Rabu, 10 Juli 2019

Mana koran pagi ini?

Mulai bulan puasa lalu Pak Prof sepertinya puasa baca koran. Tidak ada lagi koran di depan pintu rumahnya di kawasan Surabaya selatan-timur. Padahal guru besar di Unair ini sudah puluhan tahun melanggan koran.

Baca koran pagi, ngopi.. jadi gaya hidup para dosen, birokrat, atau kaum priyayi. Serasa hampa kalau tidak baca koran. Beberapa isu bahkan jadi bahan obrolan di kampus dan kampung.
Tapi rupanya kebiasaan itu berubah di era milenial. Bapak Prof tak lagi marah-marah kalau koran terlambat kirim. Bahkan pernah telat tiga hari. Pak Prof biasa-biasa aja.

 "Sekarang berita-berita sudah banyak di televisi. Kita juga bisa baca berita-berita di HP. Online. Jauh lebih cepat," begitu antara lain omongan bapak gubes dan kawan-kawan.

Sebagai orang luring, offline, saya resah juga. Jadi saksi mata kehilangan pamor surat kabar. Justru di kalangan pemikir senior. Bukan hanya anak milenial, orang-orang sepuh pun mulai merambah ke jalur daring.

Tadinya saya pikir puasa koran ini hanya sampai akhir Ramadan. Setelah libur panjang Lebaran koran pagi dikirim lagi ke rumah. Eh... sudah seminggu ini tidak ada koran di dekat pintu teras depan. Berhenti berlangganan?

"Sudah stop (langganan). Bapak sudah tidak baca koran," kata asisten rumah tangga. Wanita 30an tahun ini tidak tahu alasan majikannya, bapak gubes, tidak lagi baca koran.

Zaman memang berubah. Masa kejayaan surat kabar sudah berlalu. Koran-koran kertas makin tipis. "Mutunya juga sangat menurun. Liputan yang mendalam sangat jarang," kata Slamet, pensiunan wartawan yang tinggal di Kabupaten Sidoarjo.

Sampean masih langganan koran?

"Gak langganan maneh. Sudah tahunan berhenti (langganan). Saya bisa baca berita-berita di hape atau laptop," katanya.

Miris rasanya mendengar omongan Slamet. Sebab pria ini dikenal sebagai gurunya wartawan-wartawan di Surabaya pada 1990an hingga pertengahan 2000an. "Era digital ini menjadi tantangan berat untuk media cetak," katanya.

Sampai kapan koran-koran cetak bisa bertahan? "Kalau bisa sih selama mungkin. Selama masih ada orang yang membeli, membaca, dan memasang iklan di koran," katanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar