Oleh Wens Gerdyman
Arek Surabaya di Amerika Serikat
Pada waktu itu (1987), infrastruktur di Tiongkok masih jauh tertinggal dari kota-kota besar di Indonesia. Di mana-mana orang naik sepeda. Mobil sedikit. Jalan-jalan raya sedang dibangun.
Hotel berbintang di Beijing bisa dihitung dengan jari. Kereta api cepat tidak ada. WC umum bau. Orang-orang di mana-mana meludah ke jalan. Pakaiannya semua putih, abu-abu, atau biru.
Orang-orang masih menyapa sesamanya dengan "komrad" atau tongzhi (同志). Keluarga saya masih miskin baik yang di desa maupun di kota. Uang renminbi tidak berharga. Untuk membeli barang asing harus menukar uang RMB menjadi wai hui quan (forex) dulu.
Dalam waktu satu generasi (25 tahun) saja, RRT melompati RI dalam pembangunan. Tahun 2012, saya dan istri ke sana menjemput anak yang pergi pertukaran pelajar di Shenzhen.
Kereta api cepat ada. Bahkan sekarang sudah ada yang ke Xiamen-Quanzhou-Fuqing/Hokchia, ke kota-kota nenek moyang kita. Indonesia baru ada Jakarta-Bandung.
Di Beijing, kita ke mana-mana naik kereta bawah tanah dan bus. Jakarta baru ada satu segmen, itupun buatan RRT.
Hotel-hotel berbintang di mana-mana. Stafnya pintar berbahasa Inggris.
Jalan-jalan lebar. Jalan tol di mana-mana.
Mobil mengalahkan sepeda banyaknya, dan buatan RRT.
Motor listrik di mana-mana juga buatan sendiri.
Orang-orang kota berpakaian sangat modis, bahkan di desa-desa pun rapi.
Tahun 2019 saya ke China dari HK, kunjungi customer, mau pesan apa pun dengan aplikasi buatan China, mudah sekali. Didi kuaidi untuk pesan taksi seperti Gojek, dll.
Bayar semua tidak pakai uang tunai.
Bedanya juga, sekarang 同志 (tongzhi) dalam bahasa gaul artinya gay/hombreng. Panggilan cewek tidak boleh 小姐 (xiaojie) karena sudah menjadi kata slang untuk WTS. (Kalau di Taiwan masih boleh).
Sekarang China sudah menyaingi USA (negara angkatku sekarang) dalam segala hal:
Mengirim pesawat ke bulan
Membuat film-film berkualitas Hollywood
Menang Nobel Prize di bidang sains dan sastra
Mengembangkan teknologi internet dan perangkat keras sendiri
Membuat mobil listrik dan sepeda listrik sendiri
Olimpiade menang emas di segala cabang
Universitas-universitasnya top di ranking internasional
Indonesia masih ribut:
Jualan sertifikat halal
Penistaan agama
Membangun ibukota di luar pulau yang proyek-proyeknya mangkrak
Dan sebagainya yang bikin pusing.
Jangan terlalu di-besar2-kan, apa anehnya jika mantan juara dunia, sekarang kembali menjadi juara dunia.
BalasHapusSaya punya teman cina-taiwan di Jerman. Dia Doktor Technik di bidang Aerospace, guru besar di universitas tehnik ternama di Jerman. Sampai tahun 2010 dia sangat sering diundang oleh universitas2 di Tiongkok untuk memberi kuliah. Tahun 2015 saya tanya kepada dia; Kapan lu ke Tiongkok lagi untuk memberi kuliah ? Dia hanya geleng2 kepala, bilang, kepandaiannya sudah obsolet, orang2 di Tiongkok sudah lebih maju dan lebih pintar daripada dia.
Demikian pula dengan saya, duapuluh tahun silam masih dipakai sebagai Foreign expert, diberi buku mirip paspor warna hitam oleh pemerintah Tiongkok, dan diberi honorar 2000,-Yuan per bulan langsung dari Peking. Sekarang saya malu menyebut diri sebagai foreign expert. Orang china lebih rajin dan lebih tekun daripada manusia2 di tempat lain nya.
Pengamatan antar waktu yang sesuai pandangan mata, dan tidak dibesar2kan.
BalasHapusPengamatan Cak Boen ini = Mr Yu. Dari dulu beliau selalu puja-puji Tiongkok sebagai negara yg sangat cepat maju. Bahkan sudah mendekati USA. Bisa2 ekonominya jadi nomer 1, kata Yu.
BalasHapusNegara komunis iso jadi negara paling makmur. Opo tumon!
Dulu Tuan Yu rajin pigi USA belanja ide. Sekarang rajin pigi RRT belanja semangat. Semangat kerja kerja kerjaaaa. Semangat itu yg kurang di RI, katanya.
BalasHapusMendengar atau membaca nama Mr. Yu selalu isun ingat kepada mobil listrik. Seandainya idee mobil listrik itu sungguh2 ditekuni, maka Indonesia sekarang menjadi juara dunia nomor 1 atau 2, dalam bidang mobil listrik.
HapusKita dulu, orang kulit putih sampai sekarang, masih memandang rendah kepada orang cina. Itulah kesalahan fatal, moro-moro ketinggalan secara diam2 oleh wong cino kuwi.
Saya punya 2 menantu laki2 orang kulit putih, dasar bule, otaknya tetap nekolim, itu kodrat mereka.
Anak perempuan saya sangat pandai dalam bidang matematika, ijasah SMA nya semuanya angka 1, lulus universitas juga dalam waktu yang tersingkat.
Suaminya adalah teman sekelasnya di universitas, anak saya sudah lulus dan bekerja, calon suaminya masih ngeden2 belajar matematik dan statistik. Anak saya lah yang membimbing suaminya sampai lulus universitas. Kepada saya kedua menantu bule itu sangat hormat, karena pendidikan saya lebih tinggi dan dompet saya jauh lebih tebal daripada milik mereka sekeluarga.
Kalau bicara tentang Tiongkok, maka bule2 itu kumat jadi nekolim, Tiongkok semuanya jelek, tukang tiru, tidak inovatif, kualitas rendah. Kok jadi ingat kepada mantan Menristek RI yang pernah bilang : Tiongkok ketinggalan 30 tahun dalam bidang tehnik dan kedirgantaraan daripada Indonesia. Dasar otak jerman.