Bapaknya suster ini sebetulnya satu desa dengan saya di Lomblen Island alias Pulau Lembata, NTT. Cuma beda kampung atau dusun. Kami di bukit, mereka di tepi pantai.
Namun, Ama Bean pada tahun 70-an pindah ke Lewoleba, sekarang ibu kota Kabupaten Lembata. Ama Niko, bapaku, tetap betah jadi orang desa meski sering diajak pindah ke kota yang ada listrik dan lebih maju.
Ama Niko kemudian membeli tanahnya Ama Bean di Desa Lamawara dan bangun rumah di situ. Lokasinya dekat pantai dan sumur. Kampung nenek moyangku jauh di bukit. Jauh dari sumur dan pantai.
Ama Bean punya beberapa anak yang sangat cerdas - ukuran NTT. Salah satunya Lourdes. Cita-citanya jadi biarawati terkabul. Lourdes akhirnya berhasil menjadi Suster Maria Lourdes Uran, M.C.
Kongregasi atau ordo Misionaris Claris. Biasa dikenal dengan Susteran Santa Clara. Mereka punya 12 atau 15 sekolah di Surabaya, Klaten, NTT, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat.
Suster Maria Lourdes Uran MC sudah lama dipercaya jadi Ketua Yayasan Puspita Kencana. Yayasan inilah yang mengelola semua sekolahan Santa Clara di seluruh Indonesia.
Gak nyangka ada orang Lembata jadi pimpinan yayasan yang cukup terkenal di Surabaya. Sementara (hampir) semua orang Surabaya tidak tahu di mana Pulau Lembata itu.
Dulu saya tinggal di Ngagel Jaya Selatan. Gerejanya di Paroki SMTB (Santa Maria Tak Bercela) yang pernah dibom pada 13 Mei 2018 itu. Gereja itu dempet Susteran MC dan sekolahan Santa Clara.
Sekali-sekali saja saya bertemu Suster Lourdes. Sekaligus praktik bicara bahasa daerah Lamaholot yang makin kagok saking lamanya merantau di Jawa.
Setelah pindah ke Gedangan, Sidoarjo, kemudian pindah lagi ke kawasan Rungkut, saya tak pernah lagi bertemu suster yang masih keluarga jauh ini. Sebab parokiku memang tidak lagi di Ngagel.
Entah mengapa, tadi malam saya bermimpi ketemu Suster Maria Lourdes Uran.
Mungkin saya diingatkan untuk sembahyang kontas (istilah di kampungku untuk doa rosario) karena bulan Mei adalah bulan Maria. Orang Lembata saban hari sembahyang kontas setiap bulan Mei dan Oktober.
Ina Maria, peten kame ata nalan.
Bunda Maria, ingatlah kami orang berdosa.
Dulu semasa masih di Indonesia, saya melafalkan Lourdes sebagai "lordes", layaknya orang Indonesia lainnya. Setelah hidup di luar Indonesia, baru tahu bahwa pengucapan yang benar ialah "lord" dengan bunyi es-nya senyap alias tidak diucapkan.
BalasHapusSama Bung. Suster ini pun namanya Lordes baik ucapan maupun tulisan. Semua orang Indonesia yg katolik biasa sebut Lordes.
HapusAda lagu yg sangat terkenal. Di Lordes di gua sunyi terpencil...