Tampilkan postingan dengan label Surabaya Raya. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Surabaya Raya. Tampilkan semua postingan

Senin, 01 Juli 2024

Jawa Pos 75 Tahun, Nasionalisme The Chung Shen di Kembang Jepun

Jawa Pos genap 75 tahun. Hari jadinya dirayakan sangat meriah pada 1 Juli 2024 lalu. Dress code nuansa tempo doeloe atawa retro.

Band yang diundang pun bawakan lagu-lagu Koes Plus. Ada juga lagu Chrisye. Sangat meriah. 

Bukan itu saja. Para pembaca setia Jawa Pos dan semua koran Radar ikut undian berhadiah sepeda motor dan mobil. 

Luar biasa! Di era media sosial, digital, ternyata surat kabar cetak masih ada. Setidaknya Jawa Pos masih perkasa. 

Di hari jadi ke-75 Jawa Pos bahkan terbit 76 halaman. Gak kaleng-kaleng. Ini fenomenal karena koran nasional terbesar (doeloe) di Jakarta sekarang hanya bisa terbit 16 halaman. Edisi ulang tahunnya pun hanya 16 halaman.

Dukut Imam Widodo, penulis Soerabaia Tempo Doeloe, secara khusus memuji Jawa Pos sebagai koran yang sangat tangguh. JP sudah jadi legenda Surabaya. Legenda Jawa Timur. Bahkan legenda Indonesia.

Jawa Pos terbit perdana pada 1 Juli 1949 di Kembang Jepun. Pusat Pecinan Surabaya. Yang sekarang ada gapura Kya-Kya itu. 

The Chung Sen pengusaha Tionghoa punya visi besar menerbitkan surat kabar di masa revolusi fisik. Indonesia memang sudah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 tapi Belanda masih ada tahun 1949. Belanda baru menyerahkan kedaulan pada akhir Desember 1949.

Dalam suasana yang tidak menentu itu The Chung Sen berani menerbitkan koran Java Post (nama asli Jawa Pos) dalam bahasa Indonesia. "Itu karena rasa nasionalisme Pak The yang tinggi," kata Dukut.

Mana ada pengusaha Tionghoa yang cari duit dengan bikin koran tahun 1949 kalau tidak ada idealisme dan rasa kebangsaan? The jelas memilih berada di kubu merah putih. Beda dengan penguasaha-pengusaha kelas kakap lain di kawasan pecinan yang memilih kabur ke Belanda atau Tiongkok saat genting itu.

Dukut Imam Widodo menulis:

"The Chung Shen mendirikan koran Java Post bukan lantaran bisnis surat kabar kalau itu menjanjikan kenikmatan. Sama sekali tidak! Rasa kebangsaan The Chung Shen sebagai orang Indonesia jauh lebih berbicara daripada urusan cuan!"

Satu per satu koran tua di Surabaya, Indonesia umumnya, mati karena rugi, bangkrut, dibredel dsb. Banyak juga yang dibredel internet dan media sosial. 

Jawa Pos jadi satu-satunya koran tempo doeloe yang masih bertahan. Bukan sekadar bertahan tapi berkembang biak ke seluruh Nusantara.  Terus beradaptasi dengan era digital.

Dirgahayu Jawa Pos!

Minggu, 19 Mei 2024

Gereja Katolik Bebas St Bonifacius dan Perhimpunan Theosofi di Surabaya

Di Surabaya, dekat Taman Bungkul, ada Gereja Katolik Bebas St Bonifacius. Bangunannya khas gereja zaman Hindia Belanda. Tidak besar tapi menarik.

Banyak orang Katolik Roma heran ada Gereja Katolik Bebas? 

Apakah ada hubungan dengan Katolik biasa (yang tidak bebas)? 

Liturginya bagaimana? 

Kolom agama di KTP jemaatnya ikut agama apa? Katolik atau Kristen Protestan?

Dulu saya pernah menulis agak panjang Gereja Katolik bebas. Tapi hilang di blog lama. Saya pernah dua atau tiga kali ikut misa di Katolik Bebas itu. Ingin tahu liturginya seperti apa.

Ternyata secara umum hampir sama dengan ekaristi di Katolik Roma. Bahkan sama dengan misa di Gereja Katolik sebelum Konsili Vatikan II. Pastornya membelakangi umat. Ada pagar pembatas area altar dengan jemaat.

Kata-kata liturgi pun boleh dikata 11/12 dengan Katolik Roma. Cuma beda terjemahan saja. Lagu-lagunya tenang, meditatif, banyak pendarasan Mazmur macam di biara-biara.

Bedanya, Gereja Katolik Bebas tidak mengakui Paus di Vatikan. Pusat gerejanya di Belanda kalau tidak salah. Gereja ini sangat mirip Katolik Roma meski di Indonesia digolongkan sebagai Kristen (Protestan). Sebetulnya kurang cocok disebut Protestan.

Gak nyangka, Stefanus Nuradhi, anggota komunitas tempo doeloe, ternyata tahu banyak tentang Gereja Katolik Bebas. Bahkan, dia pernah jadi misdinar alias putra altar di GKB St Bonifacius.

"Berkunjung ke dua bangunan berdampingan di Jalan Serayu 9 dan 11  sama saja kembali ke kenangan waktu remaja dulu. Bagaimana tidak, karena waktu itu saya aktif sebagai anggota PPTI (Perhimpunan Pemuda Theosofi Indonesia Cabang Surabaya "JYOTI", dan juga misdinar di GKB St. Bonifacius," tulis Stefanus.

Gereja Katolik Bebas St Bonifacius Surabaya dibangun tahun 1923. Peletakan batu pertama dilakukan oleh Loji Mason St Germain, dibangun oleh Nedam dan didesain oleh Jo & Sprey.

Tahun 1926 Gereja Katolik Bebas St Bonifacius diresmikan oleh Bishop (Uskup) regional Hindia Belanda waktu itu J.L. Mazel. Gedung itu secara terus-menerus dipakai untuk ibadah hingga sekarang.

"Bentuk bangunan gereja sendiri sepertinya terinspirasi gereja kecil distrik di Eropa," kata Stefanus yang kini anggota Gereja Katolik (Tidak Bebas) di Jalan Kepanjen, Surabaya.

Di sebelahnya, pada tahun 1929 dibangun gedung loji  St. Germain. Peletakan batu pertamanya dilakukan oleh C.W. Leadbeater pada hari Sabtu 3 Agustus 1929. Peresmiannya oleh A.G. Vreede pada 23 Agustus 1930.

"Dua gedung ini merupakan warisan heritage buat Surabaya, yang sarat dengan sejarah gerakan Theosophical Society yang didirikan oleh Helena Petrovna Blavatsky dan Col. Olcott di NY 1875 dan menyebar ke seluruh dunia termasuk Indonesia. Tahun 1882 pusat pindah ke Adyar, India."

Dalam perkembangannya Theosofi memiliki dua sanggar. Satunya di Jalan Kedungdoro 4 dengan status sewa untuk kegiatan organisasi dan gathering.

Sedangkan gedung di Jalan Serayu 9 untuk pendalaman esoteris theosofi. Saat ini Perhimpunan Theosofi Tjabang Indonesia (PTTI) telah berubah jadi Perhimpunan Warga Theosofi Indonesia Sanggar Penerangan. 

Jumat, 17 Mei 2024

Monggo Dipun Badhog bersama Dukut Imam Widodo - Nostalgia Kuliner Surabaya

Sesekali Ayas nyambangi Dukut Imam Widodo di Wiguna Tengah, Gunung Anyar, Surabaya. Kera Ngalam asli ini dikenal sebagai penulis buku-buku tempo doeloe di Jawa Timur. Kebetulan dia menguasai bahasa Belanda, Inggris, Arab (pernah kerja di Saudi), sedikit Prancis.

Sam Dukut ini kebetulan satu alumni dengan Ayas di Mitreka Satata alias SMAN 1 Malang. Ayas kasih tau ada acara Uklam Tahes - jalan sehat - semacam reuni tipis di Oud School van Ngalam. Sam asli Lowokwaru ini biasanya males ikut uklam tahes atawa reuni-reunian.

Obrolan pun apa lagi kalau bukan buku-buku karangan Dukut Imam Widodo. Salah satunya MONGGO DIPUN BADHOG. Ayas dulu kaget dengan kata badhog. Banyak orang bilang kasar. Tidak sesuai dengan tata krama dan unggah-ungguh Jowo.

Tapi bukan Sam Dukut kalau tidak bisa membuat alasan yang tokcer. Pertanyaan soal "badhog" juga disampaikan saat peluncuran buku itu di CCCL Surabaya.

Ada seorang ibu komplain. Mengapa judul bukunya kok kurang sopan? Kata badhog atau mbadhog itu gimana gitu.

Sam Dukut mengenang:

"Saya tanya ke Ibu itu: Buk, Sampean pernah blusukan di kampung-kampung Suroboyo? Ibu itupun njawab, ndak pernah. Itulah masalahnya.

Untuk soal 'makan', Wong Suroboyo ndak ada yang bilang 'dahar'. Lazimnya mereka bilangnya 'mbadog'. Yang agak kasar sedikit 'nyosrop', atau 'njeglak'. Jadi, itulah alasannya mengapa buku ini judulnya Monggo Dipun Badhog yg nyritakan kuliner tempo doeloe di Surabaya."

Kata-kata bahasa Jawa memang banyak sinonimnya. Dan rasa bahasanya beda. Ada yang netral, biasa, kasar, kasar banget, halus, hingga halus bangeeet. Badhog ini termasuk kata kasar banget, kata ibu itu dan banyak orang Jawa umumnya.

Dukut Imam Widodo menceritakan dengan gaya khas jenaka aneka makanan khas Suroboyo. Bikang, onde-onde, nogosari, kucur, getas, klepon, lopis, klanting, gethuk.

Ada lagi badhogan berkuah seperti soto, rawon, tahu campur, lontong balap, kupang lontong.

"Tapi, Dulur, pernahkah Sampèyan mendengar nama mageli, santinet, gempo, kulpang, klethikan, juwawut, roti benthel, bubur manggul, bongko, selong, lempang-lempung, srebe, kompolan, bledus, bobohan, kreco, jemunek, srinthil, gebedel, dumbleg, grobyak, dan masih banyak lagi nama-nama aneh lainnya.

Bisa jadi Sampean sudah pernah dengar bahkan sudah pernah merasakannya. Tapi bagi yang belum, mungkin akan bertanya-tanya dalam hati: Iki ngono jenenge badhogan opo limbah pabrik?"

Minggu, 12 Mei 2024

Surabaya dan Malang Sudah Jadi Kota Besar Sejak Zaman Hindia Belanda, Berikut 10 Kota dengan Populasi Eropa Terbanyak Tahun 1930

Banyak anggota kelompok gedung tua seakan heran dengan banyaknya bangunan peninggalan Belanda di Surabaya. Minggu pagi ini (12/5) Ben Malkan menulis komentar:

"Banyak jg ya Orang Europe (Belanda) yg menetap di Surabaya klu menilik dr bangunan2 yg ditinggalkannya."

Anggota dari Jogja ini rupanya kurang pengetahuan tentang perkembangan kota-kota dan persebaran penduduk pada masa Hindia Belanda. Soerabaia - atau Soerabaja, kemudian ganti ejaan jadi Surabaja dan Surabaya - sejak dulu memang sudah jadi kota besar di Nusantara. Beda tipis dengan Batavia - sekarang Jakarta.

Soerabaia adalah kota dagang utama Hindia Belanda karena ada pelabuhan di Kalimas dan Tanjung Perak. Batavia juga punya pelabuhan. Karena itu, wajarlah kalau populasi orang Belanda (Eropa) di Soerabaia sangat banyak. Sedikit di bawah Batavia.

Populasi Bangsa Eropa (Belanda) di Hindia Belanda Tahun 1930

1. Batavia        37.278 
2. Soerabaia   26.463
3. Bandoeng   19.664
4. Semarang   12.577
5. Malang         7.530
6. Djokja          5.604
7. Buitenzorg   5.239
8. Medan           4.292
9. Magelang    4.189
10. Makassar   3.600

Malang sangat menarik. Meski bukan ibu kota provinsi, kota dingin ini sejak zaman Belanda sudah jadi kota besar kelima di Hindia Belanda. Bangsa Belanda ada 7.530 jiwa di Malang. Jauh lebih banyak ketimbang Jogjakarta atau Medan atau Makassar.

Maka, pantaslah kalau di Malang ada begitu banyak gedung peninggalan Hindia Belanda yang masih bertahan hingga kini. 

Buitenzorg alias Bogor mirip Malang di Batavia. Sama-sama kota sejuk. Sama-sama dijadikan tempat tinggal dan istirahat bagi orang Belanda untuk melepas penat setelah bekerja keras di Batavia.

Jumat, 10 Mei 2024

Hotel Tanjung Surabaya Tinggal Kenangan, Dijual setelah Kalah Bersaing di Era Milenial

Semalam Ama duduk di depan Hotel Tanjung, Jalan Panglima Sudirman 43-45 Surabaya sambil menunggu nobar pertandingan Indonesia U-23 vs Guinea di samping belakangnya. Ngeri-ngeri sedap suasananya. Suwung.

Salah satu hotel tua di tengah Kota Surabaya itu kosong melompong. Jadi bangunan mangkrak. Ada beberapa banner besar: DIJUAL. Rupanya belum laku meski sudah lama Hotel Tanjung ditutup dan ditawarkan kepada khalayak di media sosial dan banner besar.

Ama lalu coba hubungi nomor yang tertera di spanduk itu. Mbak Susi sang agen  properti membenarkan bahwa tanah dan bangunan eks Hotel Tanjung memang dijual. Siapa berminat?

Susi menulis pesan pendek di WA:

"Luas 2170m (40x52) l. Dua Sertifikat (1755m HGb sd 2036 dan 415 m SHM).  55 kamar kosongan."

Berapa yang diminta? "Harga 60 juta per meter," kata Susi.

Apakah sudah ada yang berminat?
"Iya, ada beberapa perusahaan minat dan msh dlm proses pengajuan."

Wawancara atau lebih tepat obrolan pendek itu selesai. Sebab laga krusial timnas Indonesia vs Guinea segera dimulai. Informasi dari Susi sangat penting meski hanya sekilas.

Hotel Tanjung termasuk salah satu hotel tua di Surabaya. Tempo doeloe atawa zaman Hindia Belanda sudah ada ini hotel dengan nama Pension Palmenlaan.

Doeloe (ejaan lama sebelum kemerdekaaan) banyak sekali hotel di Surabaya yang pakai nama pension. Pension Embong Tandjoeng, Pension Embong Woengoe, Pension Splendid, Pension Klopper, Pension Laarman, Pension Huize Wolf dsb dsb.

Pension ini tidak ada hubungan dengan pensiun atau pensiunan. Mbah Gugel menulis:

"A pension hotel is usually not a boarding house, but is a real hotel. A pension hotel provides rooms with no or few amenities. They usually have private bathrooms with showers. A pension hotel usually has a window air conditioning unit, but the hallways and other areas of the hotel are usually cooled only by fans."

Kembali ke Pension Palmenlaan di Jalan Palmenlaan (sekarang Jalan Panglima Sudirman). Bangunan lama pada zaman Belanda dibongkar lalu dibangun hotel baru pada 1970. Dinamakan Hotel Tanjung.

Lokasinya yang sangat strategis di tengah Kota Surabaya. Karena itu, dulu Hotel Tanjung termasuk salah satu hotel yang sangat laris. Okupansinya selalu tinggi.

Selain jual kamar, Hotel Tanjung juga punya tempat untuk seminar, pertemuan, pesta, serbaguna lah. Ama dulu sering mengikuti seminar-seminar di Hotel Tanjung ini.

Sebelum 2000-an sebagian besar tim sepak bola yang bermain di Surabaya biasanya menginap di Hotel Tanjung. Selain nyaman dan wah (pada masanya), jarak ke Stadion Tambaksari juga tidak terlalu jauh. 

Karena itu, dulu banyak anak muda yang datang ke Hotel Tanjung untuk minta tanda tangan pemain-pemain sepak bola top atau pelatih. Sekaligus ngobrol atau wawancara tipis-tipis dengan pemain idolanya.

Salah satunya Fifin gadis asal Malang berdarah Madura. Modusnya minta tanda tangan Paul Cumming, pelatih Perseman Manokwari, tahun 1980-an. Fifin juga memanfaatkan Paul untuk praktik berbicara dalam bahasa Inggris dengan native speaker.

Tak disangka, hubungan antara Fifin dan Paul Cumming makin erat dan sulit dipisahkan. Mereka akhirnya jadi pasangan suami istri hingga mau memisahkan. Paul Cumming meninggal tahun 2023 lalu di Malang.

"Hotel Tanjung itu penuh kenangan dan nostalgia. Saya kenalan dan akrab dengan Paul ya di situ," kata Fifin.

Kini, hotel tua yang punya banyak kenangan dan romantisme itu - bagi orang-orang lawas - tinggal kenangan. 

Rabu, 08 Mei 2024

BMKG Tanjung Perak Minta Warga Waspada Banjir Rob di Kawasan Pesisir Surabaya 7--12 Mei 2024

Bulan Syawal segera berlalu.
Acara halalbihalal usai sudah.

Memasuki fase bulan baru, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Tanjung Perak Surabaya mengeluarkan peringatan waspada pasang laut maksimum di kawasan pesisir Jawa Timur.

Pasang maksimum itu terjadi pada 7--12 Mei 2024. Air laut seperti biasa terdampak gaya gravitas bulan sehingga pasangnya lebih tinggi dari angka normal. 

Ketinggian genangan air laut atau banjir rob bisa mencapai 120 hingga 140 sentimeter. Sudah barang tentu banjir rob akan berdampak pada aktivitas penduduk atau perkampungan di kawasan pesisir. 

Aktivitas transportasi di jalan raya dekat pesisir pun berpotensi mengalami gangguan akibat masuknya air laut ke daratan. BMKG meminta masyarakat untuk mengantisipasi kawasan pesisir selama fase bulan baru ini.

Sejumlah kawasan di Kota Surabaya yang disebut BMKG terdampak banjir rob antara lain Pelabuhan Tanjung Perak, Pelabuhan Kalimas, Surabaya Barat hingga Gresik dan Lamongan.

 Ketinggian banjir rob bisa mencapai 140 cm pada pukul 09.00 sampai 11.00.

Kawasan pesisir Surabaya Timur pun bakal terdampak banjir rob seperti Kenjeran dan Pamurbaya. Ketinggian air laut mencapai 120 sampai 130 sentimeter pukul 10.00 sampai 12.00 WIB. 

"Banjir rob itu memang sudah biasa. Kita-kita yang tinggal dekat laut sudah gak asing lagi kayak jangan asem aja," kata Mak Tik pedagang makanan di Pantai Ria Kenjeran.

Mak Tik sudah berjualan dan tinggal di pesisir Pantai Kenjeran sejak awal 2000-an. Menurut dia, banjir rob tidak begitu berdampak di sekitar Kelenteng Sanggar Agung, Patung Buddha Empat Muka hingga sentra PKL karena tanggul di pinggir pantai cukup tinggi. 

Selasa, 07 Mei 2024

Suster Maria Lourdes Uran MC dari Lembata Ketua Yayasan Santa Clara di Surabaya

Bapaknya suster ini sebetulnya satu desa dengan saya di Lomblen Island alias Pulau Lembata, NTT. Cuma beda kampung atau dusun. Kami di bukit, mereka di tepi pantai.


Namun, Ama Bean pada tahun 70-an pindah ke Lewoleba, sekarang ibu kota Kabupaten Lembata. Ama Niko, bapaku, tetap betah jadi orang desa meski sering diajak pindah ke kota yang ada listrik dan lebih maju.

 Ama Niko kemudian membeli tanahnya Ama Bean di Desa Lamawara dan bangun rumah di situ. Lokasinya dekat pantai dan sumur. Kampung nenek moyangku jauh di bukit. Jauh dari sumur dan pantai.

Ama Bean punya beberapa anak yang sangat cerdas - ukuran NTT. Salah satunya Lourdes. Cita-citanya jadi biarawati terkabul. Lourdes akhirnya berhasil menjadi Suster Maria Lourdes Uran, M.C.

 Kongregasi atau ordo Misionaris Claris. Biasa dikenal dengan Susteran Santa Clara.  Mereka punya 12 atau 15 sekolah di Surabaya, Klaten, NTT, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat.

Suster Maria Lourdes Uran MC sudah lama dipercaya jadi Ketua Yayasan Puspita Kencana. Yayasan inilah yang mengelola semua sekolahan Santa Clara di seluruh Indonesia.

Gak nyangka ada orang Lembata jadi pimpinan yayasan yang cukup terkenal di Surabaya. Sementara (hampir) semua orang Surabaya tidak tahu di mana Pulau Lembata itu.

Dulu saya tinggal di Ngagel Jaya Selatan. Gerejanya di Paroki SMTB (Santa Maria Tak Bercela) yang pernah dibom pada 13 Mei 2018 itu. Gereja itu dempet Susteran MC dan sekolahan Santa Clara.

Sekali-sekali saja saya bertemu Suster Lourdes. Sekaligus praktik bicara bahasa daerah Lamaholot yang makin kagok saking lamanya merantau di Jawa. 

Setelah pindah ke Gedangan, Sidoarjo, kemudian pindah lagi ke kawasan Rungkut, saya tak pernah lagi bertemu suster yang masih keluarga jauh ini. Sebab parokiku memang tidak lagi di Ngagel.

Entah mengapa, tadi malam saya bermimpi ketemu Suster Maria Lourdes Uran. 

Mungkin saya diingatkan untuk sembahyang kontas (istilah di kampungku untuk doa rosario) karena bulan Mei adalah bulan Maria. Orang Lembata saban hari sembahyang kontas setiap bulan Mei dan Oktober.

Ina Maria, peten kame ata nalan.
Bunda Maria, ingatlah kami orang berdosa.

Senin, 06 Mei 2024

Pabrik Paku Madjid Asnoen di Waru Diresmikan dengan Pesta Rakyat pada 26 Mei 1957


Ada kawan di Malang punya koleksi Pewarta Soerabaia, surat kabar tertua di Jawa Timur. Edisi 27 Mei 1957. Ada berita singkat tentang peresmian Pabrik Paku Madjid Asnoen di Waru Sidoarjo.

Aha... koleksi koran tempo doeloe itu sekaligus menjawab pertanyaan kawan-kawan di Surabaya dan Sidoarjo. Sekaligus meluruskan informasi di buku Surabaya City of Work karya Howard Dick bahwa pabrik paku di Waru diresmikan oleh Presiden Soekarno.

Yang betul, seperti ditulis Pewarta Soerabaia, Pabrik Paku Madjid Asnoen diresmikan oleh Gubernur Jawa Timur Samadikoen pada 26 Mei 1957. Acara peresmian sangat meriah dengan pesta rakyat.

Pabrik paku di perbatasan Surabaya dan Sidoarjo ini dibangun dengan biaya Rp 20 juta. Produksi tiap hari 15 ton paku.

Bila mesin diesel dapat berjalan maka produksi bisa mencapai 30 ton paku. Saat diresmikan mesin tersebut sedang disetel. Belum dioperasikan.

Koran Pewarta Soerabaia yang terbit di Jalan Petjinan Kulon (sekarang Jalan Karet) menyebut Pabrik Paku Madjid Asnoen ini sebagai pabrik pertama di Indonesia yang menggunakan mesin-mesin otomatis dan modern.

Peresmian pabrik paku legendaris itu juga dihadiri oleh Gubernur BI Mr Sjafruddin Prawiranegara, bekas Menteri Luar Negeri Roeslan Abdulgani, Wakil Menteri Perindustrian Prof Mr Prajoedi, dan Wakil Menteri Perdagangan Mr Boerhanoeddin.

Madjid Asnoen mengatakan pendirian pabrik paku di Waru ini tidak mudah. Banyak kendala yang dihadapi, khususnya terkait PP tentang tambahan TPI sampai 50 persen. 

"Tapi berkat keyakinan yang ada serta keteguhan hati yang prihatin maka cita-cita membangun pabrik paku dapat terlaksana," kata Madjid.

Pabrik Paku Madjid Asnoen kemudian jadi pabrik besar yang melayani kebutuhan bahan bangunan di seluruh Nusantara. Bahkan kawasan itu sampai sekarang dikenal sebagai Pabrik Paku. Sebelah timur Terminal Purabaya di Bungurasih.

Rabu, 01 Mei 2024

Universitas Kartini Surabaya di Nginden Dibekukan, Lahan dan Bangunannya Dijual, Siapa Minat?


Ada beberapa perguruan tinggi lama di Surabaya yang kena penalti. Salah satunya Universitas Kartini di Jalan Nginden, Surabaya. Lokasi kampus ini di pinggir jalan  strategis dekat Terminal Bratang.

Warga yang lewat di Manyar, Nginden, Semolowaru, menuju Panjang Jiwo atau Prapen, Jemursari pasti membaca nama kampus itu: Universitas Kartini. Namun, secara akademik kampus ini bukan pilihan mahasiswa kebanyakan. Lebih banyak pegawai, karyawan, atau mahasiswa-mahasiswa tua yang hendak cari ijazah doang.

Proses perkuliahannya dianggap bermasalah oleh Kementerian Pendidikan dan Ristek. Makanya dapat peringatan beberapa kali. Kemudian dicabut izin operasionalnya dua tahun lalu. Kalau tidak salah ada 6 kampus di Jawa Timur yang kena penalti.

Budianto, karyawan Yayasan Universitas Kartini, mengakui kampus yang berdiri sejak 1982 itu sudah tidak aktif lagi. Alias dibekukan. Sejumlah mahasiswa yang tersisa dialihkan ke beberapa perguruan tinggi di Surabaya.

"Ada yang ke Unitomo, Unmer, Tritunggal dan sebagainya. Sekarang sudah selesai (kuliah) mereka," kata Budianto.

Budianto kini ditugasi menjual tanah dan bangunan bekas kampus Universitas Kartini alias Unkar Surabaya itu. Luasnya 2.500 meter. Sudah ada banner "dijual" terpasang di pagar kampus lawas itu.

Berapa harganya?

 "Minta 80 M - Rp 80 miliar. Lahan 2.500 meter itu cukup luas ukuran Surabaya," kata  Budianto.

Lelaki yang juga pengurus yayasan sebuah universitas swasta di Malang itu mengaku sudah banyak orang yang berminat. Panggilan telepon via wasap berdatangan. Namun, belum ada yang cocok.

"Kalau gak laku mau kita sewakan," kata Budianto. 

Senin, 29 April 2024

Mudik dengan Kapal Laut dari Surabaya ke NTT, Jadwal Makin Sulit, Empat Hari di Atas Laut

Jadwal kapal yang terbatas membuat banyak warga di kawasan Indonesia Timur baru bisa balik setelah berlebaran di Jawa pada akhir bulan April dan awal Mei 2024. 

Biasanya penumpang arus balik laut ini didominasi kalangan wiraswasta yang tidak terikat pada jadwal libur atau cuti bersama yang sangat terbatas.

Arus penumpang cukup besar terlihat di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Sabtu (27/4). KM Unsini tujuan Maumere dan Kupang membawa ribuan penumpang yang kembali ke tempat kerjanya di Nusa Tenggara Timur (NTT).

"Naik kapal laut jauh lebih murah meskipun lama. Perjalanan santai saja karena kita kan bukan pegawai negeri atau karyawan perusahaan," kata Mamat, penumpang asal Bojonegoro tujuan Kupang.

Lama perjalanan KM Umsini dari Surabaya ke Kupang selama kurang lebih empat hari. Ini karena kapal milik PT Pelni itu harus menurunkan penumpang di beberapa pelabuhan di Pulau Flores. 

Tiketnya sekitar Rp 500 ribu. Penumpang dapat jatah makan tiga kali sehari. "Tiga malam di atas kapal tapi tidak kelaparan. Mau bikin kopi atau teh atau jajan tinggal pesan aja," kata Mamat.

Yang jadi persoalan selama bulan April 2024 adalah jadwal KM Dharma Rucita VII rute Surabaya - Maumere berkurang drastis. Biasanya ada jadwal setiap pekan. Namun, selama arus mudik dan balik Lebaran malah hanya satu kali. Yakni 22 April 2024.

Lama perjalanan dari Surabaya ke Maumere, Flores, dua hari + tiga jam. Kapal milik perusahaan di Surabaya ini memang jadi pilihan masyarakat Flores dan sekitarnya yang hendak pulang kampung dengan biaya terjangkau.

"Kalau pakai kapal terbang satu orang paling sedikit 1.500 atau 2.000 (Rp 2 juta). Kalau kapal laut 500 sudah bisa pulang ke Flores," kata Frans asal Ende.

Minggu, 28 April 2024

Hampir Seluruh Gedung Kuno di Surabaya Ada Hantunya

Oleh Dukut Imam Widodo
Penulis Buku Soerabaia Tempo Doeloe

"Akung, siapa orang kulit putih yang duduk di meja kerjanya Akung?" tanya Santi (4 tahun), cucu dari Diro teman saya.

Hari itu hari Minggu. Seperti biasa Diro ngajak Santi satu-satunya cucunya untuk jalan-jalan, sampai akhirnya Diro mampir ke kantornya karena kuncinya ketinggalan di kantor. 

Kantor Diro adalah sebuah bangunan kuno peninggalan Belanda di Jalan Gemblongan, Surabaya. Begitu memasuki ruangan kerja kakeknya, meluncurlah pertanyaan dari bocah itu tadi.

Tentu saja Diro kaget. Ia tidak melihat siapa-siapa di tempat ini. Namun ia segera mafhum. Anak kecil memang lebih peka terhadap hal-hal yang bersifat metafisik.

Diro cepat-cepat meninggalkan ruang kerjanya. Ia melihat Santi tersenyum dan 'dadah' melambaikan tangannya pada makhluk tak kasat mata itu.

Begitulah yang dituturkan oleh Diro kepada saya beberapa waktu yang lalu.

Lain pula yang diceritakan oleh Hilman, pemilik sebuah bangunan kuno-megah yang ada di kawasan Kembang Jepun.

Di dalam ruangan kerjanya itu, ia merasa ada sesuatu yang aneh. Seminggu yang lalu ia dapat kiriman satu paket cookies yang isinya bermacam-macam.

Ada nastar, kastengels, garut keju dll. Satu per satu toples roti kering itu ia buka untuk dicoba rasanya. Semuanya enak, persis seperti cookies yang ia rasakan tatkala masih kuliah di Den Haag.

Ia ingat dengan jelas bahwa semua roti kering dalam toples plastik itu ia ambil tiga-tiga. Dan ia sudah bisa memperkirakan sisanya.

Namun pagi ini, ia terkejut. Masing-masing toples yang berjumlah 10 itu, isinya tinggal separuh!

"Pasti ada yang mengambil! Tapi siapa orangnya?"

Semula yang ia curigai adalah Tarman si penjaga malam. Namun kecurigaan itu segera ia tepiskan. Mana mungkin Tarman yang giginya ompong itu bisa mengunyah roti kering?

Ia sengaja tak mau menceritakan hal ini pada Dina sekretarisnya, atau stafnya yang lain. Memalukan, masak direktur kehilangan makanan, seluruh kantor diberi tahu?

Ketika membuka iklan-iklan di Youtube. Tak sengaja ia pun menemukan solusinya. Tanpa berpikir panjang, iapun menelpon perusahaan pemasang iklan itu.

Ketika seluruh pegawainya sudah pulang, petugas dari perusahaan itu pun datang. Ia tidak menceritakan, mengapa ia membutuhkan benda tersebut.

"Pasanglah di tempat yang tidak mencolok!" perintahnya.

"Baik, Pak," jawab petugas itu.

Sejam kemudian pekerjaan itu sudah selesai. Sebuah kamera khusus kini sudah terpasang di ruang kerjanya.

Kisahnya belum bisa dilanjut karena ada tamu.

Hantu-Hantu Belanda Ikut Nonton Film di Gedung Tua Surabaya

Oleh Dukut Imam Widodo
Penulis Buku Soerabaia Tempo Doeloe

Kejadiannya sudah agak lama.

Pada suatu malam saya mengadakan acara launching buku saya "Hikajat Soerabaia Tempo Doeloe" di sebuah gedung kuno di dekat Kebun Binatang Surabaya.  Dalam acara tersebut saya juga memutar filem dokumenter Soerabaia Tahun 1920.

Seorang ibu berambut putih datang menemui saya.

"Mas Dukut yaa?" sapanya.

"Inggih Bu. Panjenengan sinten?" tanya saya karena saya memang tidak kenal dan merasa tidak mengundangnya. 

Dalam acara ini saya hanya mengundang teman-teman dekat saja.

Ibu itu menyebutkan namanya, lantas katanya pula:

"Filem dokumenternya bagus lho, tapi yang menonton bukan kita saja," ujarnya.

Saya tidak mengerti maksudnya, dan dia pun menjelaskan:

"Belanda-Belanda itu juga ikut menonton. Mereka senang melihat filem itu," Ibu itu menunjuk ke atas. Tapi yang saya lihat hanya tembok kosong.

Saya mau bertanya lebih lanjut, tapi ibu itu sudah tidak ada lagi di hadapan saya. Ia lenyap begitu saja.

Sabtu, 27 April 2024

Daftar Hotel di Surabaya pada Masa Kolonial Belanda Tahun 1930-an



Masih ada beberapa hotel era kolonial Belanda di Surabaya yang masih berdiri hingga tulisan ini dibuat pada 27 April 2024. Yang paling terkenal dan tetap mewah adalah Hotel Oranje (sekarang Hotel Majapahit) di Jalan Tunjungan. 

Ada juga Hotel Kemadjoean di Jalan KH Mas Mansur. Bangunannya juga masuk daftar cagar budaya. Bisnis hotelnya biasa-biasa saja, bahkan cenderung lesu. 

Berikut Daftar Hotel, Losmen, atau Pension (Guest House) di Surabaya pada Tahun 1930-an. 

1. Antosch, Undaan 55
2. Baroe, Kapasan 18 
3. Binnendijk, Pasar Besar
4. Brunet, Kaliasin 8
5. Buitenzorggsch, Pasar Besar Wetan 51

6. De Bijenkorf, Bubutan 79
7. Grand Hotel, Sambongan 52
8. Han Yong Kie, Gang Sechawal 10
9. Hok Tjhia Lie Sia, Slompretan 55
10. Horino, Pasar Bong 25

11. Huize Bon Abri, Gentengkali 34
12. Huize Coen, Coenboulevard 17 (Hook Darmo)
13. Hwa Bie Lie Sia, Slompretan 102
14. Insulinde, Sambongan 51
15. Juliana, Embong Malang 15-17

16. Kemadjoean, Kempenstraat 103
17. Kiong Ho Tjan, Tepekongstraat 13
18. Lam Sing Lie Sia, Cantian 34
19. Liberty (eig. Tan Siauw Tjong), Bongkaran 49
20. Metropole, Embong Malang 25

21. Nam Hwa, Sambongan 50
22. Ngemplak, Ngemplak
23. Oranje Hotel, Tunjungan 65
24. Paringan, Bongkaran 51
25. Peng Aan Tjan, Sambongan Gang Tjay Poo 8

26. Pension Embong Tandjoeng, Embong Tanjung 22
27. Pension Embong Woengoe, Embong Wungu 3-9 dan Jokodolog 1-2
28. Pension Huize Jeanne, Embong Wungu 8-10
29. Pension Huize Marianne, Bali 24
30. Pension Huize Marijke, Embong Sawo 1

31. Pension Huize Wolf, Kroesenpark 7 (hook Jokodolog)
32. Pension Klopper, Soematrastraat 3
33. Pension Laarman, Juliana Boulevard 14-16
34. Pension Splendid, Kroesenpark 9-10
35. Riche, Tambak Bayan 20-22

36. Sampoerna, Ngaglik 5-7
37. Sans Souci, Embong Kenongo 1-3, 14-16, 17-19
38. Sarkies, Embong Malang 7-11
39. Simpang Hotel, Jalan Simpang
40. Tay Tjhian Lie Sia, Kembang Jepun 41

42. Tiong Hwa, Bongkaran 47
43. Tiong San Lie Sia, Slompretan 81
44. Tokyo, Koningenhelaan 14
45. Tong An, Slompretan 47

46. Tong Fong Lie Sia, Bongkaran 30
47. Victoria, Jalan Genteng
48. Slamet, Bongkaran 45
49. Spoor Hotel (v/h Hotel Minahasa), Jalan Stasiun 4
50. Ngemplak, Jalan Ngemplak

Sumber: Telefoongids Soerabaja Uitgave Mei 1937 - Bijgewerkt tor 20 April 1937

BACA PULA



Senin, 22 April 2024

Losmen Sonokembang Surabaya Dulu Bagian dari Hotel Brantas, Jadi Galeri Seni, Resto, hingga Rental Mobil

Salah satu hotel di tengah Kota Surabaya yang kini tenggelam adalah Losmen Sonokembang di Jalan Sonokembang. Bertetangga dengan Hotel Brantas yang sudah dibongkar dan dijadikan apartemen mewah dan modern itu.

Hotel Brantas dan Losmen Sonokembang sama-sama dibangun pada zaman Hindia Belanda. Sekitar tahun 1930-an. Tempat tinggal manajemen hotel berada di sekitar bangunan losmen yang khas tempo doeloe.

Dalam daftar hotel di Surabaya tahun 1954 tidak ada nama Hotel Sonokembang atau Losmen Sonokembang. Yang ada Hotel Brantas di Jalan Embong Sonokembang 4-6 Surabaya. Kemudian Hotel Brantas di Jalan Kayoon 72-88 Surabaya.

Artinya, Hotel Brantas dulu ada dua unit. Di Jalan Kayoon dan Embong Sonokembang. Direkturnya sama: Tuan K. Blanken dari Belanda.

Hotel Brantas tergolong salah satu hotel favorit yang diminati tamu-tamu dari luar Surabaya. Tarifnya lebih murah ketimbang Hotel Olympic yang lokasinya tidak jauh dari Sonokembang. 

Saat ini Olympic Hotel masih buka tapi kondisinya sudah muram dan parah. Tak ada tanda-tanda kalau pada era 1950-an dan 60-an pernah jadi hotel mewah di Surabaya.

Kejayaan Hotel Brantas 1 di Kayoon dan Hotel Brantas 2 di Sonokembang (kemudian jadi Losmen Sonokembang) perlahan-lahan meredup. Tahun 80-an dan 90-an makin suram seiring munculnya pemain-pemain baru. Apalagi di dekatnya ada Hotel Elmi dan Hotel Tanjung yang lebih segar.

Maka, Losmen Sonokembang alias Hotel Brantas 2 pun gulung tikar. Kemudian dijadikan kafe, tempat live music, hingga galeri seni. Saya sering meliput pameran seni rupa di Galeri Sonokembang itu.

Octaviani Setya menulis pada 8 September 2016:

"We're moving to a new space this week. Provoke! Magazine Surabaya is moving to SKALE Creative Space at Jl. Sono Kembang no. 2 Surabaya (ex- Hotel Sono Kembang). Come and have a talk over a cup of tea at our lovely terrace 😊"

Saat menjadi Skale Creative Space banyak sekali acara-acara kesenian di Sonokembang. Juga aktivitas anak muda yang kreatif di dalam serta di halamannya. Ramai sekali.

Kali terakhir saya menyaksikan pameran lukisan Jansen Jasien (perupa Sidoarjo).bersama Fabiola Natasha,  Redi Murti, Rakhmad Dwi Septian, Veronica Ajeng pada 30 November 2019.

Saya juga dapat undangan untuk menghadiri pembukaan pameran lukisan @urbanartconsortium pada 29 Oktober sampai 12 November 2023. Tapi saya tidak bisa hadir. Saya menugaskan dua mahasiswa Unesa yang sedang magang untuk meliput acara kesenian itu.

Ahad pagi, Hari Kartini, 21 April 2024, saya penasaran dengan ruang seni di eks Losmen Sonokembang. Saya sengaja gowes di Jalan Sonokembang. Nuansa seninya tidak ada lagi. Nuansa hotel atau losmen tempo doele juga hilang.

Pintu pagarnya tertutup rapat. Tidak ada lagi kafe atau resto yang membuat kita punya alasan untuk masuk dan menikmati suasana khas tempo doeloe. Kelihatannya jadi tempat persewaan mobil.

Hotel Brantas di sebelahnya sudah lama dibongkar dan dibangun apartemen mewah. Eks Losmen Sonokembang pun naga-naganya tinggal menunggu waktu saja. 

BACA JUGA


Minggu, 21 April 2024

Nostalgia Hotel Brantas Surabaya di Jalan Kayoon - Berubah Jadi Apartemen Mewah di Tengah Kota

Rupanya banyak orang yang mencari Hotel Brantas Surabaya di mesin pencari Google. Mungkin dikira Hotel Brantas masih eksis. Biasanya orang-orang lawas. Mbah Gugel biasanya mengarahkan ke amahurek.blogspot.com.

Artikel lama "daftar hotel di Surabaya tahun 1950" cukup populer di Amahurek. Ada nama Hotel Brantas di daftar telepon tempo doeloe yang saya contek dari buku Penundjuk Telepon Surabaja tahun 1954.

Hotel Brantas di Jalan Kayoon 72-88 Surabaya termasuk salah satu hotel tua di Surabaya. Sejak zaman Belanda sudah ada. Di daftar hotel tahun 1926 ada nama Hotel Brantas di Kajoonstraat, Soerabaia. Ada juga Hotel Slamet di Bongkaranstraat. Kemudian Hotel Oranje di Toendjoenganstraat.

Sayang, hotel-hotel tempo doeloe itu surut satu per satu. Bangkrut. Ada yang dibongkar lalu dibangun gedung baru. Bisa hotel modern atau rumah toko atau kantor biasa.

Hotel Brantas juga tak jauh berbeda nasibnya. Tahun 1990-an sudah merosot meski masih banyak tamu. Tahun 2000-an makin sepi. Namun, masyarakat masih memanfaatkan aulanya yang luas untuk resepsi mantenan, pertemuan, seminar dan sebagainya.

Kawan satu kantor, Agus Wahyudi, dulu mantenan di Hotel Brantas. Suasananya masih klasik dan bagus meski tidak semewah hotel kelas atas macam Hyatt, Westin, Majapahit, atau Shangri-La. 

Saya juga beberapa kali menghadiri diskusi, seminar, atau jumpa pers di situ. Lalu perlahan-lahan Brantas Hotel surut dan tenggelam. Kemudian ditutup rapat dengan pagar seng.

Simsalabim, dalam waktu singkat sudah berdiri gedung jangkung nan modern. Apartemen Praxis. Suasana hotel lawas yang redup berubah jadi keren dan moderen. Apartemen macam Praxis ini memang sedang booming di berbagai kawasan Surabaya.

Tak jauh dari Hotel Brantas ada Hotel Sonokembang. Sama-sama hotel lawas. Satu manajemen. Tempo doeloe direkturnya Tuan K. Blanken orang Belanda.

Losmen Sonokembang beberapa kali berubah fungsi. Jadi kafe, galeri lukisan, tempat live music, dan entah apa lagi. Dulu sempat ramai tapi lama-lama juga redup.

Ahad pagi, 21 April 2024, Hari Kartini, saya gowes di kawasan Jalan Gubeng, belok kiri Siloam Hospital lalu masuk Jalan Sonokembang. Rupanya kafe sudah tutup lama. Sekarang jadi tempat rental mobil kalau tidak keliru. Bangunannya pun sudah dikepung apartemen.

Naga-naganya eks Losmen Sonokembang ini juga bakal habis. Jadi perluasan Praxis Apartment yang membutuhkan lahan baru di sekelilingnya. 

BACA JUGA


Rabu, 17 April 2024

Nyambangi Senior Mitreka Satata, Dukut Imam Widodo, di Wiguna Surabaya


Ayas pagi ini nggowes ke kawasan Juanda, Tambak Sumur, Wisma Gunung Anyar (Wiguna). 

Mampir ke Wiguna Tengah IX. Nyambangi Sam Dukut Imam Widodo. Silaturahmi Lebaran.

Ayas sudah sering mampir ke rumah Sam Dukut. Beliau ini senior sesama alumnus Mitreka Satata alias SMAN 1 Malang. 

Karena itu, Dukut biasa cerita tentang gedung old school di kawasan Tugu Malang yang eks AMS/HBS pada masa Hindia Belanda. Lengkap dengan misteri-misteri noni Londo nan rupawan.

"Ayas alumnus Mitreka Satata tahun 1973. Wis kewut," kata Sam Dukut.

Mantan manajer di PT Smelting Gresik ini jago Osob Kiwalan Ngalaman - bahasa walikan khas Malang. Dukut bahkan membuat kamus kecil bahasa walikan.

Sambil menikmati jajan sisa riraya, Ayas bertanya tentang manuk bence di Ngalam saat Dukut cilik. Manuk bence sering muncul di Lowokwaru 40, rumahnya Dukut. Manuk bence itu pertanda bahaya.

Suatu ketika burung misterius itu nongol di Lowokwaru. Warga waswas. Ada perasaan tidak enak. Ternyata benar. "Ada pencurian di lingkungan kami," katanya.

Dukut Imam Widodo spesialis menulis buku-buku tempo doeloe. Diawali Soerabaia Tempo Doeloe, lanjut Hikajat Soerabaja Tempo Doeloe, Grisee Tempo Doeloe, Sidoardjo Tempo Doeloe, Malang Tempo Doeloe, Djember Tempo Doeloe.... 

Masih banyaaak lagi buku-buku tempo doeloe lahir dari tangan Kera Ngalam van Lowokwaru ini. Ayas dapat hadiah khusus buku Malang Tempo Doeloe.

Bagi Sam Dukut, frase "tempo doeloe" itu ada batasan waktunya hingga 1942. Ketika Jepang masuk ke Hindia Belanda. "Kalau gedung yang dibikin tahun 1970 ya bukan bangunan tempo doeloe," katanya.

Ngobrol dengan Sam Dukut selalu menarik dan panjang. Kadang kepanjangan. Ayas pun tahu diri. Pamit!

Sam Dukut menulis statusnya pagi ini:

"Lebaran telah usai
Liburan sudah selesai
Kembali kerja, kerja, kerja lagi!
Nggarap buku-buku yang masih tertunda.
Deadline tak bisa ditawar-tawar lagi"

Minggu, 14 April 2024

Villa Iboe di Prigen Dibangun Sentra Kuliner dan SPBU

 Mampir di Prigen, Sabtu 14 April 2024.

Nyambangi Ama Tuan John Lado SVD. Pater senior asal Pulau Lembata, NTT, itu bertugas di Graha Wacana dan Rumah Retret SVD di Ledug, Prigen.

Oh, ya, semua romo atau pastor katolik di Kabupaten Flores Timur dan Kabupaten Lembata, NTT, disapa Ama Tuan. Orang lawas di Lembata juga biasa bilang Tuan Pater.

Dari dulu saya tertarik melihat Villa Iboe di pinggir jalan raya Desa Plembon. Mangkrak bertahun-tahun. Jadi tempat uji nyali dan pembuatan konten horor di media sosial.

Rupanya Villa Iboe era Hindia Belanda sedang direnovasi. Dibuat langgar bagus di sebelahnya. Bakal ada SPBU di sentra kuliner di situ.

Catherine Eva Aza pernah bikin konten medsos tentang Villa Iboe. Maklum, Catherine masih punya pertalian darah dengan pendiri Djamoe Iboe di Soerabaia. Panjang sekali dan rumit ceritanya Christine!

Christine malah tidak tahu kalau Villa Iboe sedang dipercantik. Sebab kepemilikan properti itu sudah di tangan orang lain. Bukan lagi garis leluhurnya.

Jumat, 15 Maret 2024

Boroknya Surabaya tahun 1940-an, Kampung-Kampung Kotor, Kali Bacin, Banyak Pemadat, Perempuan Jalang Berkeliaran

Boroknja Soerabaja

Laporan Sin Po - Maart 1940

Oleh banjak penoelis sering diloekisken kamenterangan dan karameannja kota Soerabaja; boeat pendoedoek dari kota-kota ketjil dan sepi atawa dari laen tempat jang djaoe, Soerabaja ada berharga boeat dikagoemin; kota dagang dan pelaboean jang terbesar di Oost-Java, tourist tida perna liwatken begitoe sadja di ini Badjoel.

Itoe tram-listriek jang liwat di tengah-tengahnja karepotan dari rerotan auto's itoe toko-toko dengen gedongnja jang modern; itoe Gouverneurkantoor jang keren; itoe kantoor Gemeente jang sering ditjomelin; itoe pelaboean jang selaloe riboet; itoe noni-noni tjantik jang djalan di sepandjang Toendjoengan ― semoeanja didjadiken oleh-olehnja orang loear kota.

Tetapi bila orang maoe boeang temponja boeat mengoendjoengin di sampingnja itoe semoea kabagoesan, orang aken dapetken avontuur heibat dan black point jang menggidiken boeloe badan, jang, biarpoen pendoedoek kota sendiri soengkan dan tida brani mendeketin.......

Marilah sekarang kita oendjoeken dimana sarang-sarangnja kadjahatan dan kamesoeman jang Soerabaja boeat sakean taon tida perbaekin.

Dimana kembang-latar megar?

Kaloe tempo soeda sore, prampoean-prampoean djalang jang pakein dirinja japon-japon berwarna dan poles moekanja begitoe roepa, meroepaken kembang-kembang latar jang megar di moeka kampoeng kaloejoeran di sepandjang roemah-roemahnja pendoedoek Tionghoa.

Orang bisa salah tebak, bahoea pendoedoek Tionghoa ada getol sama ini djiwa-lebihan; tetapi sabenernja ini prampoean-prampoean djalang speciaal reserveer dirinja boeat anak-anak kapal jang saban sore dilepasken di tengah-tengahnja kota jang padet pendoedoek koelit berwarna.

Kadjadian-kadjadian tjilaka sering dialamken oleh pendoedoek baek-baek. Matroos jang anggep kampoeng Tionghoa ada sarangnja djiwa lebihan, maka kaloe soeda terlepas dari tempo kerdja, dateng gedor-gedor roemah orang boeat mentjari.......... djiwa-manis.

Malahan perna kadjadian satoe matroos nerobos masoek di gedongnja Hsing Chung Hui dan tjoba ganggoe damesleden jang berkoempoel di sitoe. Ini kadjadian ada logisch, sebab djoestroe di sabelah gedongnja Hsing Chung Hui ada kampoeng jang terkenal djadi sarangnja prampoean latjoer, jaitoe kampoeng Kebon Kalianjar.

Kampoeng Kebon ada ditjap sanget mesoem, sahingga pendoedoek baek tida brani kaloear masoek di sitoe, boekan sadja di dalemnja itoe kampoeng ada sanget kotor dan poeloehan prampoean latjoer jang brutaal ada mengerem, tetapi ratoesan pendoedoek jang sopan ada tinggal mengiterin di loearnja itoe sarang, hingga membikin „gelap" boeat orang tida toermaksoed djahat, katjoeali matroos-matroos sadja jang bisa lenggang-sikakpoa masoek kaloear di sitoe.

Kampoeng Kebon jang djadi sarangnja prampoean latjoer, orang bisa kasomplok matanja bila djalan di straat Djagalan, satoe straat dengen banjak tinggal pendoedoek Tionghoa dan toko-toko Indonesier; malahan ini straat meroepaken lijn jang penting boeat pamoeda-pamoeda: kerna Djagalan sampe Pasarbesar Wetan ada djadi pangkalannja Hsing Chung Hui, H. C. T. N. H. dan Sportvg. "Tiong Hoa".

Prampoean-prampoean djalang dari Kampoeng Kebon kliwat brutaal, kaloe katemoeken pamoeda-pamoeda jang liwat di Djagalan sering dikaokin setjara katerlaloean. Perkatahan-perkatahan mesoem saban sore kadengeran menjogok dikoepingnja roemah tangga di deket sitoe.

Selaennja Kampoeng Kebon, prampoean latjoer djoega bersarang di Kampoeng Bibis jang saban malem moebal kaloear ka djalanan Slomprettan, hingga itoe djalanan jang tida begitoe penting seperti Djagalan, mendjadi soenji saking soengkannja orang-orang jang djalan di sitoe.

Kramat Gantoeng atawa Kapatihan dimana doeloe banjak, tinggal pendoedoek sopan dan saban sore atawa malem banjak orang liwat di sitoe, sekarang djadi sepi, kendatipoen verkeerspolitie soeda gebah penaek sepeda atawa kandaran ketjil moesti liwatin ini djalanan. Kerna sekarang, di sini teroetama di seblah barat ada banjak roemah jang penoe dengen moentji-moentji, hingga di kanan kirinja jang ada tinggal roemahtangga baek-baek saking tida betahnja pelahan dengen pelahan singkirken diri. Begitoe di straat Peneleh djoega tida koerang banjaknja roemah-roemah prampoean latjoer.

Orang-orang Tionghoa jang pergi ka koeboeran djarang terloepoet dari ganggoeannja prampoean-prampoean latjoer jang bersarang di straat-straat deket koeboeran Kembang Koening: jaitoe Tamarindelaan, Pasar Kembang dan Banjoeoerip......

Sarang jang djaoe dari kampoeng Tionghoa jaitoe sarang berdansanja koepoe-koepoe malem di Tandjong Perak jang saban malem poeloean ekor lagi bergoeletan dengen klasi-klasi. Tetapi marika tida tinggal di sana, tempat tinggalnja ada di Kampoeng Kebon atawa Tamarindelaan.

Hotel-hotel ampir 85% ada terdiri dari hotel dengen boengah-raja, hingga boeat tetamoe dari loear kota jang dateng di Soerabaja kaloe tida djaoe-djaoe hari preksa doeloe hotel jang sopan bisa kasasar masoek di hotel jang penoe prampoean latjoer dan bisa bikin tjilaka seantero malem!

Begitoe banjak sarang pelatjoeran, jang djoestroe mengerem di tengah-tengahnja Kampoeng Tionghoa, bikin koran-koran di Soerabaja dan pendoedoeknja tida abis mengarti: bagimanatah tjaranja politie dan bestuur bekerdja boeat bersiken ini sarang-sarang meroesak katentremannja pendoedoek di sakiternja?

Lebih-lebih tida mengarti kita denger itoe oetjapan "Membasmi prampoean latjoer di Indonesia", jang boeat oepama kota Soerabaja sadja tambah boelan djoemblahnja tambah naek keras.

Sarangnja pantjalongok.

Djalanan-djalanan jang sempit kotor, berbaoe dan roewet antara kampoeng-kampoeng dari Panggoeng-Kalimati Koelon-Kembang Djepoen sampe di Gili meroepaken sarang jang paling enak boeat kaoem penjebrot. Satoe kali sebrot dan linjapken diri di sala-satoe kampoeng jang terdapet di sitoe biarpoen dikepoeng ratoesan politie tentoe soesa ditjekel batang lehernja.

Di ini djalanan-djalanan paling sering terdjadi pentjopetan-menjolok-mata.

Tida perdoeli sama ratoesan orang jang menjaksiken; tida perdoeli di waktoe tengahari bolong jang rame; tida perdoeli di sitoe ada orang politie, kaloe toekang sebrot maoe bekerdja, bisa bekerdja kliwat enak dan tentrem.

Satoe 'ntjek dari Sidoardjo jang maoe belandja di toko Panggoeng, dengen setjara jang amat menjolok mata, topi jang dipake di atas kapala dengen enak-enakan di..... sebrot oleh pantjalongok, hingga bikin itoe 'ntjek djadi bengong saking kagetnja seperti disamber gledek di tengahari bolong. Dan ..... banjak orang jang meliat ini "drama", tida satoe ada jang brani tangkep atawa tjega itoe toekang sebrot!

Politie agent satoe waktoe moesti singkirken diri kaloe nampak banjak toekang tjopet maoe djalanken rolnja, sebab perna kadjadian, satoe politie agent ditikem mati waktoe tjoba tangkep satoe penjopet saboek-koelit.

Penjopetan jang koerang adjar dari Panggoeng-Kembang Djepoen - Songojoedan - Kalimati-Gili ada terdiri dari toekang-toekang tjopet jang oeloeng dan teratoer hingga biarpoen saban hari koran-koran gembar-gembor toch sia-sia.

Penggawe-penggawe toko di itoe djalanan jang ampir saban hari menampak penjopetan atawa penjebrotan jang katerlaloean, tida brani rapport sama politie apalagi boeat menangkep sendiri, sebab bahajanja ada besar.

Pantjalongok ini kabanjakan terdiri dari bangsa Madoera, jaitoe kaoem koeli-koeli jang bajarannja amat sedikit.

Djikaloe di ini complex-complex ada bersarang toekang sebrot jang brutaal, begitoepoen di pasar Pasar Toeri, adalah di Slomprettan, dimana autobussen ada dipake sebagi halte, ada banjak koeli-koeli type badjingan jang mengganggoe kasenangannja penoempang bus.

Kampoeng - kampoeng jang kotor.

Kampoeng-kampoeng di Soerabaja ada penting, sebab dengen kaloear-masoek kampoeng, pendoedoek kota jang moesti kadjaoean kaloe djalan di straat-straat djadi dapetken djalanan jang lebih deketan.

Tetapi kaloe pendoedoek jang mempoenjain idoeng atawa wadoek tempat makan, lebih senang pilih djalanan jang djaoe dan rame.

Malahan kaloe di waktoenja moesim oedjan, nadjis manoesia naek ka daratan dan tinggal sampe kering di atas djalanan. Got dimana ada mengalir aer dari Sidonipa via Kampoeng Seng (doeloe djoega djadi sarangnja pelatjoeran, tapi sekarang soeda moelain dioebrak-abrik) teroes katemoeken got besar di Kapasan, djoestroe ini pertemoean ada di betoelan moekanja Boen Bio, hingga bebaoean blenek ampir saban pagi dan sore moesti disedot boeat leden Boen Bio atawapoen leden dari Khong Kauw Hwee jang sering dateng di sitoe.

Di kampoeng-kampoeng teroetama jang banjak tinggal pendoedoek bangsa Madoera, seperti dari wates Sidonipa, Sidodadi, Srengganan, Girikan, Tenggoemoeng dan kampoeng-kampoeng dari ini bagian boeat orang jang poenja idoeng, tentoe aken tekep teroes idoengnja sampe tida bisa bernapas saking baoenja jang kliwat....... sedap dari nadjis!

Dimana aliran-aliran aer dan dimana tempat-tempat jang terboeka, kaloe di sitoe ada banjak tinggal orang-orang Madoera, tentoe itoe tempat-tempat didjadiken kakoesnja, hingga kotoran manoesia terdapet katjetjeran di sana sini.

Boekan sadja berbaoe boesoek dari lantaran nadjis jang berhamboeran, tetapi djoega pemandangan jang mesoem dan kotor dari tempat tinggalnja orang-orang Madoera. Malahan saban-saban djoega menimboelken kariboetan dan hoeroe-hara jang bikin laen pendoedoek djadi koerang aman.

 Kabiasahan orang Madoera sering "mengendon" ka empernja orang-orang laen tjoema boeat...... berak, hingga biarpoen toekang-sapoe-kotoran dari Gemeente bisa djadi tobat.

Kampoeng-kampoeng jang tida dioeroes kabersihannja, djoega terdapet di kampoeng-kampoeng dimana kaoem pantjalongok ada tinggal jaitoe poeloehan kampoeng jang menghoeboengken Pasar Bong-Kembang Djepoeng-Sambongan-Kalimati Koelon dan Pabean-Songojoedan.

Di Kampoeng-kampoeng Gembong-Kapasan Boenbio-Bokland sampe di Gembong Sawah tida bisa tida boeat ditjelah kakotorannja, malahan saban-saban di kampoeng-kampoeng Gembong Sawah pendoedoeknja sering diganggoe maling.

Malahan masi banjak bagian-bagian jang koerang menarik hati boeat dikoendjoengin oleh tetamoe-loear-kota Soerabaja, jang saban dateng tida perna diadjak ka ini bagian-bagian mesoem, sebab kaloe moesti boeang temponja ka ini daerah, tentoe djadi katjele.

Di sini kita perloe tambahken jang blakangan ini kali Girian jang terkenal batjin baoenja, saking seringnja di-ojok-ojok,oleh Gemeente soeda diperbaekin. Banjak kampoeng jang bebrapa taon doeloe kaloe oedjan djadi rawa jang berloempoer sekarang soeda banjak mendingan.

Sebagian kita berikoetin gambar-gambar dari sarang-sarang kamesoeman jang pendoedoek Soerabaja sendiri tida perna atawa djarang sekali mengindjek. 

Sabtu, 13 Januari 2024

Semua toko di Kembang Jepun diminta pasang nama beraksara Tionghoa

Selepas tahun baru umum (d/h Masehi), bakal menjelang tahun baru Imlek. Sudah dipastikan pada 10 Februari 2024. Meski menggunakan penanggalan bulan, tidak akan ada perbedaan tanggal.

 Orang Fujian, Guangdong, Beijing, Xinjiang, Yunnan, dan warga Tionghoa di luar Tiongkok pun sepakat tahun barunya 10 Februari. Tahun Naga. Binatang ini disebut-sebut membawa hoki atawa keberuntungan.

Berbahagialah mereka yang punya shio Naga!

Ada yang berubah di kawasan pecinan Kembang Jepun, Surabaya, jelang Imlek. Toko-toko memasang papan nama dalam dua aksara: bahasa Indonesia pakai aksara Latin (biasa) dan bahasa Tionghoa (aksara hanzi).

Nama-nama jalan di pecinan juga dibuat dalam dua bahasa. Tujuannya untuk mempertegas dan memberi warna kawasan pecinan Surabaya. 

Sebelumnya Pemkot Surabaya membuka wisata kuliner Kya-Kya di Jalan Kembang Jepun. Pemkot ingin menggairahkan suasana di Surabaya Utara yang cenderung lengang pada malam hari. 

Kawasan pecinan dijadikan salah satu titik wisata heritage. Suroboyo Kutho Lawas istilah resminya. 

Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi yang punya ide untuk revitalisasi kawasan pecinan, Jembatan Merah, Taman Sejarah, hingga Ampel bernuansa Timur Tengah.

Aneh kalau kawasan pecinan tapi tidak ada toko-toko atau kantor yang pakai tulisan Tionghoa! Begitu pemikiran Cak Eri. Sekaligus mengembalikan aksara Tionghoa ke ruang publik setelah diharamkan rezim Orde Baru.

Owe sempat perhatikan suasana rapat bersama pemkot dan pengusaha-pengusaha Kembang Jepun dan sekitarnya di kantor Radar Surabaya. Salah satunya membahas plang toko yang pakai dua bahasa itu. 

Hampir semuanya sepakat meski ada beberapa yang masih pikir-pikir. Dulu aksara Tionghoa dilarang keras, sekarang malah diminta memasang di toko-toko. Wolak-walike jaman!

"Puji Tuhan, kita orang tentu seneng dengen pemkot punya kebijakan. Cuma kita orang perlu waktu untuk cari nama yang hoki," kata seorang pengusaha.

Selain aksara Tionghoa, owe lihat aksara Jawa juga mulai dipasang di kantor-kantor pemkot. Makin warna-warni Surabaya ini. Ke depan anak-anak muda tak hanya belajar bahasa Inggris tapi juga bahasa Jawa dan Mandarin. 

Jumat, 27 Oktober 2023

Lanny Chandra Penerjemah Bahasa Mandarin di PN Surabaya, Berbagi Kasih untuk Tahanan Asal Tiongkok

Wang Yali asli Tiongkok. Datang ke Surabaya untuk jadi joki ujian bahasa Inggris di Tegalsari. Tergiur bayaran sekitar Rp 30 juta.

Kedatangan wanita Zhongguo ke Indonesia bukan masalah. Pakai paspor sendiri. Yang jadi masalah Wang ketahuan memakai paspor palsu atas nama Yu Wen saat jadi joki ujian ELTS itu. Wang pun ditangkap petugas imigrasi.

Sekarang Wang Yali diadili di PN Surabaya.

Gara-gara sidang perkara paspor palsu inilah saya jadi ingat kembali Lanny Chandra. Ibu ini dulu sering mengajak saya "pelayanan" di Rutan Medaeng dan beberapa rutan dan penjara di Jawa Timur. Lanny bukan pendeta, tidak pintar khotbah, tapi selalu membawa "kabar baik" kepada para warga binaan yang beragama Kristen.

"Kita orang membagikan kasih Kristus kepada saudara-saudara di dalem penjara," kata Lanny Chandra yang jago masak mi, bakmi, dan masakan Tionghoa itu.

Nah, di sela pelayanan yang intensif sejak akhir 90-an itu, Lanny Chandra dipercaya jadi juru bahasa atau penerjemah bahasa Mandarin untuk para terdakwa di Pengadilan Negeri Surabaya. Juga orang-orang Tiongkok, Taiwan, atau Hongkong yang tidak bisa berbahasa Inggris atau Indonesia.

Karena itu, Lanny jadi penerjemah untuk Wang Yali di PN Surabaya. Meskipun jadi joki ujian bahasa Inggris, dan berhasil di Thailand, Wang tidak mau diadili dalam bahasa Inggris. Maunya bahasa Mandarin. Maka Lanny Chandra didatangkan sebagai penerjemah.

"Yah, kita orang mau dateng kasih bantuan biar urusan si Wang ini cepet selesai," kata Tante Lanny dengan gaya bahasa khas Tionghoa "sekolah lawas" (old school).

Tante Lanny dapet bayaran besar kalau jadi penerjemah?

"Waduh, ini kerja pelayanan tok. Kita orang cuma dapet segini. Tapi Tante seneng bisa bantu menerjemahkan biar terdakwa dari Cungkuo gak kesulitan. Sama-sama enaklah," kata pimpinan Yayasan Pelita Kasih itu.

Awalnya Lanny mengaku agak kesulitan menerjemahkan bahasa hukum ke dalam bahasa sederhana yang mudah dipahami terdakwa. Apalagi bahasa hukum di Indonesia tentu agak berbeda dengan di Tiongkok. Tapi prinsipnya sama saja.

Lama-lama Lanny jadi terbiasa duduk di samping terdakwa di PN Surabaya. Pertanyaan hakim, jaksa, pengacara dia terjemahkan dengan bahasa sederhana. Terdakwa Wang pun bisa menjawab dengan lancar. 

Tak terasa sudah 20 tahun lebih Lanny Chandra jadi penerjemah di PN Surabaya, kepolisian, kejaksaan. Khusus mendampingi para pelanggar hukum asal Tiongkok dan Taiwan. Sesekali ada juga dari Hongkong. 

Saking dekatnya, Wang dan warga binaan asal Tiongkok kerap curhat ke Lanny. Lulusan sekolah Tionghoa lawas, yang pakai tulisan Mandarin lawas (bukan sederhana), itu juga selalu membawa makanan ke rutan dan penjara saat pelayanan. Ada tim doa yang mendoakan para tahanan itu.

Wang dan tahanan asal Tiongkok biasanya tidak punya agama resmi. Bahkan tidak punya agama. Padahal, pelayanan di penjara-penjara berbasis agama. Lanny Chandra bersama tim Pelita Kasih dapat akses tetap masuk berbagai penjara karena pelayanan untuk warga binaan yang beragama Kristen/Katolik.

Apa boleh buat, Wang dkk asal Tiongkok biasanya ikut pelayanan, kebaktian, pujian dsb di kapel Rutan Medaeng. Orang Tiongkok itu luwes banget. Mereka lebih tertarik ikut acara-acara Haleluya karena dapat banyak makanan. Tim-tim Haleluya pun lebih rajin mengunjungi warga binaan ketimbang pelayan-pelayan rohani dari agama lain macam Buddha atau Khonghucu.

Tante Lanny melakukan "kristenisasi" di dalem penjara?

"Tidak ada kristenisasi. Kita orang pelayanan biasa, mendoaken semoga semua warga binaan jadi orang baek, bertobat, kembali ke jalan yang bener. Haleluya, ada beberapa orang Cungkok yang jadi anak Tuhan. Haleluya!" katanya penuh semangat.

Biasanya Cungkuo-Cungkuo itu ikut Haleluya selama mendekam di dalem penjara. Setelah bebas, pulang ke negaranya ya bebas lagi. Haleluyanya hilang. "Itu terserah mereka. Tante gak pernah maksa orang-orang Tiongkok jadi Kristen. Tante cuma berbagi kasih. Makanya, Tante punya pelayanan ini dinamaken Pelita Kasih," kata Lanny Chandra.