Minggu, 17 Januari 2021

Potong rambut sendiri selama pandemi

Sudah 10 bulan saya tak lagi potong rambut di Cak Ali, wong Meduro. Gara-gara corona. Sejak awal pandemi, Maret 2020, orang Surabaya diminta menghindari tukang pangkas rambut, barbershop, dan sejenisnya.

 Tukang cukur harus pakai APD. Jaga jarak. Pakai sanitizer dst dst. Bagaimana mungkin tukang cukur jaga jarak? Ada-ada saja dampak Covid-19.

Syukurlah, pageblug corona ini terjadi di era digital. Ketika media komunikasi maju luar biasa. Orang tidak lagi kesepian atau putus komunikasi karena ada ponsel pintar, media sosial, WA, dsb.

YouTube ternyata menawarkan begitu banyak konten tutorial cara mencukur rambut sendiri. Mulai gundul plontos, nyaris plontos, atau potongan biasa. Orang Barat yang paling jago bikin konten sederhana tapi asyik.

Andaikan tidak ada pandemi corona, saya tidak akan pernah mencoba potong rambut sendiri. Awalnya nyaris plontos, kemudian gundul bersih. Awalnya kaku, takut, khawatir gores kepala, tapi lama-lama jadi biasa. Semudah mencukur kumis atau jenggot.

Mengapa tidak dari dulu potong rambut sendiri?

 Lumayan, bisa hemat Rp 15 ribu sampai Rp 20 ribu. Ada juga yang 10 ribuan kalau pangkas rambut jadul di bawah pohon pakai gunting manual - kayak di Pulau Lembata, NTT.

Namun, di sisi lain orang-orang yang mata pencariannya pangkas rambut kayak Cak Ali, Imron, Latif dkk (semuanya asli Madura, khususnya Bangkalan) gigit jari. Kehilangan sumber nafkah. Padahal Ali di daerah Rungkut Surabaya itu sebelum pandemi punya banyak banget langganan.

"Alhamdulillah, ada saja rezeki," kata Ali saat ditanya penghasilannya dalam sehari. 

Ia tidak pernah menyebut angka. Namun, yang pasti di atas UMK buruh di Surabaya dan Sidoarjo yang Rp 3,8 juta sebulan.

Gara-gara corona, saya perhatikan tempat pangkas Cak Ali lebih sering tutup. Pelanggan-pelanggan tidak lagi antre seperti dulu sambil mendengar lagu-lagu Rhoma Irama. Ali Meduro ini memang sangat gila Rhoma Irama.

 Saya tidak pernah dengar lagu artis-artis lain saat potong rambut di Cak Ali sebelum pandemi. Hampir tiap bulan. "Belum ada penyanyi Indonesia yang kehebatannya mendekati Rhoma Irama," kata Ali.

Biasanya saya mengamini saja klaim Cak Ali tentang si raja dangdut itu. Biasanya saya ikut ngompori, nambah-nambahi, seakan-akan saya juga penggemar berat Rhoma Irama. "Saya beberapa kali ngobrol dan makan bareng Bang Rhoma. Masya Allah, orangnya sangat ramah dan baik hati," kata saya membuat senang hati Cak Ali.

Beberapa jam lalu saya lewat di depan lapak Cak Ali saat nggowes. Tutup rapat. Eh, saya malah ketemu dia di dekat Stasiun Wonokromo. Pakai jaket hijau seragam ojek online. Rupanya Ali mengembangkan karir barunya sebagai tukang ojek.

"Corona ini bikin susah Bang. Saya ngojek karena Sampean tidak pernah potong rambut di tempat saya," katanya sambil tertawa kecil.

"Sekarang prei dulu, Cak. Nanti kalau pandemi selesai, saya datang lagi ke tempat Sampean."

Saya sebetulnya cuma basa-basi saja. "Cum bik sen," kata pelukis Herman Benk di Waru. 

Artinya, "cuma bikin senang" Cak Ali saja. Sebab, nanti setelah pandemi ini berlalu saya pun tetap potong rambut sendiri. Lebih efisien, hemat, bisa dilakukan kapan saja.

2 komentar:

  1. Semenjak 46 tahun, saya selalu pukul 6 pagi otomatis terbangun dari tidur. Demikian pula pagi hari ini. Pikiran saya pertama, semoga tidak turun salju, boyok-ku isik loro dari ngeruk salju yang lalu.
    Seperti biasa bojo-ku sudah asyik mainan HP di ranjang, membaca WA dari mantan teman2 sekolahnya di Santa Agnes, Surabaya.
    Dia nyeletuk: seorang temen-gua suami nya mati kena corona, dan dia-nya sendiri masuk rumah sakit. Gara2 habis pulang dari pesta perkawinan di Semarang. Salahe dewe kathik pesta2-an. Orang-orang koq banyak yang ndableg, celotehnya lagi.
    Saya bilang: A-hok juga akan dipenjara, gara-gara ikut pesta-pestaan.
    Bojo-ku: Wong kuwi wis dhuwe Puput, koq kathik ikut pesta2-an. Khan lebih baik dia kelonan, produksi anak yang banyak, mumpung corona banyak orang yang mati.
    Waduh biyung, dasar wong wedhok, tidak bisa rela melihat orang laki punya kelonan yang lebih muda daripada dirinya.
    Waduh bojo-cungkok kuwi pancene kereng-kereng, mangka nya isun dulu pingin rabi karo wedhok meduro atawa wedhok ambon.
    Tapi Bung Hurek pernah bilang, mau bojo jowo, flores, cungkok, meduro, ambon, sami-mawon galak-e. Katanya orang Eropa, setelah menikah ber-tahun2, istri akan tumbuh tanduk-nya.
    Bojo-ku bilang lagi: Tak rasa Lockdown ini akan diperpanjang sampai bulan Februari. Kasihan pemilik toko dan tukang cukur. Seandainya gua tukang cukur, gua akan bilang ke perdana-menteri: Tuan enak, tiap hari muncul di TV, rambut-mu selalu rapi ada orang yang motongin dan nyisirin di Studio-TV. Lha, orang lain bagaimana, sudah 10 bulan tidak ke Friseur, semuanya pada gondrong kayak bajingan. Sebetulnya arek itu ya mesakno, dia tidak punya solusi yang tepat. Menteri2-nya hari ini bilang "so", besok bilang "so", lusa bilang "so-la-la".
    Ah, lu ngomong asal mangap, bantah-ku. Mosok orang gondrong otomatis bajingan. Bajingan yang besar justru banyak yang necis-necis. Khan aksi gondrong seperti John Lennon atau Mick Jagger.
    Orang Indonesia tidak mau disuntik dengan Vaksin Palu-Arit, mereka hanya mau disuntik Vaksin-Merah-Putih, atau Vaksin-Halal-Islami.
    Maksud lu ? Tanya bojo-ku.
    Vaksin Palu-Arit itu SinoVac, bikinan Cino. Padahal SinoVac disuntikkan di Tiongkok, di Turki yang muslim dan di Jordania yang keturunan-asli Nabi.
    Terus ?, celetuk bojo-ku.
    Ya, orang Indonesia bisa tunggu sampai kebagian Vaksin BionTech. Lu khan tahu BionTech itu bikinan orang Turki, Dr. Ugur Sahin, orang Muslim. Pastilah Vaksin-nya halal-islami-ahlus sunnah.
    Lho, koq negeri Turki sendiri, tidak pakai vaksin-nya Dr. Sahin ?
    Karena Vaksin BionTech sudah diborong oleh negara2 EU yang kaya2, bahkan Hungaria yang miskin pun ngambul kayak anak kecil, karena tidak kebagian vaksin BionTech. Hungaria achirnya pesan ke SinoVac.
    Orang Turki pinter, nunggu kebagian BionTech sampai mati terlambat, atau pakai SinoVac-Palu-Arit. Gua hakul-yakin orang Indonesia lebih memilih mati daripada dalam tubuhnya ada Palu-Arit. C'est la vie !

    BalasHapus
  2. UMK buruh di Sidoarjo Rp.3,8 juta, per bulan.
    Tahun 2000 gaji PRT-saya di Tiongkok 300 Yuan = Rp.360 ribu, sebulan, dan waktu itu adik saya di Jakarta sudah membayar Assisten Rumah Tangga nya Rp.500 ribu.
    Tahun 2020 tidak ada orang-tiongkok yang mau bekerja jadi PRT dengan upah dibawah 4000 Yuan per bulan, setara RP. 8 juta. Itu sudah tergolong PRT yang paling bandel. Yang penurut rata2 minta 5000 sampai 6000 Yuan per bulan, 10 sampai 12 juta Rupiah.
    PRT-tiongkok yang bandel-dokong pasti akan membuat juragan, spesial yang dari Indonesia, bisa naik darah. Mereka dokong, tetapi argument-nya logis dan ada benar nya. Kita yang besar di Eropa, yang sudah terbiasa merasakan susahnya jadi babu, mau mengerti argument mereka, walaupun dengan hati geram.
    Contoh: Babu-saya A-Tjen. Tjen, kalau saya datang dengan mobil dan membunyikan klakson, tolong lu bukakan pintu gerbang dan garasi !
    Jawabnya dengan lugu: Kenapa harus begitu, apakah lao-ban tidak bisa buka pintu sendiri, bukankah lao-ban juga punya kunci !
    Apakah salah, apa yang A-Tjen katakan ?
    Yang salah adalah; Kenapa lu harus punya babu, apakah tangan- atau kaki-lu buntung ? Apalagi, kebun rumah-ku sangat luas, mungkin babu-nya sedang panen pisang, ketela atau ubi-kayu di kebun. Khan kasihan mereka harus maraton, hanya untuk membukakan engkau pintu !
    Jam 7.00, 12.00, 18.00, pasti A-Tjen dan Xiao-mei berteriak: Xian sheng chi fan ! Kalau saya sedang sibuk nulis e-mail, hanya bilang, Ya, sebentar lagi ! A-Tjen langsung berkata kepada Xiao-mei; bu guan ta, wo men xian chi ! ( Tuan makan nasi. Jangan perdulikan dia, kita makan duluan. ) Jadi babu and jongos, gaji Rp. 10 Juta per bulan, plus kamar tidur ber-AC, plus kamar mandi ber-air-panas, Scooter gratis, makanan dia yang menentukan dan ke pasar, harga bahan makanan-bersama tanpa limit, tiap malam kloyongan, sebetulnya not bad lah !
    Tetapi tetap saja: Jangan mau jadi babu atau jongos di negeri kita sendiri ! Semua jadi anggota DPR, Allah Maha Pengasih Akan Menurunkan MANNA Dari Langit ! Mimpi kalee !

    BalasHapus