Kamis, 21 Januari 2021

Remehkan korona bisa kualat

Teman lamaku ini cukup terkenal di Surabaya, bahkan Indonesia. Pengacara, aktivis, pembicara dengan retorika yang bagus. Sering tampil di televisi. Sering gugat pasal-pasal tertentu ke Mahkamah Konstitusi (MK). Dan sering menang.

Tapi saya sering tidak cocok dengan pendapatnya soal pandemi Covid-19. Mas MS ini agak mirip Donald Trump di Amerika yang meremehkan virus korona. Apalagi protokol kesehatan 3M, tes rapid calon penumpang, dsb. MS sangat sering menulis kata-kata yang intinya menganggap Covid-19 tidak perlu dibesar-besarkan.

MS: "Saya lebih takut tidak punya uang, dari pada takut hantu corona."

Masih di awal Januari 2020, MS lagi-lagi menunjukkan dirinya sangat perkasa. Tidak takut korona. Sependapat dengan Donald Trump.

MS menulis: "Kalo sy takut, sy sdh tdk berani ke luar rmh. Tdk berani ke luar kota, tdk berani ke masjid, tdk berani salaman dgn semua org. Alhamd yg ptg jaga kesehatan. Sy stj dgn donald trump bahwa corona itu sesuatu yang biasa. Ketakutan menyebabkan imun kita drop. Sy sdh merasa pernah kena, dan isolasi alhamd sembuh dgn sendirinya. Beraktifitas lg."

Biasanya saya tanggapi singkat dan halus. Mengingatkan MS agar tidak meremehkan Covid-19. Virus itu bisa menyerang siapa saja. Atlet-atlet yang fisiknya sangat kuat macam Ronaldo, Neymar, Mbappe, Ibrahimovic pun kena covid. Apalagi orang biasa yang doyan makan enak dan tidak berolahraga.

Tapi, namanya juga keyakinan, MS tetap saja menganggap wabah korona tidak segawat yang disampaikan pemerintah. Ya wis... MS memang aktivis yang pernah dipenjara di Kalisosok gara-gara melawan rezim Soeharto. Mungkin dia pikir virus korona mirip virus orba.

Pagi ini saya baca tulisannya di media sosial. Kaget, geleng kepala, tapi senyum tipis. Lalu saya balas dengan sedikit doa semoga ia lekas sembuh.

MS: "Saya kena DB dgn trombosit 1000 pdhl normalnya 150 ribu, ditambah lg kena covid. Ayo Pemkot Sby waspadai Demam Berdarah. Ayo dilakukan penyemprotan Fooging besar besaran. Jgn sampe korban terutama anak anak berjatuhan."

Begitulah manusia. Setelah sakit baru sadar bahwa virus korona memang ada di antara kita. Dan siap menyerang siapa saja yang lengah. "Ketakutan menyebabkan imun kita drop," kata MS.

Ternyata keberanian, ngeyel, saja tidak cukup untuk membendung virus korona. Semoga MS lekas sembuh agar bisa cuap-cuap lagi di televisi lokal.

1 komentar:

  1. Begitulah manusia, setelah nasi menjadi bubur, baru sadar. Saya jadi teringat, betapa banyak airmata yang terlinang dari kedua mata ibu-ku,
    gara-gara kenakalan- dan kekurang-ajaran-ku terhadap nya.
    Entah berapa kali aku diseret ke depan altar meja sembahyang, yang ada hio-lo, foto engkong dan papa, dipaksa berlutut dipegang erat2 oleh ibu yang menangis dan mengiba, memohon arwah papa supaya mau menasehati, membimbing, anaknya yang mbeling ini.
    Sekarang menyesal telah terlambat, The sweetest gift, a mother´s smile.
    Jika ada manusia-manusia yang anti vaksinasi, biarlah itu urusan pribadi mereka. Asalkan saja jangan dikait-kaitkan dengan agama, kepercayaan, sektarian, konspirasi-illuminati, demonstrasi2, koar2 di jalanan. Menjijikkan ! Demo-demo macam itu sedang marak di kota2 besar eropa. Kalau sakit kena wabah, lantas merekalah yang teriak paling kencang : Mana dokter dan mana perawat !! Koq tidak ada orang yang segera datang menolong ku ! Jancuk, lu kira yang jadi pasien cuma lu seorang saja. Jancuk, lu kira nyawa-lu paling berharga di dunia ! Kalau dibilangi sebenarnya, lantas lapor ke pengadilan, apalagi kalau si sombong-jagoan seorang pengacara. Prisip hidup saya : Jangan dekat-dekat dengan manusia-manusia lulusan dari Fakultas Juridicum. Jauhi mereka seperti kita menjauhi Pest. Mereka yang memasang jebakan, dan mereka pula yang berusaha membebaskan kita, dengan imbalan uang, yang tidak lain adalah hasil pemalakan, tetapi di-eufemisme-kan menjadi kata " honorar ".
    Dari pemalak jadi honoratio, niru, dari Saulus jadi Paulus.

    BalasHapus