Minggu, 03 September 2023

Jejak Komunitas dan Gereja Armenia di Surabaya - Minoritas yang Hilang

Esther Alviah Ekawati Ndoen, anggota komunitas Jawa Timur Tempo Doeloe, baru saja memuat foto Soerat Pendoedoek (semacam KTP) ayah angkatnya di Kebraon, Surabaya. Waktu itu kawasan Kecamatan Karang Pilang masih ikut Kabupaten Surabaya.

Esther menulis:

"Soerat pendoedoek dari almarhum papi saya, Charles Albert Apcar, tahun 1952, saat itu Kebraon masih dipimpin oleh Kepala Desa (Desa) dan Camat disebut Oenderan, Kawedanan Goenoengkendeng, Kaboepaten Soerabaja (jadi Surabaya masih berupa Kabupaten)."

Wow, menarik sekali. Sudah lama saya mencari warga keturunan Armenia di Surabaya tapi tidak ketemu. Sebelum covid pun Dubes Armenia menemui Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini. Juga bertanya tentang komunitas Armenia di Surabaya. 

Bu Risma saat itu tidak bisa memberi banyak informasi. Maklum, warga Armenia ini sudah lama "hilang" di Surabaya. Tinggal bangunan Gereja Armenia di Jalan Pacar yang kini dijadikan Gereja Tionghoa "GKA": Gereja Kristen Abdiel. 

Esther menceritakan, ayah angkatnya bernama Charles Albert Apcar alias Papa Charlie itu adalah anak laki-laki dari Opa George Lazar Apcar alias Opa Golan. "Beliau dulu adalah pemilik pabrik tepung tapioka di Kediri," katanya.

Anda masih punya informasi tentang orang keturunan Armenia lain di Surabaya? Apakah masih ada yang bisa saya temui?

"Tidak ada. Saya tidak punya informasi apa-apa tentang orang Armenia. Saya hanya tahu sebatas ayah angkat saya saja," kata Esther yang punya darah NTT dari Pulau Rote.



Syukurlah, Gereja Armenia di Indonesia pernah diteliti beberapa mahasiswa teologi. Salah satunya Alle G. Hoekema. Makalahnya berjudul Orang Kristen Armenia: Suatu Minoritas Kecil yang Sudah Punah.

Pada tahun 1927 didirikan gedung gereja untuk komunitas Armenia di Surabaya, dengan bantuan dana dari Perserikatan Armenia Nasional. Namanya Gereja St. George. "The 16 marble foundation stones were sent from Jerusalem by blessed Thorgom Patrarch Gooshakian, and were laid by Archpriest Bardan Simon Vardanian."

Gedung gereja itu terletak di Jalan Pacar 15, Surabaya. Dibangun oleh arsitek Belanda dengan gaya Armenia, dan diresmikan pada 11 November 1927. Menurut Soerabajasche Courant, imam Vardan S. Vardanian, yang datang dari Batavia,

"Di sebelah gereja itu juga didirikan sebuah bengkel teater dan musik (namanya Edgar Hall). Di sana segala macam perayaan diselenggarakan. Pada tahun 1935 perayaan 1.500 tahun berdirinya abjad Armenia dan terjemahan Alkitab ke dalam bahasa Armenia klasik. Dan sebuah sekolah dibuka dengan tiga kelas," tulis Hoekema.

Krisis ekonomi dahsyat pada 1930-an sangat memukul usaha dagang orang Armenia di Surabaya dan Hindia Belanda. Gereja pun ikut goyang. Apalagi Gereja Armenia sangat eksklusif. Tidak berakar dengan masyarakat Indonesia. Liturgi pakai bahasa Armenia. Kiblatnya pun ke New Julfa, Armenia. Semua aset gereja pun milik Armenia.

Indonesia merdeka! Hukum kolonial yang mempersamakan status orang Armenia dengan orang Belanda dicabut. Orang Belanda rame-rame pulang kampung ke Holland.

Sama seperti orang Belanda, pada tahun 1950-an hampir semua orang Armenia, kira-kira 600 orang di Surabaya, memutuskan untuk beremigrasi. Sejauh mereka punya kewarganegaraan Belanda, mula- mula banyak pindah ke negeri Belanda. 

 Kemudian ada juga yang beremigrasi ke Australia. Komunitas Armenia di Australia cukup kuat dengan 50 ribu orang.

Kebaktian terakhir di Jakarta dilaksanakan pada tanggal 25 Mei 1961, dipimpin Imam Aramais Mirzaian. Gedung gereja terpaksa dijual kepada pemerintah Indonesia, yang ingin melebarkan jalan Gang Timboel. Dua tahun kemudian Gereja Yahya Pembaptis dibongkar. 

Sekarang, kira- kira di tempat bekas Gereja Armenia adalah Bank Indonesia, di sudut Jalan Muhammad Husni Thamrin dan Kebon Sirih. Sebagai ganti rugi, pemerintah Indonesia membangun gedung gereja untuk umat Armenia di lain tempat di Jakarta. Namun hal itu tidak bisa menghindarkan lenyapnya komunitas Armenia. 

Gedung Gereja Armenia di Surabaya pada tahun 1976 dijual kepada Gereja Kristen Abdiel Gloria. Saat itu semua anggota Armenia sudah beremigrasi ke Australia.

 Perhimpunan orang Armenia di Indonesia secara resmi dibubarkan dalam tahun 1978. Sisa harta gereja diserahkan kepada komunitas Armenia di Australia yang makin bertumbuh.

8 komentar:

  1. Lambertus, New Julfa itu ternyata bukan terletak di Armenia, melainkan di Iran (Persia, jaman kerajaan dulu), tepatnya di Isfahan. Jika kita cari nama Apcar yang tertulis di surat keterangan tersebut, disebutkan oleh mesin pencari bahwa itu nama keluarga Armenia asal Persia / Isfahan. Orang Armenia ini dari dulu sudah tersebar di mana2. Termasuk di Persia, Kurdistan, Azerbaijan. Dan kemudian melanjutkan ke India dan Indonesia.

    Khusus yang di Azerbaijan ini, tepatnya di wilayah Nagorno Karabakh, komunitas mereka sedang mengalami genocide. Pembunuhan dan pengusiran oleh warga Azerbaijan yang beragama Islam. Mana orang2 yang suka demonstrasi ketika warga Rohingya diusir dan dibunuh oleh rejim Myanmar? Sebagai umat manusia seharusnya ikut demonstrasi atas penderitaan kaum Armenia di Azerbaijan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ada benarnya, Bung, bahwa New Julfa berada di Persia. Gereja Armenia ini disebut-sebut punya jemaat dari Persia. Mereka diaspora Armenia kalau tidak salah.

      Hapus
    2. Diaspora Armenia ada di mana2, termasuk di Amerika. Mereka ini awet menjaga kebudayaan mereka, karena mereka ini mempunyai identitas etnis dan agama yang erat terkait. Seperti orang Melayu — pasti muslim. Kalau bukan muslim dikeluarkan dari komunitasnya. Begitu pula orang Yahudi, identitas etnis dan agama mereka saling berkelindan tak teruraikan.

      Orang Armenia pasti beragama Kristen Orthodox dan mengakui patriarch mereka dgn jenjang apostoliknya sampai ke Armenia, walaupun mereka sendiri belum pernah ke tanah leluhur. Saya punya teman2 / kenalan2 yg bernama Alahydoian, Nahapetian, Manoogian, sudah turun temurun di Amerika, belum pernah ke Armenia, tetapi identitas etnis dan agama mereka masih sangat kental.

      Diaspora ini seperti layaknya diaspora2 lain sangat sukses sebagai profesional dan pengusaha, yg mengutamakan pendidikan anak2 mereka.

      Hapus
    3. Saya beberapa ikut misa daring Gereja Armenia dari California. Liturginya sangat megah. Penuh nyanyian yg bagus. Ada kemiripan dengan misa RK sebelum Konsili Vatikan 2.

      Armenia ini mungkin masuk rumpun gereja2 katolik timur.

      Hapus
    4. Armenia termasuk gereja Orthodoks timur. Mereka punya “Paus” sendiri. Seperti Orthodoks lain2nya.

      Mirip Katolik krn sebelum schism abad ke-11, semuanya satu gereja dan satu liturgi.

      Kalau Katolik dgn ritual timur, itu masih mengakui kepemimpinan Paus di Vatikan. Contohnya gereja Assyria/Chaldea. Saya punya kenalan2 dr India (Goa), Syria, dan Iraq yang termasuk gereja tsb.

      Hapus
  2. Ada kutipan di makalah yang saya baca itu:
    "Pada tahun 1928 Uskup Agung Persia dan India, Mesrob Ter Mousesian, mengunjungi Surabaya dan menahbiskan dua diaken. Yang satu hanya melayani dua tahun, yang lain tinggal lama sekali dan melayani semua kebaktian dan liturgi dan memimpin paduan suara. Juga Guru Jordan, kemudian hari melayani sebagai diaken."

    BalasHapus
  3. Diaspora Armenia mirip Yahudi. Ras, agama, semuanya jadi satu. Gerejanya mungkin begitu juga. Orang yg bukan Armenia tidak mungkin jadi jemaat Gereja Armenia.

    Mirip HKBP pasti cuma orang Batak. Tapi orang Batak belum tentu HKBP. Ada Batak Islam, Batak Katolik, Batak Pentakosta dsb.

    Susah juga kalau agama ras etnis jadi satu kayak Yahudi atau Armenia

    BalasHapus
    Balasan
    1. Orang lain bisa masuk tapi melalui pernikahan.

      Hapus