Jumat, 13 September 2019

Hilang minat nonton sepak bola

Persebaya lagi main lawan Kalteng Putra. Masih imbang. Banyak orang nonton bareng di kafe kawasan Rungkut, Surabaya, Jumat 13 September 2019. Tapi saya kehilangan selera menonton balbalan jowo - istilahnya Mas Arif, mantan wartawan sepak bola.

"Percuma nonton balbalan jowo," katanya. Teman asli Malang ini kemudian menyebut begitu banyak kebobrokan di sepak bola Indonesia.

Sudah lama saya diingatkan Arif soal balbalan jowo ini. Tapi saya masih sering nonton di televisi. Kadang langsung di stadion kalau di Sidoarjo. Ada keasyikan nonton langsung di lapangan. Bisa teriak-teriak dan maki-maki pemain, pelatih, atau suporter lawan. 

Ujaran kebencian atau caci maki tidak berlaku di stadion. Penjara bisa penuh kalau suporter yang misuh-misuh. Negara bisa bangkrut karena harus memberi makan para suporter yang dijerat pasal ujaran kebencian.

Nah, minat nonton balbalan jowo akhirnya hilang setelah menyaksikan laga timnas senior kita lawan Malaysia dan Thailand. Benar-benar hancur. Babak belur. Level permainan kita masih di bawah Malaysia dan Thailand. Jangan-jangan Indonesia sekarang satu tingkat dengan Timor Leste?

Apa gunanya Liga 1 kalau pemain-pemainnya memble di timnas? Pesepak bola yang tidak sanggup bermain selama 90 menit? Tidak bisa berlari mengejar bola karena napasnya habis?

Syukurlah, sekarang internet menawarkan begitu banyak pilihan. Video-video konser musik di Youtube sangat banyak. Saat Persebaya main, saya justru menonton rekaman wawancara Rhoma Irama dengan Alvin Adam. 

Saya jadi tahu artis idola Bang Haji ternyata Broery Marantika dan Tom Jones.

4 komentar:

  1. Beruntung sekali saya waktu kecil di Surabaya klub kita ialah Niac Mitra, yg dibiayai bos kasino Niac, A. Wenas. Walaupun Niac kemudian ditutup krn judi dilarang, namanya tetap Niac Mitra. Ada Fandi Ahmad dan David Lee. Djoko Malis, Rudy Keltjes, Sjamsul Arifin, Rae Bawa. Wis, top. Juara Liga, juara piala Aga Khan. Bahkan waktu Arsenal berkunjung ke Tambaksari, dikalahkan 2-0 kalau gak salah. Saya ada di dalam stadion krn diajak kakakku. Itu juga merupakan pertandingan perpisahan Fandi dan David. Setelah itu pemain asing gak boleh lagi. Belakangan dibuka lagi. Wis gak konsisten blas. Perserikatan yg amatir jadi bayaran, campur baru ga karuan. Bal2an dadi bancakan elite .

    BalasHapus
  2. Haiya.. niac mitra. Klub galatama yg top markotop jaman biyen. Berkat agustinus wenas dengan perusahaan niac yg bisnis hiburan plus judi itu. Niac ini benar2 tidak ada duanya sampai sekarang.

    Saya juga kenal nama2 besar eks niac mitra itu. Hampir semuanya jadi pelatih kawakan. Djoko Malis, Keltjes, Alhadad dsb. Bahkan dulu sering ngopi bareng ngobrol ngalor ngidul.

    Persebaya era perserikatan juga ciamik soro. Amatir tapi kualitas pemain2nya lebih bagus ketimbang timnas senior 2019. Bisa jadi karena gizi dan latihan pemain2 era lama jauh lebih bagus.

    Nonton balbalan jowo saiki bikin stres. Apalagi timnas saat lawan Malaysia dan Thailand kemarin.

    Tapi ada bagusnya juga. Kita orang bisa istirahat atau membaca buku atau melakukan kegiatan lain yg lebih menyenangkan. Ketimbang memaki-maki pemain dan pelatih timnas Indonesia yg babak belur. Juga tidak perlu beli tiket, desak2an ke stadion untuk nonton bola yg kualitasnya sangat buruk itu.

    BalasHapus
  3. Perserikatan yg amatir jadi bayaran sejak PSSI dipimpin Azwar Anas. Persebaya, Persib, PSM, Persipura, PSMS, PSIS dsb dipaksakan jadi bayaran. Padahal sejak tahun 1927 persebaya adalah bond kota atawa perserikatan. Luar biasa persebaya saat masih amatir.

    Karena jadi bayaran ya persebaya sudah tidak punya kaitan dengan pemkot surabaya. Persebaya sekarang milik PT Persebaya yg presidennya Azrul Ananda, putranya Bos Dahlan Iskan. Kudu cari duit dan sponsor untuk beli pemain, bayar stadion dsb.

    Stadion Tambaksari milik pemkot sudah lama tidak dipakai. Stadion Gelora Bung Tomo di Benowo kudu bayar mahal. Tidak ada keistimewaan untuk persebaya.

    Masih untung suporter alias bonek masih memenuhi stadion berkapasitas 50 ribu penonton itu. Sponsor besar macam kapal api dan honda pun masih setia.

    Tapi ya itu... permainannya ya gitu2 aja. Untuk masuk 5 besar aja sulit bukan main. Bolak balik ganti pemain dan pecat pelatih.

    BalasHapus
  4. Balbalan jowo juga penuh dengan mafia. Ketua pssi joko driyono ditangkap karena kasus mafia bola juga. Wasit2 juga sering kena suap. Pemain2 juga terimbas pengaturan skor. Lengkap sudah kebrengsekan balbalan indopahit.

    BalasHapus