lawas yg dulu biasa ditumpaki pater2 eropa di NTT kalau jalan kampungnya lumayan bagus. Kalau jalannya jelek kayak di Lembata bagian tengah ya pater2 naik kuda atau jalan kaki aja.

    Motor Nippon sekarang model matic semua. Gak sampe 5 tahun sudah gak karuan. Apalagi kalau dipakai di NTT kayak Lembata. Atau di kampung2 tambak di Sidoarjo kayak Tlocor atau Kedungpeluk yg jalannya kayak reli paris dakkar itu.

    Motor Nippon yg tahan banting itu motor laki2. Sekarang produksi motor sangat melimpah karena jadi tumpangan hampir semua orang Indonesia. Sengaja dibuat cepat rusak, usia pakai terbatas, biar industrinya jalan. Beda filosofi dengan produk2 eropa tempo doeloe yg dibuat sangat awet dari generasi ke generasi.

    Dulu motornya kakek masih bisa dipakai cucunya. Sekarang cuman cerita nostalgia arek2 komunitas motor.

    BalasHapus