Sabtu, 26 Maret 2022

Sedekah recehan dan roti untuk Mas Kaipang

Pagi ini aku ngopi di depan minimarket di Krian. Ditemani roti tawar gandum mencontoh meneer en mevrow tempo doeloe. Roti gandum lebih sehat ketimbang roti biasa yang enteng. Pencernaan lebih bagus, kata dokter.

Lalu datanglah seorang ahli kaipang, anggota partai pengemis. "Minta duit," katanya sambil senyum.

Ada seribu perak. Uang kembalian itu diberikan ke Mas Kaipang. Bukannya bilang terima kasih, tapi agak protes. "Kurang, Pak!

Waduh... pengemis di zaman milenial ini memang beda. Tidak lagi nrimo dan matur nuwun meski dikasih uang recehan. Apa boleh buat, aku tambah 2.000. Diambil tapi lupa bilang terima kasih.

Mas Kaipang belum juga beranak. Rupanya dia ngiler melihat roti tawar gandung. Aku kasih satu iris. "Kurang, Pak!" 

Maka dikasihlah satu iris lagi. Diambil lalu ngalih ke meja lain. Minta sedekah di sebelah. Matur nuwune wis lali. Sudah lupa bilang terima kasih.

Tiba-tiba ada bisikan halus menyapa. Saat ini masa puasa. Saatnya memperbanyak sedekah. Tangan kiri memberi, tangan kanan tidak boleh tahu. Tidak boleh cerita siapa-siapa. Apalagi cuma sedekah recehan untuk Mas Kaipang yang lusuh itu.

Matius 6 : 2 :

"Jadi apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong, supaya mereka dipuji orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya."

2 komentar:

  1. Dua puluh tahun silam, saya bersama empat orang teman dari Surabaya jalan2 ke kota Shenzhen. Saya tidak suka shopping, jadi ketika teman2 masuk toko Samsonite, saya menunggu di luar sambil menikmati asap Marlboro Merah.
    Ketika itu saya didatangi oleh sepasang suami istri yang membawa seorang anak bocah. Mereka ngemis, saya kasih 10,-Yuan, sebab sang ayah bilang mereka sudah sehari tidak makan.
    Laki itu bilang 10 Yuan kurang, dia minta lebih. Saya diam saja, tidak menghiraukan mereka lagi. Kala itu bayaran seorang penjaga toko rata2 300,-Yuan per bulan. Jancuk, orang lain kerja sehari suntuk, baru dapat gaji 10 Yuan, lu gua kasih cuma2 10 Yuan, masih tidak puas, padahal gua penduduk Tiongkok tahu harga semangkuk Lamian, mie rebus halal, cuma 2,70.
    Karena mereka tetap ngotot minta uang lebih, maka saya bilang ke laki itu; Mana uang yang tadi saya kasih. Dia berikan kepada saya kembali.
    Dia kira saya akan memberinya uang lembaran yang nilainya lebih tinggi. Tetapi uang itu saya masukkan ke dalam saku, lalu mereka saya usir. Akibatnya si laki itu dicaci-maki oleh istrinya.
    Itu untungnya terjadi di Tiongkok, kalau seandainya di Surabaya niscaya belati sudah menancap di perut-ku.
    Aku sering terkenang kejadian itu, dan menyesal, merasa bersalah telah berlaku tidak pantas. Penyesalan itu sungguh dari nurani. Bayangkan setiap hari, selama 52 tahun, engkau butuh 30 batang rokok Marlboro, seharga 7,50 Euro, setara 75 Yuan kala itu. Masakah memberi 10 Yuan aja, lu minta kembali. Mea culpa, Mea maxima culpa !
    Penyesalan itu bukan karena gara-gara, si Matius dengan teorinya yang aneh. Contoh Matius 5:39.
    Jan Pieterszoon Coen, Christoph Kolumbus dan semua bule yang hidup di benua Amerika dan Australia, sudah hafal khayalan Matius, Markus, dll.
    Apakah mereka yang mencetak dan menyebarkan buku2 itu, juga setulusnya menjalani nasihat yang tercantum dalam kitab tersebut ?
    Isinya, Nasehatnya, semuanya benar, namun bule2 nya yang sakarepe dhewe, alias oknum-oknum. Bule-bule belum puas sudah mengobarkan Perang Dunia 2 kali, sekarang masih coba-coba menyiapkan Perang Dunia Ketiga dengan senjata ABC (Atom Biologis Chemie).
    Halleluja, Fiat voluntas tua, sicut in caelo et in terra ! Amen.

    BalasHapus
  2. Kamsia atas siansen punya pengalaman yang menarik. Begitulah ajaran soal sedekah, kasih sayang sesama manusia. Mudah dibicarakan tapi tak mudah dilaksanakan dalam hidup kita orang biasa yang penuh kelemahan.

    Matius 5 : 39
    Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu.

    BalasHapus