Selasa, 12 September 2023

Daftar Hotel di Surabaya Tahun 1950-an. Sebagian Besar Tinggal Kenangan

"Tahun 1970-an perusahaan bus tempat saya bekerja berkantor di Hotel Parengan, Jalan Bongkaran. Kemudian pindah di Hotel Bali daerah Makam Peneleh," tutur Pak Muksim.

Ayas penasaran. Sebab, di Jalan Bongkaran saat ini hanya ada satu hotel tempo doeloe, yakni Hotel Merdeka. Di dekatnya ada dua hotel baru. Satu di Jalan Waspada dan satu lagi di Slompretan, yakni Kokoon Hotel.

"Apakah Hotel Parengan itu dekat Hotel Merdeka?" Ayas bertanya.

"Nah, Hotel Parengan di sebelah utara Hotel Merdeka. Hotel Parengan itu  bangunan arsitektural China di era kolonial Belanda," jawab Muksim.

Ayas hampir tiap hari melintas di kawasan Bongkaran, Slompretan, Waspada, Karet, Bibis, Kembang Jepun... di kawasan Oud Soerabaia. Maka, Ayas pun mencari jejak Hotel Parengan di Jalan Bongkaran. Tak ada lagi bangunan berarsitektur Tionghoa. Cuma ada sisa bangunan mangkrak di Jalan Bongkaran 10.

Bisa jadi itu dulunya Hotel Parengan atau Paringan itu. Orang-orang sekitar sama sekali tak punya pengetahuan masa lalu tentang Soerabaia Tempo Doeloe. Tak jauh dari situ ada bangunan Hotel Slamet yang mangkrak.

Ayas akhirnya periksa lagi daftar nama hotel di Surabaya tahun 1950-an. Sumbernya dari buku telepon atau semacam yellow pages edisi 1954. 

Oh, ternyata ada nama Hotel Paringan di Jalan Bongkaran 10-12. Kemungkinan pada masa Hindia Belanda Hotel Libertij II. Hotel Libertij I berubah nama jadi Hotel Merdeka itu. Lokasinya berdekatan.

Berikut daftar nama hotel-hotel di Kota Surabaya pada tahun 1950-an. Sangat banyak ternyata. Ada yang masih bertahan tapi lebih banyak yang sudah tutup. Bangunan lama dibongkar. Karena itu, sulit dipercaya kalau dulu di Jalan Bongkaran dan Kembang Jepun, misalnya, ada beberapa hotel. 

Hotel lama yang masih bertahan antara lain Oranje Hotel jadi Hotel Majapahit, Hotel Kemadjoean, Hotel Merdeka, Hotel Simpang. 




DAFTAR HOTEL DI SURABAYA TAHUN 1950-AN

Hotel Ampel Kembang, Jl Ampel Kembang 8
Hotel Bawean, Jl Sasak 1
Hotel Bhima Sakti, Jl Sumatra 12-14
Hotel Brantas, Jl Kayoon 72-88
Hotel Brantas, Jl Sonokembang 4-6
Hotel Buitenzorgsch, Jl Pasar Besar Wetan 4-8
Hotel Carlton, Jl Jokodolog 2-6/Taman Apsari 7
Hotel Carmen, Jl Pahlawan 112-114
Hotel Centrum, Jl Bubutan 18-22
Hotel Djawa, Jl Baliwerti 48
Hotel Embong Woengoe, Jl Embong Wungu 28

Grand Hotel, Jl Bakmi 3-7
Hay Yong Tjioe, Jl Bakmi 54
Hollywood Hotel, Jl Kapasan 169-171
Hwa Kauw Lie Sia, Jl Bakmi 59-61
Insulinde, Jl Bakmi 16
Hotel Jin Pin, Jalan Bakmi 9-15
Hotel Kalimantan, Jl Pegirian 202 I
Lam Thian, Kembang Jepun 59
Hotel Paviljoen, Jl Genteng Besar 94-98
Pension Ketabangkali (Redjo Tentrem), Ketabangkali 31

Pension Palmenlaan, Panglima Sudirman 43-45
Ping An Tjan (Losmen Samudera), Jalan Caipo/Kopi 9
Pongilatan, Jl Stasiun Kota 4
Hotel Pregollan, Jl Pregolan Bunder 11
Sarkies Hotel, Jl Embong Malang 9
Simpang Hotel, Jl Pemuda (Gub Surjo)
Hotel Slamet, Jl Bongkaran 18 (eig. Ho Tik Tjwan)
Tay Tjhian Hotel, Kembang Jepun 150
Tionghwa Lie Kwan, Kapasan 206-208
Tiongkok Lie Sia, Kembang Jepun 29

Tong An, Slompretan 56
Tong Fong Lie Sia, Bongkaran 30
Victory Hotel, Simpang Dukuh 34-40
Hotel Miranda, Kaliasin 33-37
Oranje Hotel, Tunjungan 65
Hotel Liberty, Bongkaran 6 (eig. Tan Siauw Tjong)
Hotel Paringan, Bongkaran 10-12 
Hotel Djakarta, Jl Gatotan 53 
Hotel Sumatra, Jl Sumatra 87
Lam Yong Kie, Bongkaran 41

Hotel Makmur, Ketapang Adiguno 6
Hotel Mesir, Jl KH Mas Mansyur 165
Margo Seneng, Jl Dinoyo 136
Hotel Mataram, Jl Peneleh 48
Men Sing, Kapasan 173-175
Hotel Menado, Jl Gatotan 20
Park Hotel d/h Laarman Hotel, Jl Cendana 14-16
Hotel Kemadjoean, Jl KH Mas Mansyur 90

10 komentar:

  1. Ada satu nama yang berkesan yaitu Ping An Tjan. Itu milik orang keturunan Hokchia, seperti halnya Akung (kakek) saya. Selain losmen, ia juga melayani pengiriman antar pulau.

    Jaman masih kecil, saya sering ikut pembantu laki naik sepeda untuk mengirim paket, biasanya ke Banjarmasin, di mana ada komunitas turunan Hokchia juga, kerabat Akung saya.

    Belakangan saya dengar, setelah pemiliknya meninggal, tanah tersebut tak bisa dijual, karena sulit mengumpulkan anak turunan yang tersebar di mana2.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, mantap sekali informasinya. Saya sudah lama cari info tapi cuma dapat sepotong² dari orang lama warga sekitar. Losmen Samudra di Jln Kopi itu sering didatangi fogografer dan komunitas tempo doeloe. Sudah lama mangkrak. Dekat dengan Gereja Tionghoa pertama di Jln Samudra alias Jln Bakmi itu. GKT: Gereja Kristen Tionghoa atau Gereja Kristus Tuhan versi zaman orba. Orba tidak suka kata Tionghoa.

      Hapus
    2. GKT di Jalan Bakmi itu biasa disebut Gereja Bakmi oleh jemaatnya. Dedengkotnya juga tokoh Tionghoa turunan Hokchia. Mereka pindahan ke Jalan Pacar, tapi saya baca sekarang sudah bukan GKT lagi tetapi GKA beraliran Reformed seperti Pdt Stephen Tong yang sering anda liput.

      Salah satu cucunya yang seangkatan saya itu politisi Tionghoa dan pendeta, seorang SH yang bernama John Thamrun. Dulu waktu kecil saya sering main di gang rumahnya di Jalan Kapasan Lor, Di dekat kantor polisi yang disebut anak2 hobiru (dari Bhs Belanda Hoog Bureau / Biro Tinggi kepolisian). Di sana kakeknya mengadakan sekolah minggu untuk anak2 Tionghoa di daerah sana.

      Saya mengalami main batu (kopral), adu kecik sawo, layangan, dll. dengan anak2 Tionghoa kampung yang main di gang dengan cekeran. Asyik banget

      Hapus
    3. Sarkies Hotel, itu milik keluarga Armenia Surabaya bernama "Sarkies". Bahkan di Hotel Majapahit, jika anda kunjungi, ada satu lorong yang di atas lowongan / terusannya diberi label "Sarkies" di atasnya. Apakah Hotel Oranje dulu juga milik keluarga Sarkies?

      Hapus
    4. Hotel Brantas di Jalan Kayoon, itu ada kolam renangnya yang populer untuk anak2 muda yang belajar dan berlatih berenang di jadul.

      Hapus
    5. Ralat, pemilik Ping An Tjan itu bukan turunan Hokchia tetapi Hokkian.

      Hapus
    6. Betoel sekali. Sarkies yang punya Oranje Hotel doeloe. Lama2 hilang seiring hilangnya komunitas Armenia di Surabaya dan Indonesia umumnya.

      Hapus
  2. Itu hotel lawas zaman Belanda di Jalan Kopi dempet Gereja Tionghoa itu pemiliknya Boen Khi Wang seperti tulisan di papan. Bangunan dan lahannya luas banget. Sayang kalau ada masalah warisan sehingga beluk bisa dijualken.

    BalasHapus
  3. Ayas sering lewat di Jalan Bakmi itu. Dekat kantor. Dempet Kembang Jepun. Gereja Bakmi semalam masih ada tulisan besar ,,Gereja Kristus Tuhan".
    Kalau GKA: Gereja Kristen Abdiel saya cukup kenal karena tokoh utamanya Bapa Solomon Tong dirigen dan pemilik SSO. Meski bukan pendeta tapi Pak Tong Solomon ini yang diriken itu sinode GKA. Beliau cerita ke saya dulu. Dan ditulis cukup lengkap di buku memoarnya Solomon Tong.

    Kamsia, Bung, sudah ingatken kita orang tentang gereja Tionghoa pertama di Surabaya di deket itu hotel tempo doeloe jaman Belanda.

    BalasHapus
  4. Kolam Brantas memang sangat terkenal di tengah kota doeloe. Sayang, ada sengketa sehingga akhirnya mangkrak dan hancur. Begitu juga Hotel Brantas dibongkar. Lalu dibangun gedung baru yang megah.

    BalasHapus