Mitreka Satata (SMAN 1).
Bhawikarsu (SMAN 3).
Studium et Sapientia (SMAN 4)
Ayas mengenang nawak-nawak asal NTT di kompleks sekolahan lawas di Ngalam alias Malang saat libur Lebaran lalu.
Ivon Lussy dan Ruth Diana dari Kupang. Paulina dan Yoke dari Sumba Timur. Yohanes Kii dari Sumba Barat. Lambertus dari Lembata.
Kenangan jalan kaki saban pagi dan sore dari Belakang RSSA ke kompleks Tugu. Sarapan bentoel rebus dekat Lapangan Ajendam. Bentoel kukus dulu memang maknyus. Macam talas atau keladi tapi ada rasa manisnya.
Ayas biasa lari sore keliling Alun-Alun Bunder bersama Yohanes. Lihat barang antik di Splendid Inn. Jalan kaki melewati jembatan kecil di pasar bunga dan pasar burung menuju Kayutangan.
Begitu banyak penjudi, maling, pencopet hingga nolab ada di kawasan itu. Malam hari agak menakutkan karena hanya diterangi lampu ubleg remang-remang. "Hati-hati jaga dompet dan tas!" pesan Hadi, kawan SMAN 3, asli Ngalam.
Saban hari Ayas dikursus Osob Kiwalan. Boso walikan (bahasa terbalik) khas Malang. Kata-kata dibaca dari belakang. Tapi tidak semua kata boleh dibalik.
Ayas kadit nakam oskab: Saya tidak makan bakso.
Sudah bertahun-tahun 6 (mantan) anak muda Flobamora yang dulu menuntut pelajaran di SMAN Tugu itu tidak baku dapa. Tak ada kopi darat (kopdar).
Haleluya! Saat ini Ruth Diana jadi Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTT di Kupang. Beta ikut senang dan bahagia. Beta dulu juga belajar bahasa Kupang dari Ruth dan Ivon.
Bae sonde bae Flobamora lebe bae!
Jangan lupa bentoel rebus dan kacang merah di rumah mendiang S. Boenthalib, bapak kos sekaligus Ketua RT di Belakang RSSA (Rumah Sakit Saiful Anwar).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar