Siapa pun yang menang nasib kita "hama hena". Sami mawon alias sama saja. Meskipun yang menang itu calon bupati dari satu kampung atau satu kecamatan. Bahkan, masih ada ikatan keluarga dekat atau jauh.
Begitulah yang terjadi di Pulau Lomblen alias Kabupaten Lembata. Kabupaten baru sejak 1999, kalau tidak keliru. Hasil pemekaran Kabupaten Flores Timur (Larantuka). Baru ada 3 bupati di Lembata.
Ketiganya jagoku semua. Bupati Andreas Manuk dua periode ada ikatan kekerabatan dari Ile Ape. Saya sempat tinggal bersama keluarga Ama Ande (almarhum) di Larantuka. Saat itu Ama Ande menjabat kepala dinas di Pemkab Flores Timur.
Tidak pernah terpikir sekian tahun kemudian Lembata jadi kabupaten sendiri dan bupatinya Ama Ande Manuk. Dua periode pula.
Bupati Yenci Sunur, baba Tionghoa asal Kedang, juga dua periode, mestinya. Tapi meninggal dunia karena covid. Maka, Dr. Thomas Ola Langoday, wakil bupatinya, naik jadi Bupati Lembata.
Dr. Thomas Langoday akademisi top di Kupang. Asli Ile Ape juga. Adik iparku juga suku Langoday.
Tahun ini Ama Thomas Langoday maju di Pilkada 2024 sebagai petahana (incumbent). Hasilnya: kalah! Yang menang Kanisius Tuaq - pasti dari kawasan barat alias Kedang.
Di Sidoarjo juga Mas Iin kalah. Cak Bandi yang mantan kepala desa dekat Bandara Juanda itu menang meyakinkan. Di luar prediksi banyak pengamat.
Saya juga jagokan Bu Risma di Pilgub Jawa Timur. Energinya yang besar, kerja keras, turun langsung, punya sistem untuk mencegah korupsi kita harap diadopsi di tingkat provinsi.
Bu Risma ingin "resik-resik" Jawa Timur. Memangnya provinsi ini tidak resik? KPK beberapa kali datang menggeledah kantor pejabat-pejabat di Jawa Timur. Tiada asap tanpa api!
Pilpres di Hari Valentine 14 Februari 2024 pun begitu. Jagoku kalah telak. Paket makan siang gratis menang 58 persen. Jurus bansos dan joget gemoy ternyata sangat manjur.
Pilpres di USA saya iseng-iseng taruhan. Jagoku seorang perempuan sangat cerdas, enak bicara, murah senyum. Saya harap Kamala bikin sejarah di negara Paman Sam itu.
Hasilnya, rakyat Amerika Serikat lebih suka Bapa Donald Bebek, eh, Donald Trump. Padahal, kalau tidak salah, bapak ini beberapa kali jadi terdakwa beberapa perkara. Mulai soal main cewek hingga manipulasi macam-macam.
Bapa Donald juga kalau tidak salah 'mendukung" penyerangan Gedung Capitol. Kayaknya baru pertama kali ada serangan yang sangat antidemokrasi. Padahal USA dari dulu disebur rajanya demokrasi sejagat.
Eh, ternyata rakyat Amerika lebih memilih Pak Bebek. Kamala kalah telak!
"Suara rakyat suara Tuhan!" kata pepatah Latin.
Artinya, para pemenang pilbup, pilgub, pilpres, hingga US Election memang orang-orang yang direstui Tuhan untuk memimpin rakyat di lingkungannya masing-masing.
Saya gagal menangkap bisikan suara dari langit. Mea culpa!
Kalah menang pilkada biasa aja bung. Kadang kalah kadang menang.
BalasHapusSaya memilih melihat positifnya. Di bawah Trump mudah2an pemerintah menjadi lebih efisien. Pintu perbatasan menjadi lebih teratur. Harga saham saya menjadi lebih naik. Walaupun, utang pemerintah mungkin akan naik krn pencukuran pajak. Harga2 akan naik krn tarif. Lingkungan akan semakin rusak. Dan yang paling menyedihkan, orang2 merasa bebas bcr dgn bahasa kasar satu sama lain.
BalasHapusLuar biasa gaya Trump! Apa pun retorika dan mutunya, yang pasti sebagian besar rakyat USA suka dia. Pilihan mayoritas sering berbeda dengan keinginan kita.
HapusItulah salahnya, selalu suka pilih yang banyak senyam-senyum.
Hapus