Rabu, 17 April 2024

Nyambangi Senior Mitreka Satata, Dukut Imam Widodo, di Wiguna Surabaya


Ayas pagi ini nggowes ke kawasan Juanda, Tambak Sumur, Wisma Gunung Anyar (Wiguna). 

Mampir ke Wiguna Tengah IX. Nyambangi Sam Dukut Imam Widodo. Silaturahmi Lebaran.

Ayas sudah sering mampir ke rumah Sam Dukut. Beliau ini senior sesama alumnus Mitreka Satata alias SMAN 1 Malang. 

Karena itu, Dukut biasa cerita tentang gedung old school di kawasan Tugu Malang yang eks AMS/HBS pada masa Hindia Belanda. Lengkap dengan misteri-misteri noni Londo nan rupawan.

"Ayas alumnus Mitreka Satata tahun 1973. Wis kewut," kata Sam Dukut.

Mantan manajer di PT Smelting Gresik ini jago Osob Kiwalan Ngalaman - bahasa walikan khas Malang. Dukut bahkan membuat kamus kecil bahasa walikan.

Sambil menikmati jajan sisa riraya, Ayas bertanya tentang manuk bence di Ngalam saat Dukut cilik. Manuk bence sering muncul di Lowokwaru 40, rumahnya Dukut. Manuk bence itu pertanda bahaya.

Suatu ketika burung misterius itu nongol di Lowokwaru. Warga waswas. Ada perasaan tidak enak. Ternyata benar. "Ada pencurian di lingkungan kami," katanya.

Dukut Imam Widodo spesialis menulis buku-buku tempo doeloe. Diawali Soerabaia Tempo Doeloe, lanjut Hikajat Soerabaja Tempo Doeloe, Grisee Tempo Doeloe, Sidoardjo Tempo Doeloe, Malang Tempo Doeloe, Djember Tempo Doeloe.... 

Masih banyaaak lagi buku-buku tempo doeloe lahir dari tangan Kera Ngalam van Lowokwaru ini. Ayas dapat hadiah khusus buku Malang Tempo Doeloe.

Bagi Sam Dukut, frase "tempo doeloe" itu ada batasan waktunya hingga 1942. Ketika Jepang masuk ke Hindia Belanda. "Kalau gedung yang dibikin tahun 1970 ya bukan bangunan tempo doeloe," katanya.

Ngobrol dengan Sam Dukut selalu menarik dan panjang. Kadang kepanjangan. Ayas pun tahu diri. Pamit!

Sam Dukut menulis statusnya pagi ini:

"Lebaran telah usai
Liburan sudah selesai
Kembali kerja, kerja, kerja lagi!
Nggarap buku-buku yang masih tertunda.
Deadline tak bisa ditawar-tawar lagi"

2 komentar:

  1. Buku yang judulnya saya sangat suka ialah: Mangga Dipun Badhok, hahaha. Khas arek Jatim.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, benar² di luar kota. Rada mbeling, nakal, dan ada kesan mengejek gaya bahasa krama inggil. Gaya bahasa kultur Arek. Jatim di kawasan barat (kulonan) sama dengan gaya Jogja Solo juga. Kultur Arek ini yang beda.

      Hapus