Dingin rasanya akhir-akhir ini. Suhu udara di Surabaya dan Sidoarjo lebih dingin dari biasanya. Apalagi malam hari. Mirip di Trawas atau Prigen atau Batu.
Bagaimana dengan Trawas? "Dingin banget. Saya aja pakai sarung dan selimut malam hari," kata Mbah Gatot, budayawan asal Sidoarjo, yang sudah belasan tahun tinggal di Seloliman, Trawas.
"Memang lagi musim bediding. Suhu udara memang turun jauh. Kami yang di Trawas aja kadang gak tahan," kata mantan panitera di PN Sidoarjo itu.
Bediding. Orang-orang desa memang punya istilah khas ini. Suhu dingin, kering, pada musim kemarau. Biasanya bulan Juni sampai Agustusan.
Para pendaki gunung, pencinta alam, sangat paham fenomena tahunan ini. Maka siapkan jaket tebal, selimut dsb kalau hendak naik wisata ke kawah Ijen atau Browo.
Saat mahasiswa saya dan teman-teman nyaris "mati" kedinginan gara-gara tidak paham bediding. Saat mengikuti kegiatan penting PMKRI di kampung dekat kawah Ijen. Tengah malam semua orang menggigil kedinginan. Lalu bikin semacam api unggun. Berdiang sampai pagi.
Musim bediding ini bagus untuk menanam palawija. Tentu saja untuk petani-petani di daerah yang ada irigasinya. Atau daerah super basah macam di Seloliman yang punya ratusan mata air itu. "Di sini keran justru tidak boleh ditutup. Wajib buka terus meskipun separo," kata Mbah Gatot di Seloliman, Trawas.
Betapa melimpahnya air bersih (bisa langsung minum) di kawasan Jolotundo itu.
Sebaliknya, betapa keringnya NTT di musim bediding. Setetes air hujan pun tak ada. Tanaman-tanaman mengering. Banyak yang mati. Meranggas.
Tidak ada yang bisa dilakukan di ladang yang kering. Maka musim bediding di NTT, khususnya Pulau Flores bagian timur, juga dikenal sebagai musim PIGI MELARAT (pergi merantau). Paling banyak ke Malaysia Timur. Sebab tidak ada yang bisa dikerjakan di daerah yang tidak punya irigasi itu.
Presiden Jokowi sangat sering berkunjung ke NTT. Paling sering dibandingkan presiden-presiden lain di Indonesia. Kecuali Bung Karno yang selama 4 tahun diasingkan di Ende, Flores (1934-1938).
Karena itu, Jokowi sangat paham persoalan kekeringan TSM (terstruktur, sistematis, masif) di NTT. Jokowi mengalokasikan anggaran untuk bikin embung dan bendungan. Untuk menyimpan air hujan. Saat kemarau alias bediding ini airnya bisa dipakai untuk pertanian. Jokowi baru saja meresmikan bendungan baru di Pulau Timor.
Lalu, bagaimana solusi kekeringan TSM di Flores, Adonara, Solor, Lembata, Alor, Pantar?
Frans Lebu Raya, mantan gubernur NTT dua periode, orang Adonara rupanya belum ketemu solusi. Ada program anggur merah tapi belum bisa mengatasi persoalan alam yang TSM ini. Orang-orang tetap saja pigi melarat ke Malaysia. Cari ringgit di negaranya Tun Mahathir itu.
Selamat menikmati musim bediding.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar