Ada apa dengan Hongkong?
James Chu, orang Tionghoa asal Banyuwangi, yang sudah lama jadi warga negara itu belum cerita apa-apa. James lebih suka berbagi rekaman sedang main band. Lagu-lagu campursari, keroncong, atau tembang kenangan.
"Kita orang gak usah bahas demonstrasi dan sebagainya. Itu sudah biasa di Hongkong," katanya.
Sejak muda James terlempar ke Tiongkok karena masalah kewarganegaraan. Dampak PP 10. Dia jadi kuli di Wuhan sambil main musik dari kampung ke kampung. Sampai akhirnya buka usaha di Hongkong.
"Tapi jiwa saya tetap Indonesia. Kita orang selalu pulang kalau ada kesempatan," kata pengusaha + pemusik yang biasa menghibur para buruh migran alias TKI itu.
Lantas, apa sebetulnya yang terjadi di Hongkong?
Demo kok berminggu-minggu?
Minta merdeka dari Tiongkok?
Satu negara dua sistem bagaimana?
Berita-berita tentang gejolak di Hongkong muncul tiap hari di koran-koran Indonesia. Apalagi di internet. Bos Dahlan juga bolak-balik membahas di laman pribadinya. Termasuk cerita tentang Joshua Wong yang kendel itu.
"Bosan baca berita soal Hongkong. Gak menarik lagi," kata pembaca setia koran di pinggiran Surabaya.
Jumat pagi ini ada artikel di koran. Yang nulis Pak Kucing sapaan akrabnya. Konjen Tiongkok di Surabaya Gu Jingqi. Mr Gu tentu saja menjelaskan posisi politik Beijing.
"Hongkong yang awalnya makmur saat ini terus tenggelam dalam kekacauan dan kesuraman dalam pemberontakan," tulis Mr Gu.
"Itu membuat setiap orang Tiongkok yang memiliki hati nurani merasa sangat sedih."
Konjen yang berkantor di Jalan Mayjen Sungkono ini juga menengarai ada kekuatan Barat yang anti Tiongkok berkolusi dengan pengacau di Hongkong. Orang asing berkali-kali ditemukan di antara kerumunan pengunjuk rasa.
Sayang, saya tidak bisa bertanya ke Joshua Wong dan kawan-kawan untuk meminta tanggapan mereka atas artikel yang ditulis Pak Kucing ini. Joshua dkk juga pasti tidak membaca tulisan dalam bahasa Indonesia ini.
Tapi kelihatannya warga Hongkong yang berunjuk rasa itu lebih suka hidup dalam tatanan British ketimbang tatanan Zhongguo. Mereka juga lebih suka berbahasa Kanton ketimbang Mandarin.
Semoga "kesuraman dan kekacauan" ini segera berlalu. Dan selamat menikmati kue bulan.
Anak2 muda, cino Hongkong, memang manusia yang tidak berharkat dan tidak bermartabat. Jenis manusia2 banana, kulit kuning, dagingnya putih. Anak2 ingusan yang belum pernah bekerja dan belum pernah membayar pajak kepada negara, merusak fasilatas2 milik negara, yang notabene dibangun dengan uang pajak, wong-wong sing nyambut gawe, tak lain juga otomatis milik orang-tua mereka sendiri.
BalasHapusPenghasut2, tukang kompor nya, tentu tidak rela nanti tahun 2047, semua tanah milik mereka, sesuai undang2 pertanahan tiongkok, akan berubah menjadi milik negara. Padahal sampai waktu itu, mereka sudah menjadi tulang belulang yang bau.
Sebab utama Soekarno di kudeta, juga gara2 ingin mengubah undang2 hak kepemilikan tanah ( UU Agraria ).
Kirim saja anak2 Hongkong itu ke Inggris dan Amerika, jika nanti di negeri idamannya, merasa didiskriminasi, lalu demo-demo merusak fasilitas umum, biarin ditembak mati oleh polisi inggris dan Amerika.
Wah... pak kucing senang baca komentar ini.
HapusQian jin... qian jin.. jin
Sudut pandang yg lain dibandingkan komentar kritis thd anak2 muda Hongkong di atas. Mana bisa kita menghakimi sejuta orang (dari 7 juta penduduk) yg keluar ke jalan, solider menuntut perubahan.
BalasHapusJika anda menjadi anak muda di Hongkong, di mana segala properti sudah dikuasai konglomerat, dan masa depan anda ialah menjadi pelayan untuk mereka, sementara anda akan tinggal di kotak sempit yg anda bayar dengan mahal, tentunya anda akan menuntut perubahan. Ditambahkan lagi di atas masa depan ekonomi yg suram itu, kebebasan individu yang sudah anda nikmati seumur hidup perlahan lahan diambil sampai akhirnya anda total menjadi budak pekerja para kroni dari partai komunis Tiongkok. Harkat anda sebagai manusia hanya dinilai dari harga ekonomis anda sbg pekerja. Dan harus mingkem cep. Jangankan manusia. Anjing pun akan berontak.
Apa boleh buat. Nasibnya wong hongkong. Bagaimanapun juga Tiongkok adalah negara induknya. Hongkong tidak bisa merdeka. Taiwan masih lumayan bernapas lah.
HapusAlam pikiran orang Hongkong rupanya sangat berbeda dengan Tiongkok meskipun sama2 zhong hua. Tapi apa bisa hongkong yg sesempit itu bisa melawan naga merah yang makin meraksasa itu.
Satu juta anak2 muda Hongkong (dari 7 juta penduduk) merusak, membakar fasilitas umum, menimpuki polisi dengan batu dan bom molotov. Sedangkan 6 juta mayoritas penduduk lebih mendambakan ketentraman, hidup tenang dan bekerja.
HapusKatanya menuntut demokrasi, kok minoritas, para perusuh,
yang dibenarkan ?
Tanggal 1 Oktober 1965, saya anak muda siswa SMA kelas 2, disuruh ikut demo, teriak2 histeris di jalanan, AYO GANYANG UNTUNG ! AYO GANYANG UNTUNG !
Si Untung iku sopo tho mas ? Ora ono sing wero ! Pokoke penak, tidak usah sekolah, prei, jalan2 keliling kota. Hasilnya apa ? Orde Baru Suharto, selama 32 tahun Indonesia dipimpin oleh para Kleptokrat !
Di negara mana para demonstran boleh pakai masker dan melempari polisi dengan batu ???? USA ? Inggris ? Jerman ? Belanda ?
Kalau mau hidup enak, ya bekerja yang rajin, hidup hemat, seperti ajaran nenek-moyang kita orang cina. Bukannya demo berkelakuan seperti beruk liar. Semua orang pekerja ya seyogianya pelayan atau kuli-nya orang2 kaya.
Kalau aku jadi orang Hongkong, maka aku akan menyelesaikan kuliah-ku. Setelah lulus pindah, bekerja, ke Tiongkok-Daratan. Lihat rumah2 orang China, penduduk desa, hampir semuanya besar2 tingkat tiga, diatas lahan 120 M2. Belum pernah aku melihat orang Tiongkok hidup dalam kotak kardus yang sempit.
Kalau ada anak2 muda Hongkong yang anti paham komunis, itu adalah hak mereka, silahkan mereka minggat dari Hongkong. Jika mereka tidak punya uang untuk membeli ticket pesawat, maka saya bersedia membelikan mereka 20 oneway-ticket, economy class, Cathay Airlines, Hongkong- Los Angeles.
Silahkan mereka menulis nama2 dan alamat2 mereka di Blog Hurek ini, nanti saya ajak Mas Hurek ke Hongkong, menyerahkan ticket2 itu, sambil mengucapkan Selamat Jalan Semoga di Amerika kalian berbahagia. Ini sungguhan, engkoh Hurek jadi saksi.
Ini sudut pandang yang arogan dari seorang kaya yang hidupnya tidak pernah miskin.
HapusDemonstran yang memakai masker itu karena polisi menggunakan gas air mata. Demonstran yang militan itu hanya beberapa gelintir dari keseluruhan mereka yang turun ke jalan.
6 juta penduduk tidak ikut turun ke jalan bukan berarti mereka tidak mendukung 1 juta yang turun ke jalan.
Orang berjuang demi perubahan di tempat tinggal mereka, kok disuruh minggat ke negara lain. Wong Hongkong yg berbahasa Kanton apa bisa baca blog amahurek?
Begitulah.. orang punya sikap dan sudut pandang yg berbeda. Dulu leluhur kita juga resah gara2 pergolakan revolusi fisik. Mereka senang zaman normal. Walaupun dijajah Belanda tapi bisa hidup tenang dan normal ketimbang proklamasi kemerdekaan tapi sengsara bukan maen.
BalasHapusAnak2 muda HK juga bergolak, demo terus2an tentu ada alesannya to. Mereka sepertinya tidak suka Zhongguo yg komunis itu meskipun kaya raya. Menarik gerakan rakyat HK ini. Lama2 Mr Xi kehilangan kesabaran kalau demonya tidak rampung juga.
Bung Hurek yang hobby-nya menbaca, pastilah sudah pernah membaca kalimat, yang sering diucapkan tempo doeloe,:
HapusBeta orang Belanda lain kleur !
Nah, kalimat itu sangat cocok dengan filsafat para Anarchos bertopeng Hongkong, yang lebih mencintai Induk-semang-nya daripada Mama-nya sendiri.
Sifat serupa juga ada dalam Kisah Siti Nurbaya, Buku wajib dibaca, kala saya masih sekolah di SMP.
Lama2 kalau Mr. Xi kehilangan kesabaran, maka nasib para Anarchos-hongkong akan lebih malang daripada nasib si - Malin Kundang.
Tiga tahun silam, saya dan saudara2 pergi bertamasya selama 1 minggu ke Sumatera Barat. Selama seminggu kami mengelilingi daerah Minang, lihat kota Padang, Padang Panjang, Bukit Tinggi, Solok, Danau Singkarak, Danau Maninjau, Danau Diatas, Danau Dibawah, Teluk Bayur, dll.
Menyantap semua masakan kuliner yang dibanggakan oleh orang Minang.
Mengapa saya bilang nasib Si Malin Kundang lebih beruntung, sebab saya sudah melihat dia menjadi batu.
Si Malin Kundang bersujud sendirian di pantai yang luas, landai dan indah. Kalau Mr. Xi kehilangan kesabaran, maka para Anarchos bukannya menjadi batu, tetapi menjadi abu yang disimpan dalam kendil, tembikar, bervolume 1 Liter.
Bung Hurek kenal banyak orang2 Tionghoa tua2, yang pernah bersekolah di THHK, tanyalah kepada mereka, bukankah kita anak2 cina diperantauan, yang jaraknya ribuan Kilometer dari Peking, sejak kelas 3 SR, sudah diajarkan sejarah, tentang Perang Candu dan berakibat dirampasnya Hong-Kong oleh penjajah Inggris.
Kita orang Indonesia harus sangat ber-hati2 mengomentari soal gerakan separatisme di negeri orang lain, Bung Hurek tahulah maksud saya.
Sayang-nya banyak Kadrun-Kadrun yang mengompori anak2 muda Indonesia untuk berjihad dan mati syahid ke Suriah, Palestina, Rohingya, Xinjiang, bahkan kurang-ajar-nya berani menghasut untuk berjihad ke provinsi timur.
Orang lain dihasut untuk mati syahid, sedangkan si-Kadrun enak2 ngeloni 3 atau 4 istri2-nya.
Saya ingat Guru-saya berkata : Diatas Bumi selalu ada Jamu untuk mengobati sesuatu penyakit, hanya ada satu penyakit yang tidak ada jamu-nya, yaitu Kebodohan.
Jika membicarakan tentang orang Indonesia yang lebih memilih adat istiadat Belanda dibandingkan daerahnya sendiri, buku referensi yang dimaksud dari jaman Balai Pustaka itu Salah Asuhan, bukan Siti Nurbaya.
HapusTidak usah jadi orang Cina, dan tidak usah sekolah di THHK juga tahu kalau Hongkong itu milik RRT.
Walaupun kita berharap situasi tetap damai, kita bisa menaruh simpati kepada anak2 muda yang menginginkan perubahan,
Semua juga tahu kalau Chairman Xi dan Partai Fasis Tiongkok akan bergerak untuk melibas para demonstran kalau situasi tidak kunjung damai.
Ga usah terlalu arogan lah jadi orang, dan jangan bandingkan situasi di Syria dengan di Hongkong. Lain banget, ga cocok analoginya.
Alhamdulillah, Deo Gratias ! Tumben lu pinter, tahu Hongkong itu milik RRT.
HapusCuma lu harus belajar sedikit lagi, biar juga tahu, bahwa Chairman Xi dan Partai Fasis Tiongkok telah berhasil membebaskan lebih dari 500 000 000 rakyat Tiongkok dari kemiskinan, hanya dalam waktu 30 tahun. Seluruh Dunia mengakui keberhasilan tersebut.
Eh, elu juga pinter, bisa mengakui bahwa partai komunis di Tiongkok sudah berubah menjadi partai fasis. Sebagai orang yang lama di Jerman tentunya mengerti sekarang mengapa orang2 Hongkong memakai tutup muka. Karena partai fasis seperti Nazi Jerman, dengan bengis akan menangkapi dan bahkan membunuh siapa saja yang berani menentang Der Fuehrer Xi dengan bantuan facial recognition.
HapusSetelah dengan spektakular mengakibatkan 50 juta lebih manusia mati kelaparan karena kegagalan Mao Zedong antara 1950-1980, partai komunis berubah haluan menjadi partai kapitalis. Selagi elu masih enak2 di Jerman, gua sudah blusukan di desa2 Cina ketika raja kucing penangkap tikus Deng mengimplementasikan kapitalisme.
Setelah 500 juta rakyat diangkat dari kemiskinan dengan strategi kapitalis, Partai Kapitalis Kroni Tiongkok kemudian menjadi Partai Fasis Tiongkok karena rakyat siapapun yang berani2 menyuarakan ketidakpuasan terhadap Der Fuehrer Xi dan kroni2nya.
Dulu di daerah saya selalu ada debat teologis atau apologetika yg tidak pernah ketemu antara katolik dan protestan. Diskusi panas, debat kusir, gak ada akhirnya. Semua pihak sama-sama merasa yg paling benar. Merasa paling dekat dengan Tuhan.
BalasHapusLalu ada bapa guru tua bilang: polemik macam tidak akan ada akhirnya karena filsafat dan teologinya berbeda.
Nah, Tiongkok dan HK pun beda filsafat dan teologinya. Makanya anak2 muda HK tidak percaya Beijing dan sebaliknya Beijing juga bingung melihat unjuk rasa berbulan-bulan itu.
Beijing dan Pak Kucing yg filsafat dan teologinya komunis bilang masa depan HK sangat suram kalau demo terus.
Sebaliknya orang HK juga merasa masa depannya sangat suram kalau ikut filsafat dan teologi Tiongkok.
Filsafatnya Beijing dan Chairman Xi itu bukan sosialisme-komunisme lagi, tetapi kapitalisme-fasisme. Kalau mereka masih berideologi sosialis, justru akan mbelani anak2 muda dan rakyat tak mampu di Hongkong yang menuntut perubahan. Karena mereka fasis kapitalis, maka mereka akan melakukan apapun untuk mempertahankan kekuasaan dan membela posisi mereka dan kroni2 mereka. Sebagai fasis-kapitalis yang ateis, mereka tidak punya teologi. Heil Xi Jinping (sarkastis)!
HapusChairman Mao dulu dikenal sebagai "lingxiu", the Great Leader. Setelah Mao mati, dan Hua Guofeng, sejak Deng Xiaoping hingga Hu Jintao, tidak ada lagi ketua PKT yang dikenal sebagai lingxiu; mereka menggunakan gelar lingdao, yang juga berarti pemimpin, tetapi lebih rendah derajatnya. Orang lain yang menggunakan gelar semacam ini ialahThe Great Leader of North Korea.
HapusKekerasan dan arogansi bukanlah manifestasi kekuatan, tetapi lebih merupakan manifestasi rasa takut dan insekuritas.
Betul Lambertus. Daripada debat kusir, lebih baik kita doakan, kirimkan energi positif ke Hongkong, agar semuanya berakhir dengan damai. Semoga para demonstran tidak bertindak anarkis lagi. Semoga para petinggi Cungkuok celik mata hatinya. Amin. Amitaba.
BalasHapusDemo, Demo, Demo. Hasilnya apa ? 0 atau Nol !
BalasHapusDemo 1966, hasilnya Tommy, Tutut, Oom Liem, jadi milliarder.
Demo 1974, hasilnya, Toyota, Honda, Suzuki, Daihatsu, Nissan, Mitsubishi, Isuzu, Yamaha, Kawasaki, tetap jaya.
Demo 1998, hasilnya harga cabai 100.000,- per Kg dan bentuk tempe berubah dari bentuk sabun cuci batangan, menjadi tipis seperti kartu Kredit.
Demo 2017 ber-jilid2, hasilnya DKI Jakarta berubah cantik seperti New York.
Hanya massa yang frustasi, mudah dimanipulasi dan diprovokasi.
Presiden pertama, Bung Karno, dikelilingi oleh anak2 muda, para pejuang kemerdekaan yang idealis, nasionalis dan patriotis. Bukannya oleh para mantan pentolan demonstran.
Visi dan nasehat Bung Karno : Tugas-Ku lebih mudah, sebab tahu musuh kita, yaitu orang Belanda. Penerus2-Ku akan lebih susah, sebab harus melawan musuh dalam selimut.
Demo 1910 di Peking, hasilnya dinasti Qing turun digantikan Nasionalis
HapusDemo 1991 di Santa Cruz, Dili, hasilnya pembantaian, yang mendorong dunia mendukung Timor Timur untuk merdeka
Demo 1998, hasilnya GDP per capita naik dari $460 s.d. sekarang $3500 lebih
Demo 1960an di Amerika, hasilnya segregasi dihapuskan