Dulu orang Lembata hanya mengenal dua agama: Kiwan (Katolik) dan Watan (Islam). Ditambah agama leluhur nenek moyang yang tanpa nama. Lama-lama agama asli ini hilang karena rakyat Indonesia diwajibkan menganut agama resmi yang diakui pemerintah.
Karena itu, sejak kecil orang Lembata, khususnya Kecamatan Ile Ape, hanya tahu dua agama di Lembata: Katolik dan Islam. Adakah gereja Protestan di Lembata? Tidak banyak orang kampung yang tahu. Orang Protestan pasti ada karena banyak pegawai atau karyawan yang bekerja di Lembata.
"Saya belum lihat ada gereja protestan di Lembata," kata teman saya yang rupanya kurang blusukan di kampung halamannya sendiri.
Yang pasti, para jemaat Protestan sudah merintis gereja sejak 1970an. Masih sebatas kebaktian dari rumah ke rumah. Para perintis berasal dari Timor dan sekitarnya. Gereja Masehi Injili Timor (GMIT), denominasi terbesar di NTT.
Seiring perkembangan Lembata dari segi ekonomi dan pemerintahan (pembantu bupati Flores Timur), pegawai dan jemaat kristiani non Katolik makin banyak yang datang ke Lembata. Mereka tentu membutuhkan gereja untuk kebaktian rutin. Sama dengan minoritas katolik yang migrasi ke Kupang, Sabu, Rote, Sumba dsb.
Maka, pada 15 September 1981 diresmikan GMIT di Lembata. Gereja kecil tapi cantik. Namanya Sola Fide. Di Lembata sering salah eja menjadi Sola Vide. Bahkan di Lewoleba ada Jalan Sola Vide di dekat gerejanya orang Timor itu.
Orang Lembata yang Katolik rupanya lupa dengan Fide yang artinya iman. Sola Fide, Sola Gratia, Sola Scriptura. Tiga sola itulah slogan awal gerakan protestanisme saat mereformasi Katolik di Eropa.
Nah, rupanya jemaat protestan terus bertambah. Pada 29 November 1983 GMIT Lembata dikukuhkan menjadi jemaat yang mandiri. Saat bersamaan Bupati Flores Timur Hamonangan Iskandar Munthe meresmikan gereja sebagai tempat kebaktian.
Sejak itulah orang Lembata mulai mengenal Gereja Kristen Protestan. Belakangan muncul juga beberapa gereja aliran pentakosta dan karismatik. Bahkan, kemarin saya melihat ada Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh di kawasan Waikomo. Tidak jauh dari Rumah Sakit Damian dan Rumah Sakit Bukit.
"Lembata sekarang sudah berubah menjadi kota. Kalau dulu jarang ada orang Jawa, sekarang gampang sekali menjumpai orang Jawa di pasar, rumah sakit, dan sebagainya," kata Anton, tukang ojek di Lewoleba.
Mr Tjio
7:28 AM, December 30, 2018
Sejak tahun 2000 setengah masa hidup-saya, saya habiskan di Tiongkok. Mulai Heilongjiang di utara sampai Hainan di selatan pernah saya kunjungi. Saya cuma sekali kebetulan melihat gereja katolik di Tiongkok, yaitu di Wangfujing Beijing. Kalau gereja2 Protestan di Tiongkok keleleran.
Di Kota tempat saya tinggal ada sebuah gereja Protestan yang cukup besar, dibangun oleh missionaris orang Amerika pada awal abad ke-20. Di desa-nya Xiao-mei, pembantu saya, yang terpisah hanya 6 Km , juga ada sebuah gereja Protestan. Rumahnya si-gendhok persis dibelakang gereja. Sekeluarga-nya Xiao-mei adalah orang nasrani-protestan. Biasanya orang China ( suku mayoritas Han ) hanya boleh punya anak satu, tetapi gendhok-saya punya saudara 5 orang.
Orang kristen taat tidak mau aborsi, selain itu dia adalah suku minoritas Li. Orang suku minoritas di Tiongkok boleh punya anak sesukanya dan sebanyaknya. Mau memeluk Agama apa pun, sak karepe awake. Suku minoritas Tiongkok adalah orang asli tanah air mereka, jadi bangsa pendatang haruslah menghormati adat-istiadat orang pribumi. Lho wong Cino komunis yo iso ngerti tata-krama.
Waktu pertama kali si-gendhok Xiao-mei melamar bekerja ditempat saya, saya menatap wajahnya sambil bersenyum, dia-nya langsung berkata : Xiansheng, wo ye shi zhongguoren !
( Tuan, saya juga seorang Cina ! ).
Sebabnya si-gendhok berkata demikian adalah sbb.:
Xiao-mei adalah seorang gadis China suku minoritas Li, matanya besar bak bintang timur, kulitnya sawo-matang bak putri Lomblen, tidak putih ala Inul, giginya rata putih, hitungnya mancung, rambutnya lurus terurai sampai dipinggul. Pokoknya Xiao-mei tak bedanya anak gadis asli Indonesia yang cantik.
Lacurnya si-gendhok justru merasa minder, rendah diri, karena kulitnya berwarna gelap. Semua cewek di Tiongkok mendambakan kulit warna putih-gamping. Jadi maksudnya Xiao-mei, saya orang Hitachi = Hitam Tapi China !
Gendhok cino kuwi ora paham lek juragane bocah cine-bali, sing ben dino ber-angan2 rabi karo janda meduro. Ket biyen wis tuwuk ndelok wong wedhok kulit sawo-matang wuda, melalung, adus ning kali.
Si-gendhok mengira saya adalah seorang cina yang lahir dan besar di Eropa, dikira saya tidak mengerti cara membuka degan, cara makan tape ketan, cara mengukus ubi, tela dan keladi. Daripada repot menerangkan letaknya pulau Bali, lebih baik dibiarin saja dia nya mau berwasangka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar