Kamis, 12 September 2019

Mengenang OM Sinar Kemala, A. Kadir, dan Ida Laila

Ida Laila (depan kiri) bersama personel lengkap OM Sinar Kemala, Surabaya.



Saya sering mendengar kisah seputar OM Sinar Kemala dari Bapak A. Malik Buzaid, salah satu personel OM Sinar Kemala yang tinggal di Desa Kureksari, Kecamatan Waru, Sidoarjo.

Kebetulan saya sering mampir ke rumah Abah Malik untuk tanya-tanya seputar kisah di balik lagu Keagungan Tuhan yang legendaris itu.
Pak Malik sangat respek pada almarhum A. Kadir, salah satu dedengkot musik melayu di tanah air. Jasa beliau sangat besar dalam memperkenalkan lagu-lagu berirama melayu [kemudian bermetamorfosa menjadi dangdut] di seluruh Indonesia.  Saya yakin, orang tua kita pernah menikmati lagu-lagu melayu ala OM Sinar Kemala dan orkes-orkes sejenis.

Nah, kaset ‘Mengenang A. Kadir’ ini diterbitkan Lokananta, perusahaan rekaman milik negara di Solo. Ada 18 lagu di sini. Saya duga, lagu-lagu ini ditransfer dari piringan hitam dengan aransemen musik orisinal, khas 1960-an. Sepenuhnya akustik.

SiSI A:
Keagungan Tuhan [karya A. Malik Bz.] penyanyi Ida Laila,
Pengantin Baru [A. Kadir] penyanyi A. Kadir,
Pujaan Hati [Fouzi] Ida Laila,
Pandangan Sekejap [A. Kadir] Ida Laila/A. Kadir,
Ingkar Janji [Fouzi] A. Kadir,
Tertawan [A. Malik Bz.] Nurkumala,
Di Lembah Duka [A. Kadir] Surayah,
Jangan Diragukan [Fouzi] A. Kadir,
Insan dan Seni [A. Malik Bz.] Fadiah.

SISI B:
Kembalilah Kekasihku [A. Kadir] A. Kadir,
Bercerai Kasih [A. Malik Bz.] Ida Laila,
Hanya Padamu [A. Kadir] A. Kadir,
Tiada Harapan [A. Rafiq],
Menanti Kekasih [A. Kadir] A. Kadir,
Berjumpa Kembali [A. Kadir] A. Kadir/Ida Laila,
Kisah Nan Lalu [A. Malik Bz.] A. Kadir,
Suara Jiwaku [Achmad] A. Kadir,
Terimalah [A. Malik Bz.] A. Kadir.

Saya beberapa kali memutar kaset lama ini untuk menangkap roh OM Sinar Kemala sekaligus struktur musik melayu 1960-an. Hmm.. ternyata A. Kadir bersama anggota orkes mempersiapkan album ini dengan sungguh-sungguh. Mulai dari pola melodi, ritme, aransemen, hingga seksi gesek [string section] yang mempermanis lagu.

Ida Laila pada 1960-an jelas masih remaja. Suaranya terdengar cempreng [ceper], agak sulit dengan nada rendah. Kenapa nada dasarnya tidak dinaikkan saja? Barangkala Pak A. Kadir sudah mempertimbangkan berbagai aspek sehingga memilih Ida Laila membawakan ‘Keagungan Tuhan’.

Yang jelas, sejarah sudah tercipta. Ida Laila dan OM Sinar Kemala sudah berhasil mengabadikan lagu ‘Keagungan Tuhan’ yang sangat religius itu. "Lagu itu memang cepat sekali populer ke seluruh Indonesia, bahkan Malaysia, Singapura, dan Brunei. Sampai hari ini pun orang masih menyanyikannya," kata A. Malik Bz., penulis lagu Keagungan Tuhan, yang dikenal sebagai oran dekat A. Kadir.

Kalau disimak baik-baik, musik dan syair OM Sinar Kemala sangat berbeda dengan lagu-lagu dangdut sekarang [tahun 2000-an ke atas]. A. Kadir dan kawan-kawan menampilkan nyanyian yang santun, berpetuah, refleksi, religius. Irama gambus pun kental terasa. Maklum, A. Kadir dan beberapa pemusik memang keturunan Arab yang paham benar tangga nada Timur Tengah.

Lagu melayu mirip kasidah ini terasa di Pengantin Baru, Pujaan Hati, Keagungan Tuhan…. Yah, hampir semuanyalah. Meski begitu, tema lagu sebagian besar tetap berputar-putar di soal asmara muda-mudi.
Menurut Malik Bz., pada 1960-an hingga 1970-an lirik lagu melayu memang sangat memperhatikan rima alias kesamaan vokal di setiap bait. "Nggak kayak sekarang, syair lagu dibuat sebebas-bebasnya asal jadi," kata Malik Bz. kepada saya beberapa tahun lalu. (Abah Malik sudah almarhum.)

Abdul Kadir lahir dan besar di kawasan Ampel, Surabaya Utara. Orangnya santun, berwibawa, dan hebat secara musikal. Suaranya tidak bagus-bagus amat, tapi enak didengar. Nyanyinya tidak ngoyo, bahkan cenderung pakai setengah suara. Mungkin karena disesuaikan dengan irama melayu masa itu yang belum dimasuki unsur rock & beat macam dangdut masa kini.

Karena suka musik, A. Kadir mengajak teman-temannya pada 1950-an untuk mendirikan Orkes Melayu (OM) Sinar Kemala di Surabaya. Saat itu orkes melayu belum banyak di Indonesia. OM lain yang terkenal dan berpengaruh, kata Malik Bz, adalah OM Bukit Siguntang pimpinan A. Chalik di Jakarta.

[Untuk orkes melayu nama pemimpin sangatlah penting. Dia bisa pemusik, penata musik, atau sekadar juragan yang menentukan merah-hitamnya orkes. Nama pemimpin selalu dicantumkan bersama orkesnya. Maka, kita kenal OM Sinar Kemala pimpinan A. Kadir. Kemudian OM Bukit Siguntang pimpinan A. Chalik. Sampai sekarang pun orkes melayu atau dangdut di Jawa Timur mempertahankan tradisi ini.]

Menurut A. Malik Bz, komposer sekaligus pianis dan pemain akordeon OM Sinar Kemala, selama 10 tahun lebih OM Sinar Kemala tidak berkembang meskipun sudah mulai dikenal masyarakat di Surabaya dan sekitarnya. Toh, mereka tetap berkarya, main di RRI Surabaya, atau mengisi tanggapan di berbaga hajatan. Para pemusik yang rata-rata muda, bujang, sangat menikmati hobi sebagai pemusik melayu yang disukai masyarakat pada masa itu.

Barulah pada 1961, OM Sinar Kemala melejit. Album demi album mereka rekam di PT Lokananta, salah satu perusahaan rekaman perintis di Indonesia. OM Sinar Kemala mencapai kejayaan pada 1964 dengan merilis hit Keagungan Tuhan karya A. Malik Bz. Adalah Ida Laila, vokalis remaja asal Surabaya, yang membawakan saat rekaman di Lokananta.

RRI Surabaya, sebagai wadah bermusik OM Sinar Kemala, kemudian menyebarkan lagu-lagu OM Sinar Kemala ke jaringan RRI di seluruh tanah air. Maka, di mana-mana orang menyanyikan lagu itu. Lalu, rekaman demi rekaman diproduksi di Lokananta.

Saat saya temui di Kureksari, Waru, Sidoarjo Abah Malik Bz mengatakan bahwa OM Sinar Kemala berhasil mencetak 80 album lagu-lagu melayu baik yang sukses maupun tak. Separo, 40 album, diproduksi Lokananta, Solo, dan 40 lainnya oleh Remaco, Jakarta.

Waktu terus berjalan, dunia hiburan Indonesia pada 1970-an awal dibanjiri film-film India. Salah satunya berjudul AWARA. Film India, kita tahu, tak hanya berisi cerita, tapi lebih-lebih musik dan goyangannya yang khas. Orang Surabaya, Jakarta, Bandung, Medan, dan kota-kota besar pun demam artis India.

Mau tak mau, irama India pun terserap ke musik melayu 'klasik' tanah air. Nah, lagu melayu bercampur India ini kemudian menjadi cikal bakal dangdut.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar