Tahun baru Imlek sudah di depan mata. Tahun Kerbau. Mestinya suasana meriah, bahagia, makan-makan enak, diiringi musik oriental, barongsai, parade dewa rezeki dsb. Tapi suasana pandemi mengubah segalanya.
Kemarin saya mampir ke TITD Hong San Ko Tee alias Kelenteng Cokro di Jalan Cokroaminoto, Surabaya. Kelenteng langganan saya sejak berkenalan dengan Ibu Juliani, ketua pengurus, 20-an tahun lalu. Mendiang Bu Juli selalu undang saya untuk menghadiri perayaan Sincia, Ciswak, hingga ulang tahun dewa yang jadi tuan rumah kelenteng.
Suasana jelang Sincia ini biasa-biasa saja. Malah lebih sederhana ketimbang hari biasa sebelum pandemi korona. Kelenteng tertutup untuk orang yang tak punya kepentingan.
"Sampean silakan masuk," kata seorang karyawan. Rupanya saya dapat keistimewaan untuk masuk dan melihat persiapan Sincia yang tidak biasa itu.
Ternyata di dalam cukup ramai. Ada 10 pekerja sibuk memasang lilin-lilin berukuran besar. Tata letaknya tidak bisa sembarangan. Sudah ada ketentuan dari pengurus yayasan.
Saya membaca pengumuman bahwa tahun ini tidak ada perayaan tahun baru Tionghoa seperti biasanya. Tapi saya pura-pura bertanya kepada Sudirman via pesan WA. Dia yang sehari-hari mengurus Kelenteng Cokro setelah Bu Juliani, mertuanya, meninggal dunia.
"Selamat pagi. Acara tahun baru Imlek di Kelenteng Cokro mulai jam berapa? Apa ada acara makan-makan?
Salam sehat dan selamat tahun kerbau!"
Tak lama kemudian Sudirman membalas.
"Salam pak 🙏🏻 terima kasih ya pak hurek. Krn pandemi kita tiadakan acara sembahyang bersama dan makan2. Klenteng tutup pk 19.00 pak."
Begitulah.
Kelenteng Cokro tutup sore. Tidak ada sembahyangan khusus atau perayaan seperti biasanya. Sebab saat ini ada pembatasan kegiatan masyarakat. Protokol kesehatan 5M, tak boleh berkerumun, jaga jarak dsb.
Saya kemudian ngopi sejenak di warkop di lingkungan kelenteng. Saya jadi ingat Bingky Irawan, pimpinan Boen Bio Surabaya dan rohaniwan Khonghucu. Saya kirim pesan mengucapkan selamat tahun baru. Sekaligus minta refleksinya tentang tahun baru Imlek di tengah pandemi.
Tak lama kemudian Pak Bingky membalas dalam bahasa Jawa. Petuah bijak seorang pendeta yang sudah banyak makan garam dan pahit getirnya kehidupan.
Begini wejangan Pak Bingky Irawan:
AYO DULUR PODO ELINGO
OKE KADANG KANG ISE SENGSORO.
AYO PODO DISENGKUYONG PODO DIREWANGI.
ABOT ENTENG BARENG DILAKONI.
ORA BEDAKNO KULIT RUPO LAN AGOMO.
KABEH WES DADI PINESTEN GUSTI.
BEDO RUPO' SIJI GEGAYUHAN'E.
BHINEKA TUNGGAL IKA IKU ARAN'E.
1: PANCASILA KANG DADI JIWO KITO.
2: TASAH GUYUP RUKUN SAK LAWASE.
Selamat tahun baru Imlek!
Gongxi facai!
Abot enteng bareng dilakoni!