Jumat, 25 Maret 2022

Jonas Pareira menikmati bukit berbunga di surga

Orangnya kelihatan sangar khas Flores. Tapi hatinya lembut. Selembut bunga-bunga indah di hamparan bukit berbunga. Bukit berbunga tempat yang indah.

Bung Yonas Pareira, seniman komposer asal Maumere, Flores, semalam berpulang ke pangkuan Bapa di surga. Usianya 85 tahun. Dapat bonus lima tahun merujuk ayat Mazmur.

Yonas Pareira pernah bikin heboh Nusantara pada 1980-an dan 1990-an. Gara-gara lagu melankolis Bukit Berbunga. Dipopulerkan Uci Bing Slamet. Lalu jadi sangat terkenal di mana-mana. Orang kota hingga pelosok NTT yang tak ada listrik punya menyanyi Bukit Berbunga.

Itu hikmah Natal, kata Yonas. "Karena lagu Bukit Berbunga ditayangkan di TVRI tanggal 25 Desember 1981. Aneka Ria Safari," kata Bung Yonas suatu ketika.

Sebelum Bukit Berbunga, Yonas sudah bikin banyak lagu anak-anak. Dibawakan Ira Maya Sopha, Tanamal, Dina Mariana dan banyak lagi artis cilik masa lalu. Tapi tidak ada yang heboh macam Bukit Berbunga.

Sejak itu nama Yonas Pareira yang tamatan SMEA di Ende itu melejit di pusaran industri pop nasional. Dia bikin lagu-lagu romantis dan puitis. Ada nuansa bunga-bunga indah.

Bukit Berbunga 2, Senyum di Musim Bunga, Bunga untuk Pahlawan, Bunga-Bunga Tersenyum Riang, Senja di Musim Bunga... dan entah bunga apa lagi.

"Saya bikin lagu sesuai karakter suara artis. Uci Bing Slamet sangat cocok dengan Bukit Berbunga," katanya.

Berkarya di Jakarta sejak 1970-an, Jonas Pareira boleh dikata tercatat sebagai komposer asal NTT yang jadi pembuka jalan bagi artis-artis asal NTT lain. Salah satunya Ingrid Fernandez. 

Ia bersama Bartje van Houten berusaha mengangkat nama Ingrid. Namun kurang sukses di belantika pop. "Kurang promosi," katanya.

Sekitar 400 lagu ditulis Yonas Pareira selama hidupnya. Sebagian besar dibawakan penyanyi-penyanyi wanita yang melankolis. Tapi ada juga lagu-lagu perjuangan macam Bersatu Kita Pemuda dibawakan Leo Waldy. Jamal Mirdad bawakan lagu Bunga untuk Pahlawan.

Di usia senja, 80 tahun, Bung Yonas tetap sibuk. Sesekali bikin lagu, main musik bersama musisi-musisi senior, senda gurau di media sosial. 

Dua pekan lalu saya sempat menggoda Bung Yonas soal Bukit Berbunga. Syair yang tiba-tiba muncul setelah melihat gadis cantik berbaju ketat nan wangi melintas di hadapannya.

 "Saya lihat ada dua bukit yang berbunga," kata kakek tujuh cucu yang suka humor lelaki itu.

Bung Yonas, selamat menikmati bukit berbunga di surga!

2 komentar:

  1. Setelah membaca artikel diatas, aku coba training di rumah sambil mendengarkan lagu2-nya Bung Yonas. Bagi ku lirik lagu dan irama nya sangat katholisch-anständig (terlalu sopan-katolik), seperti kisah dua sejoli yang baru kenal dan sedang pacaran sambil diawasi oleh mata elangnya calon mertua perempuan.
    Aaah, aku memilih kembali mendengarkan lagu2-nya Rinto, bunga sedap malam, sudah layu rontok pula, air mata mu keringlah sudah, aku datang dan pergi sesuka hati ku, lu mau benci atau rindu, emangnye gue pikirin.
    Lagu2 nya Rinto agak seronok dan brutal, sesuai dengan kehidupan nyata, kesedihan, kekecewaan, lensoan serong kanan serong kiri, polygamie, kawin-cerai, layu dibuang tanpa pesangon, kurang ajarnya bilang bojoku wis turun mesin ping papat, pergi njajan tapi bilangnya ke gereja habis ngaku dosa ke pastor mensvoort. Dasar mulut lelaki !

    BalasHapus
  2. Sajak puitis khas anak Flores tempo doeloe. Remaja belajar menganyam kasih di bukit berbunga disaksikan burung2 beterbangan. Malu-malu karena tidak lazim menurut adat lama.

    Bung Rinto agak seronok dan brutal karena syairnya bukan lagi remaja tanggung belajar anyam asmara tapi sudah kehidupan nyata. Tak seindah wangi bunga warna ungu di bukit berbunga.

    mengapa dulu kau kirim surat padaku?
    namun apa yang terjadi.. hahahaha

    BalasHapus