Rabu, 30 Maret 2022

Puisi Pater Fritz Menyentuh Hati Gubernur NTT

Manusia tak hanya hidup dari roti tapi juga puisi. Mazmur adalah salah satu antologi 150 puisi. Belum Amsal, Kidung Agung, hingga Lamentasi atau Ratapan.

Karena itu, pater-pater senang puisi. Banyak sekali pastor asal NTT yang jadi penyair. Salah satunya Pater Fritz Meko SVD. Di sela kesibukannya sebagai imam katolik, Pater Fritz rajin menulis puisi. Juga main musik dan menulis lagu-lagu melankolis. 

Bahkan pater asal Timor ini juga bikin rekaman musik. Saya punya beberapa CD pater yang tinggal di Biara Soverdi Surabaya itu. Enak juga menikmati sajak dan lagu-lagunya. Mengajak manusia untuk metanoia. Kembali kepada Beliau.

Selama pandemi Pater Fritz kelihatannya sibuk berkarya. Dan kemarin meluncurkan buku puisi. Launching dilakukan di Kupang bersama Gubernur NTT Victor Laiskodat.

"Rencananya, waktu audiensi 30 menit, tetapi ternyata molor menjadi satu jam karena keasyikan bicara bersama beliau yang juga seorang Intelektualis. Beliau sungguh "Broad minded. Gayung pun bersambut. Kami hanyut dalam diskusi panjang," tulis pater yang lama bertugas di Kalimantan itu.

Menarik. Saya baru tahu Gubernur Laiskodat antusias dengan puisi. Selama ini ia dikenal sangat keras (dan kasar) saat pidato di depan rakyat. Blak-blakan dan kurang bijaksana ala pejabat.

"Dengar baik-baik, saya ini profesor penjahat. Jangan coba-coba lawan saya," begitu kira-kira ucapan Gubernur Laiskodat di Sumba.

Laiskodat sangat marah karena terlalu banyak pencuri sapi di Pulau Sumba. Sudah berkali-kali operasi tapi rupanya maling-maling lebih pintar. Polisi kelabakan. Laiskodat turun tangan.

Bukalah YouTube. Gaya bicara Laiskodat memang meledak-ledak. Tidak ada kalimat diplomasi, bahasa isyarat, apalagi puisi. Marah-marah melulu di NTT. Apakah NTT bisa maju dengan marah-marah?

 "Orang itu politisi keras yang kepala batu," kata seorang NTT di Jawa Timur. 

Karena itu, saya kaget gubernur yang juga kader Partai Nasdem itu ternyata senang puisi. Sajak-sajak Pater Fritz rupanya menyentuh hati sang pejabat. Haleluyaaaa!!!

1 komentar:

  1. Kita sering lupa: Obat dan Racun Tergantung Dosis. Sedikit racun bisa jadi obat. Terlalu banyak obat malah jadi racun.
    Jadi manusia harus bisa menakar dosis yang tepat.
    Kurang roti badan kurus kering, mati kelaparan.
    Kebanyakan roti badan gemuk, mati kena diabetes.
    Kebanyakan berpuisi, ngidung dan meratap, dianggap gila, pintu Sumber Porong menanti.
    Tidak ngerti puisi, kidung, meratap, dianggap kasar, jahat, preman, pintu Kalisosok menanti.
    Maksoed owe, djangan serba kebanjakan. Gejala kebanyakan Agama sudah nampak, halleluya.
    Kebanyakan nasionalisme jadinya kayak Ukraina, rakyat sipil jelata yang menjadi korban. Belum pernah terjadi perang, dimana presiden dan para politisi yang mati. Presiden mana yang mati di medan perang ?

    BalasHapus