Rabu, 27 Januari 2021

Sembahyang Pagi Tempo Dulu

Sudah lama saya lupa kata-kata doa pagi katolik tempo dulu. Doa yang biasanya diajarkan kepada anak-anak SD kelas 3 atau 4 sebelum sambut baru alias komuni pertama. Kalau tidak hafal sambut barunya ditunda tahun depan.

Dulu ada buku katekismus kecil untuk anak-anak SD. Model tanya jawab. Kayak wartawan bertanya dan pater menjawab. Di belakangnya ada doa-doa harian.

Umat Katolik generasi bapak saya di Pulau Lembata, Pulau Solor, Pulau Adonara, Pulau Flores dan sekitarnya lebih sering bilang SEMBAHYANG. Hampir tidak pernah saya dengar DOA. Sebab di buku-buku rohani terbitan tahun 1950-an dan 1960-an pakai kata sembahyang.

Sembahyang pagi. Sembahyang malam. Sembahyang kontas (rosario). Sembahyang malaikat (tiga kali sehari). Sembahyang gabungan (semacam doa lingkungan di Jawa).

Kita pergi ke gereja pun disebut PIGI SEMBAHYANG. Bahasa daerahnya: tite tai sembahyang. Bukan tai doa.

Nah, setelah cukup lama kehilangan memori tentang sembahyang pagi, sembahyang malam... akhirnya saya ketemu buku lawas. Salah satunya rumusan SEMBAHJANG PAGI. Masih pakai ejaan lama.

Sekali membaca kalimat-kalimat sembahyang pagi ini memori masa kecil saya pulih kembali. Lalu mulai lagi mengucapkan kata-kata seperti anak SD saat persiapan komuni pertama dulu.

Semakin tua semakin senang nostalgia ke masa lalu. Setelah sangat lama melupakan sembahyang pagi.

4 komentar:

  1. Lupa sembahyang pagi hari, mungkin dosa. Lupa kata-kata atau kalimat doa untuk sembahyang pagi hari, yang dosa adalah pengarang buku nya.
    Pagi hari tahun 1958, 1968, 1978,....,2021 situasi-, kondisi- dan harapan-kita selalu berubah tidak pernah sama. Logis-nya bunyi doa-nya juga harus setiap pagi berubah-ubah.
    Contoh nyatanya: Wingi isik kedele, saiki dadi tempe. Biyen wong lanang duwe krai, saiki duwene bendoyo. Pagi tahun 1958 masih ikut bertanding, jauh-jauhan jaraknya pancaran air kencing, saiki iso ngoyo wis bersyukur, Alhamdulillah !

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dui dui.. selain perbedaan redaksional, sembahyang lama biasanya dikaitkan dengan indulgensi atau semacam pahala.

      ''aku hendak menerima semua indulgensi yang melekat pada perbuatan2 itu.''

      Hapus
  2. Kata2 sembahyang resmi ini makin hilang karena guru2 agama di NTT mengajarkan bahwa sembahyang atau berdoa itu artinya omong2 dengan Tuhan. Omong apa saja sesuai keinginan dan kebutuhanmu.
    Akhirnya doa2 spontan ala omong-omong itu menggantikan doa2 hafalan.

    BalasHapus
  3. Oh.. kebetulan buku ini terbit tahun 1958. Karangan Pater Johannes Bouma SVD, pastor yang jadi teman akrab Bung Karno saat diasingkan di Ende Flores tahun 1934-1938.

    BalasHapus