Minyak goreng langka dan mahal. Sejak akhir tahun 2021. Katanya bahan baku sawit. Katanya ulah mafia. Katanya katanya katanya...
Yang pasti, Cak Mat belakangan ini lebih sering menyediakan pisang rebus di warkopnya. Pisang goreng, telo goreng, singkong rebus dikurangi. Pisang goreng malah tak ada lagi. Sebab harga pisang kepok yang bagus memang mahal. Jauh sebelum harga migor naik.
Aku malah senang dengan kehadiran pisang rebus. Ini yang saya cari sejak lama. Lebih sehat kata dokter. Tidak bagus makan gorengan. Sebaiknya makan makanan yang tidak digoreng. Macam mendiang bapaku sejak divonis sakit gula atawa diabetes.
Nasihat dokter memang penting. Tapi aku sendiri suka pisang rebus, telo rebus, singkong rebus.. polo pendhem karena kebiasaan di kampung dulu. Di pelosok yang tidak ada listriknya.
Minyak kelapa -- istilah minyak goreng di desa -- memang mahal. Lebih tepatnya: ribet memanaskan santan hingga jadi minyak kelapa. Bisa sehari penuh duduk di tungku hingga panen minyak yang volumenya tidak seberapa.
Masa itu orang kampung belum biasa beli minyak goreng buatan pabrik di toko. Kalau bisa buat sendiri, mengapa harus beli? Apalagi uang di tangan pun pas-pasan.
Karena itu, memasak makanan pakai rebus memang jadi kebiasaan. Bahkan semacam budaya. Tidak ada yang namanya nasi goreng di pelosok itu. Nasi sudah matang kok digoreng lagi? Begitu pertanyaanku saat sekolah dasar.
Karena itu, meski sudah lebih lama di Jawa ketimbang NTT, saya masih heran dengan kebiasaan orang di sini. Singkong sudah direbus atau dikukus, matang, lalu digoreng lagi. Pakai minyak curah atau kemasan pabrik migor di Rungkut Industri, Tambak Sawah, dsb.
"Kalau digodhok thok gak payu," kata Anang, temanku yang punya warung gorengan di Prambon, Sidoarjo.
Yo wis... selera dan kebiasaan orang memang beda-beda. Tapi ada baiknya di era mafia minyak goreng ini kita kembali ke kebiasaan nenek moyang. Memasak makanan tanpa minyak goreng.
Nama jajan pisang-goreng sebenarnya kurang tepat, karena sudah dicampur dengan adonan tepung beras, bukan pisang asli yang digoreng.
BalasHapusKalau orang Bali memberi bermacam nama jajan:
Pisang plus adonan tepung beras, kalau digoreng disebut godoh.
Pisang plus adonan tepung beras, kalau direbus disebut pisang-rai.
Pisang plus adonan tepung beras dibungkus daun pisang, dikukus disebut sumping biu.
Mulai hari ini minyak goreng juga langka di eropa, mungkin mereka kualat, karena sok aksi memboikot minyak sawitnya Jokowi.
Kamsia atas informasi Bali punya ragam pisang goreng. Pisang goreng tanpa adonan tepung dulu banyak di NTT. Lama-lama hilang pakai adonan tepung semua.
BalasHapusPisang godhog memang cocok utk ngopi2.
BalasHapus