Kamis, 26 September 2019

Mahasiswa Bergerak! Siklus 20 Tahunan

"Apakah saya perlu demo?" tanya seorang mahasiswa di dekat kawasan Bandara Juanda, Sedati, Sidoarjo.

"Terserah lah. Kalian punya banyak informasi di internet, medsos, koran, televisi dsb. Silakan bersikap," kata saya diplomatis. Khas orang tua bijaksana yang memilih bermain aman.

Lalu, obrolan sambil lalu itu membahas nasib KPK, KUHP baru, dan sepak terjang elite politik di Senayan. Plus sikap Jokowi setelah terpilih lagi jadi presiden. Cidiro janji, istilah lagu campursarinya.

Karena itu, wahai para mahasiswa S1 yang masih muda (bukan S2 atau S3 yang tua), inilah momentum emas. Kesempatan untuk turun ke jalan. Sebagai kekuatan moral. Sebab masukan-masukan dan kritik lewat media massa + media sosial tidak lagi mempan.

Tidak banyak momentum bagi mahasiswa untuk kuliah umum di jalan raya, gedung parlemen, dan ruang publik. Setelah aksi fenomenal 1998, para mahasiswa cenderung mati suri. Lebih asyik menikmati revolusi teknologi dengan medsos yang masif. Kemewahan yang tidak pernah dinikmati mahasiswa sebelum tahun 2000.

Momentum penting lainnya sudah lama berlalu. Tahun 1974. Ada peristiwa Malari yang kemudian membuat rezim orde baru makin beku dan kaku. NKK dan BKK diberlakukan tahun 1978. Hingga 1998. Total jenderal 24 tahun.

Sepertinya ada siklus 20 tahunan. Tahun 2019 ini muncul lagi gerakan mahasiswa yang TSM: terstruktur, sistematis, masif. Gaungnya jauh lebih nyaring karena diresonansi media sosial.

Presiden Jokowi dan para politisi di Senayan tidak bisa anggap enteng. Apalagi menganggap jutaan mahasiswa di berbagai kota ini ditunggangi.

"Paling mudah menyalahkan yg bersandal di jalanan: disusupi, ditunggangi, direkayasa. Siapa yg menilai cara komunikasi publik istana? Yang sangat buruk? Ayo Dian Sastro, bantu komunikasi publik orang jalanan," tulis Bre Redana.

Mantan redaktur seni budaya Kompas ini menambahkan:

"Jangan dengarkan pernyataan2 dan pertanyaan2 yg bisa mengikis militansi. Itu theologi orang kalah. Pelihara militansi dan semangat antikemapanan seumur hidup. Terus berjuang mahasiswa."

Selamat berjuang!!!

6 komentar:

  1. Memang seperti itulah mentalitas pejabat dan orang2 dibelakang jokowi. Dikit-dikit ditunggangi. Kalau memang sudah tau ditunggangi dan tau siapa dalangnya,ya segera tangkap lalu adili. Kalau memang belum punya bukti yang kuat ya jangan buru-buru bikin pernyataan yang malah membuat keadaan semakin gaduh. Lucunya pernyataan ini keluar dari mulut seorang menteri,apakah ini bisa dipercaya? Saya kira tidak. Sejak ramai aksi 212,demo didepan bawaslu,MK,hingga demo masyarakat papua yang berlangsung 1 minggu tanpa pemberitaan,pasti statement yang keluar selalu sama. Ada yang 'menunggangi' seakan semua kekisruhan adalah lawan politik jokowi. Setelah keadaan sedikit reda ya semua menguap begitu saja,tanpa tau siapa sebenarnya orang yang dituduh wiranto dkk ini. Ini adalah bentuk kegagalan yang nyata,seperti menelanjangi diri sendiri. Menkopolhukam seharusnya bisa tanya atau cari info yang valid dulu,kan punya badan inteljen. Jangan buru2 ngomong tanpa ada bukti yang jelas,lucunya kalau yang ngomong wiranto tidak ada yang melaporkan ke polisi atas tuduhan berita bohong/hoaks. Padahal konteksnya sebenarnya sama. Sama2 membuat gaduh dengan berita yang tak pasti.

    BalasHapus
  2. Wis ta lah, Mas ! Demo, demo ! Semua kekacauan awalnya, dimulai dengan demo yang katanya damai. Lihatlah kejadian di Wamena, juga awalnya demo yang katanya damai. Syria hancur, juga awalnya gara2 demo yang katanya damai, ternyata terang2-an ditunggangi oleh Amerika dan negara2 barat.
    Apa salahnya Presiden Joko Widodo dan Baschar al Assad, kok didemo ? Ukraina kacau juga gara2 demo.
    Apakah Suharto jatuh gara2 didemo, ataukah karena konco2-nya membangkang ?
    Banyak teman2 kuliah-ku atau teman2 kerja-ku adalah orang Syria, tidak semuanya mereka beragama Islam, banyak yang beragama Katolik Orthodox. Islam mereka pun, Islam yang toleran.
    Menurut mereka, dibawah kepemimpinan Presiden Hafiz al Assad, ayahnya Baschar, Syria tentram, tidak ada konflik agama, karena dipimpin dengan tangan besi. Baschar al Assad sebenarnya adalah presiden yang reformis, didikan Inggris. Salahnya dia, hanya karena berteman dengan Russia, sehingga menjadi duri di mata Amerika dan konco2-nya.

    Daftar beberapa negara yang sangat demokratis dan liberal di atas bumi adalah : Swiss, Belanda, Belgia, Jerman, Austria, Italy, Prancis dan Spanyol.
    Di negara2 tersebut diatas ada Undang2, Anti Mask Law, yang di Jerman disebut Vermummungsverbot Gesetz.
    Kalau mau demo, berdemolah secara kesatria dan beradab, jangan menutupi wajah kalian dengan masker, topeng, atau kain penutup.
    Orang yang merasa benar tidak perlu menyembunyikan wajah-nya.
    Jangan meniru pendemo pengecut Hongkong yang bertopeng.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Istilah populernya ojo ditunggangi. Kalo mau nunggang kuda ya monggo.

      Hapus
    2. Cina mengumpulkan data setiap warganegaranya dengan face recognition technology. Dan di Cina tidak ada undang-undang yang mengerem pemerintah untuk menggunakan technology tersebut untuk menghukum para demonstran yang mengkritisi pemerintah. Negara2 liberal di Eropa Barat kok dibandingkan dengan pemerintah otoriter di Cina. Yo wuadoh.

      Hapus
  3. Demo, demo ! Warta berita hari ini, 5.10.2019.
    Sudah sejak empat hari berlangsung demonstrasi di Irak, sampai hari ini 73 orang yang mati, 3200 orang yang terluka, dan puluhan gedung yang dirusak. Demo aja terus2-an !

    BalasHapus
  4. Baru 10 menit berlalu, jumlah korban demo di Irak, yang mati sudah menjadi 90 orang, sedangkan yang terluka bertambah menjadi 4000 orang. Ketika saya duduk di bangku kelas 2 SMP, bapak kepala sekolah pernah bercerita sbb.:
    Anak2, tahukah kalian, di Timur Tengah ada sebuah negara yang disebut Irak. Negara itu sedemikian kaya dan aman, kalian bisa membawa 1 Kg. emas, jalan2, tidak ada orang yang akan merampok.
    Mungkin bapak kepala sekolah membual, tetapi sebelum diobrak-abrik oleh Amerika, Irak memang sebuah negara yang makmur.
    Di Indonesia Agama dijadikan alasan. Di Amerika Demokrasi dihalalkan untuk menyerang, menghancurkan negara lain.
    Kepada siapa orang Irak, Syria, Lybia, Afghanistan, korban pembantaian G-30-S, harus mengadu ?

    BalasHapus