Emanuel Laurentius Muda, atau yang akrab disapa Nuel Muda, adalah seorang komposer musik liturgi Katolik yang telah menghasilkan lebih dari 120 lagu.
Karya-karya Nuel yang memuliakan Tuhan dihimpun dalam sebuah buku berjudul "Nyanyikan Lagu Baru bagi Tuhan". Namun, buku ini belum diterbitkan karena kendala biaya.
Hingga kini, hanya beberapa teman dekat yang memiliki buku tersebut. Buku tersebut telah memuat 88 lagu, sementara lagu lainnya masih berupa fotokopi dan file dalam flashdisk.
"Saya ketik semua lagu ini sendiri menggunakan program Words dengan format yang saya buat sendiri," ujar Nuel, kelahiran Weetebula, Sumba Barat Daya, NTT, 10 Desember 1955.
Meski belum mendapatkan rekomendasi resmi dari Komisi Liturgi (Komlit), Nuel selalu menggunakan lagu-lagunya setiap kali bertugas memimpin paduan suara. "Saya siapkan fotokopi teks untuk umat, dan mereka dilatih bernyanyi bersama," tambahnya.
Beberapa karya andalannya antara lain:
"Ya Tuhan Kami Percaya", lagu ke-54 yang mengajak umat mempercayakan hidup kepada Allah.
"Mari Kita Wartakan", lagu komuni untuk Masa Paskah yang penuh semangat pewartaan.
"Kami Datang Bapa", lagu persembahan dengan motif gong khas Sumba yang bisa diiringi tarian liturgis.
"Bunda Penuh Rahmat", lagu ke-86 yang menjadi pujian untuk Bunda Maria.
Nuel mengungkapkan bahwa ia banyak belajar dari Romo Karl Edmund Prier, SJ, direktur Pusat Musik Liturgi (PML) Yogyakarta. "Beliau sering memberikan koreksi pada komposisi dan aransemen lagu-lagu saya. Karena itu, karya saya banyak terpengaruh oleh gaya aransemen PML," jelasnya.
Inspirasi menciptakan lagu kerap datang dari pengalaman sehari-hari. Salah satunya adalah lagu "Marilah Kita Merenungkan", yang idenya muncul saat perjalanan dari Yogyakarta ke Purwokerto.
"Melodi itu tiba-tiba muncul di kepala, lalu saya matangkan saat sudah sampai rumah," kenang pria yang menjadi organis di Gereja Katedral Kristus Raja Purwokerto sejak tahun 1990 hingga sekarang itu.
Selain itu, Nuel juga menciptakan lagu-lagu bertema khusus seperti "Panggilan Tuhan", yang mengajak umat menanggapi panggilan Allah, dan "Jagalah KawananKu", yang diciptakan untuk para imam agar tetap setia pada janji imamat.
"Semua talenta ini adalah pemberian Tuhan, maka saya persembahkan kembali kepada-Nya," tutup Nuel penuh syukur.
Melalui karya-karyanya, ia berharap dapat terus memuliakan Tuhan dan memperkaya musik liturgi gereja.
Selamat sore bpk Eman. Semangat berkarya Tuhan memberkati. Amin
BalasHapusLuar biasa bung. Orang NTT ternyata cukup banyak yg punya talenta di bidang musik, khususnya musik gerejawi. Puji Tuhan!
BalasHapus