Minggu lalu saya iseng-iseng membaca buku lama tulisan Pater Alex Beding SVD. Semacam memoar, refleksi, sekaligus kegundahannya tentang Pulau Lembata. Pastor pertama dari Pulau Lembata, NTT, ini prihatin dengan sikap pejabat-pejabat daerah yang dianggap mengabaikan aspirasi rakyat.
Sabtu petang ini, 12 Maret 2022, di bawah pepohonan kawasan Jolotundo, Trawas, yang sejuk muncul berita duka di media sosial. Pater Alex Beding SVD meninggal dunia. Resquescat in pace!
Pastor Aleksander Koker Beding SVD, nama lengkapnya, mengakhiri tugasnya di dunia pada usia 98 tahun. Tercatat sebagai pater tertua di NTT.
Di usia jelang satu abad, Pater Alex tetap berkarya. Membaca, menulis, membaca, menulis... Usia boleh tua tapi tidak pikun. Dan tetap bisa jalan kaki ke mana-mana.
PA Beding, nama populer Pater Alex di media massa, tetap kasih wejangan untuk pater-pater muda yang sudah masuk generasi cucu dan cicitnya. Pastor asal Desa Lamalera, kampung ikan paus itu, tak henti-hentinya bikin refleksi lewat tulisan-tulisan di media massa.
Tahun 2021 lalu Pater Alex Beding merayakan ulang tahun ke-70 imamatnya. Yah.. 70 tahun lalu pertama kali ada orang Lembata yang ditahbiskan jadi pastor. Anak nelayan jadi seorang penjala manusia.
Betapa banyak karya Pater Alex di Flores, NTT, dan Indonesia. Ialah yang mendirikan Penerbit Nusa Indah di Ende, Flores. Penerbit yang paling banyak menerbitkan buku-buku rohani Katolik di Indonesia. Juga buku-buku humaniora, bahasa, pertanian, dsb. Yang best seller tentu buku-buku bahasa Indonesia karangan Prof Gorys Keraf, akademisi yang kebetulan satu kampung dengan Pater Alex Beding di Lamalera.
Ketika media komunikasi belum sehebat sekarang, media sosial belum ada, Pater Alex Beding sudah meyakini pentingnya media massa. Pers yang isinya sejalan dengan kebutuhan masyarakat NTT. Bukan media yang Jakarta sentris atau Jawa sentris.
Maka, Pater Alex Beding SVD menerbitkan surat kabar Dian pada 1973. Awalnya dua mingguan, kemudian jadi mingguan. Sebelum Dian, Pater Alex dan tim di Nusa Indah menerbitkan majalah atau buletin Bentara kalau tidak salah.
Surat kabar Dian sukses besar. Jadi bacaan utama hingga ke pelosok desa yang tidak punya listrik. Masih pakai pelita. "Membangun manusia pembangun," begitu konsep Pater Alex dengan Dian itu.
Setelah Dian, Pater Alex bikin majalah anak-anak. Namanya Kunang-Kunang. Ini juga sangat sukses di masanya. Sayang, Dian kemudian tergusur harian Flores Pos yang tidak sesukses Dian. Ini juga karena Pater Alex tak lagi aktif lantaran usia yang sepuh.
Saya beberapa kali bertemu Pater Alex Beding SVD di Biara Soverdi, Jalan Polisi Istimewa Surabaya. Sempat ngobrol panjang lebar seputar media massa, perkembangan pers di NTT, hingga memudarnya Dian dan Kunang-Kunang.
Obrolan ringan ini saya unggah ke blog. Ternyata jadi salah satu rujukan profesor di Belanda untuk menulis buku besar tentang Sejarah Gereja Katolik di Indonesia. Prof Karel Steenbrink yang terkenal itu pun minta izin saya agar foto Pater Alex Beding dimuat di bukunya. Prof Steenbrink meninggal dunia tahun 2021 lalu.
Tak ayal lagi, Pater Alex Beding SVD tercatat sebagai tokoh perintis pers di NTT. Beliau mendapat penghargaan khusus pada peringatan Hari Pers Nasional beberapa tahun lalu.
Kini, Pater Alex, sang pelopor, sang pembangun, nelayan penjala manusia itu sudah tenang bersama Sang Pencipta. Terima kasih banyak, Pater!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar