Assalamualaikum!
Salam sejahtera!
Selamat pagi!
Syalom!
Om swasti astu!
Namo buddaya!
Salam kebajikan!
Rahayu!
Merdekaaaa!
Di Nusa Tenggara Timur (NTT) ada satu salam lagi: Salve!!!
Salve (bahasa Latin) dipakai di NTT karena syalom atau shalom dianggap salamnya orang Protestan. Padahal, rakyat yang beragama Katolik di NTT sedikit lebih banyak ketimbang Protestan, Pentakosta, Karismatik, Advent dsb.
Sebenarnya di lingkungan Katolik sendiri tidak ada salam Salve. Pastor atau pater atau romo atau katekis awam sejak saya kecil di pelosok Pulau Lembata biasa ucap selamat pagi atau "malam bae" (malam hari).
Salve lazimnya dipakai untuk devosi kepada Bunda Maria: Salve Mater, Salve Regina, dan sebagainya. Cukup banyak lagu gregorian yang ada kata salve. Tapi salve bukan untuk salam sejenis syalom atau assalamualaikum.
Kreatif juga orang NTT yang Katolik. Menjadikan "salve" sebagai salam. Padahal syalom atau shalom itu sebetulnya sama saja. Tapi rupanya orang Katolik di NTT kurang suka dengan ungkapan-ungkapan yang berbau Protestan atau Pentakosta.
Salam-salam di Indonesia memang terlalu banyak. Ada 6 agama resmi berarti ada 6 salam. Belum salam budaya "rahayu" dan aliran-aliran kebatinan lainnya.
Sebagai negara kesatuan berdasar Pancasila, mestinya cukup satu salam saja yang universal. Yang berlaku untuk semua orang berbeda agama, keyakinan dsb. Kayak Ni Hao di Tiongkok atau Ladies & Gentlemen, atau Good Morning di Amerika dan Eropa.
Saya sih inginnya salam yang netral. Salam yang tidak bernuansa agama tertentu. Assalamualaikum jelas sangat Islam. Om swasti astu pasti Hindu punya. Kristen punya syalom. Namo buddaya khas Buddhis di Indonesia.
Sayang, realitasnya orang Indonesia sangat menonjolkan agamanya di ruang publik. Harus assalamualaikum.. ditambah doa bahasa Arab di awal pidato.
Bahkan, sesama muslim pun ada ungkapan yang khas untuk NU atau ormas Islam yang lain. Kita yang tinggal di Jawa Timur sangat paham ungkapan salam orang NU atau bukan NU.
Pagi ini saya baca di grup media sosial. Isinya, "MUI menetapkan bahwa ucapan salam yang berdimensi doa khusus agama lain oleh umat Islam, hukumnya haram."
Prof Asrorun Niam Sholeh Ketua MUI Bidang Fatwa, Kamis (30/5/2024) menjelaskan pengucapan salam dengan menyertakan salam dari berbagai agama, bukan merupakan implementasi toleransi agama yang dibenarkan.
"Sebagai solusinya, ungkap dia, dalam forum yang terdiri atas umat Islam dan umat beragama lain, umat Islam dibolehkan mengucapkan salam dengan Assalamualaikum, salam nasional, atau salam lainnya, yang tidak mencampuradukkan dengan salam doa agama lain, seperti selamat pagi."
Sudah lama salam-salam aneka agama bergemuruh di ruang publik. MUI baru mengharamkan salam gado-gado tahun 2024 beberapa bulan sebelum Presiden Jokowi lengser.
Assalamualaikum!
Rahayuuuu!
Salam kebajikan!
Haleluyaaa!
Malam bae!
Syaloooom!
Salveeee!
Merdekaaaa!
Salam tempel!