Jumat, 10 Mei 2024

Pendeta Gunawan Gagal di Pileg, Coba Maju Pilwali lewat Jalur Independen, Syarat Terlalu Berat, Waktunya Sangat Mepet

Gunawan ini pendeta + politikus di Surabaya. Dulu lebih berat pendetanya, makin ke sini makin politis. Kalau dulu biasa kutip ayat-ayat Alkitab, sekarang sudah fasih bicara ayat-ayat Surya Paloh, Grace Natalie, Harry Tanoe, Angela Tanoe, dan sejenisnya.

Ambisi Gunawan masuk jalur politik katanya demi memperjuangkan kepentingan masyarakat Surabaya. Tak pandang suku, agama, etnis, dsb. Karena itu, dia biasa bergaul dengan santri-santri keturuna n Madura di Surabaya.

Lelaki Tionghoa Surabaya ini awalnya pentolan PSI Surabaya. Partai baru yang getol menyuarakan suara kaum muda milenial dengan isu-isu menarik. PSI yang belum diambil alih Kaesang Jokowi.

Tak puas di PSI, Gunawan pindah ke Nasdem. Partainya Surya Paloh ini mengusung tema restorasi Indonesia. Apanya yang direstorasi? Semuanya, kata Gunawan dulu ketika jadi kader Nasdem.

Pendeta Gunawan blusukan ke mana-mana untuk kampanye pileg. Mengusung tema restorasi dsb. Tapi gagal terpilih jadi wakil rakyat.

Tiba-tiba Gunawan bikin kejutan. Maju sebagai calon wakil wali kota Surabaya dari jalur independen. Calon wali kotanya Moh Yasin keturunan Madura. Paslon independen Madura-Tionghoa ini nyaris lolos pertandingan Pilwali Surabaya 2020.

Setelah diverifikasi ulang, paslon Yasin-Gunawan ternyata kurang syarat dan ketentuan. Dinyatakan TMS: tidak memenuhi syarat.

Saya pikir Gunawan kapok main politik dan kembali fokus mengurus domba-domba di gereja. Susah juga kalau gembalanya terlalu sibuk di politik. Domba-domba bisa keleleran + kelaparan.

Eh, tiba-tiba muncul baliho Gunawan di mana-mana. Gambarnya disandingkan dengan Angela anaknya Harry Tanoe. Rupanya Gunawan sudah pindah ke Perindo, partainy Harry Tanoe.

Kali ini pun gagal. Perindo tidak lolos ke parlemen. Tapi Gunawan tidak patah semangat. Energinya untuk restorasi lewat jalan politik masih meluap-luap. Kalau cuma khotbah di gereja efeknya tidak ada. Apalagi Gunawan bukan pendeta kelas kakap macam Stephen Tong atau Alex Abraham Tanuseputra (+) bapaknya Bethany.

Dua hari lalu, saya dapat pesan elektronik dari Pendeta Gunawan. "Saya lagi di KPU Surabaya terkait calon independen wali kota," katanya.

Haleluya! 

Rupanya Gunawan ingin maju lagi sebagai calon perseorangan di Pilwali Surabaya 2024. Sebab hampir semua partai di Surabaya merapat ke paslon petahana Eri Cahyadi dan Armuji dari PDI Perjuangan. 

Bukan tidak mungkin Eri-Armuji tidak punya lawan di pilwali 27 November 2024. Ini tidak sehat. Demokrasi perlu kompetisi. Lucu kalau pemilihan wali kota hanya diikuti satu paslon vs kotak kosong.

Bagaimana hasil konsultasi di KPU Surabaya?

 Gunawan: "Menurut pandanganku, Pilkada khususnya Pilwali Surabaya 2024 ini "tidak bersahabat" dengan calon dari perserorangan.

Tanpa adanya beifing kepada bakal kontestan perseorangan. KPU RI mengumumkan bahwa 12 Mei 2024 akan menjadi batas waktu penyerahan surat dukungan. Bilamana bakal kontestan masih belum jelas, bisa bertanya kepada Help Desk KPU setempat yang dibuka mulai 5-8 Mei."

 Gunawan: Tanggal 5 Mei (Minggu) saya sempat datang ke KPU Surabaya tapi tutup.  Barulah pada hari Senin saya melihat IG KPU Surabaya tentang berita batas waktu penyerahan surat dukungan tersebut.

 Dalam berita yang disampaikan melalui IG KPU Surabaya tersebut tidak ada penjelasan mengenai aturan main seperti:

1. Bagaimana mendapatkan akun Silon untuk meng-upload surat dukungan?

2. Berapa jenis surat dukungan yang digunakan?

3. Apakah tidak ada kesempatan perbaikan?

4. Apakah tetap berlaku penalti seperti saat 2020 lalu?"

Gunawan kembali mendatangi KPU Surabaya di Jalan Adityawarman. Intinya, batas waktu penyerahan  12 Mei  (Minggu)

"PASTI TIDAK NUTUT," tulis Gunawan dalam huruf kapital semua.

Verifikasi administrasi (VerMin) dan verifikasi faktual (VerFak) surat dukungan di bawah Sarminduk 144.209 secara otomatis GUGUR. 

"Tentu ini SANGAT BERAT bagi bakal kontestan," kata Gunawan.

Sangat berat, tapi tidak ada yang mustahil bagi Allah, kata Alkitab.

3 komentar:

  1. Kok ngotot banget apa alasannya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Serius, ngotot, niat demi mencapai tujuan. Seperti Prabowo yang pantang menyerah hingga berhasil jadi presiden - berkat cawe² Jkw, MK, bansos dsb.

      Hapus
  2. Bisa jadi kajian menarik karena di masa reformasi banyak orang Tionghoa yg aktif di dunia politik. Dulu dibungkam rezim Orba. Sekarang bebas melakukan apa saja berkat demokrasi liberal. Ada yg sukses, ada yang masih berjuang seperti Pastor Gunawan ini.

    BalasHapus