Sejak ada media sosial reuni makin marak. Khususnya reuni SMA/SMK. Reuni universitas juga sering tapi tidak sehebat reuni SMA. Mungkin ikatan emosional semasa di SMA lebih kuat ketimbang di perguruan tinggi.
Padahal, masa sekolah di SMA hanya 3 tahun. Anak-anak pindahan cuma 2 tahun. Jarang ada murid pindah saat kelas 3 di zaman Ebtanas. Pasti sulit adaptasi. Apalagi jelang lomba mengejar NEM: nilai Ebtanas murni.
Ayas kurang tertarik dengan reuni-reunian. Baik reuni tipis maupun reuni tebal. Reuni tipis itu misalnya reuni satu angkatan. Lebih tipis lagi satu kelas. Karena itu, Ayas tidak pernah ikut reuni mulai tingkat SD dan seterusnya.
Diam-diam, di tengah pandemi covid, ada nawak (kawan) lama yang memasukkan Ayas di grup alumni satu kelas. Grup itu rupanya dibuat awal 2015. Ayas baru dimasukkan tahun 2021. Grup Grafity Smansa Malang.
Rupanya selama enam tahun nawak-nawak bikin reuni tipis. Khususnya saat hari raya Lebaran. Teman-teman yang rumahnya di Malang dan sekitarnya selalu reuni tipis satu kelas.
Pesertanya tidak sampai 50 persen dari total 42 siswa kelas Grafity. Oh ya, tiga kawan sekelas sudah berpulang ke hadirat-Nya. Astuti, Yoyok, Rahima. Grup alumni sekelas inilah yang akhirnya mengetuk Ayas punya hati ikut reuni tipis. Toh, selama ini Ayas masih sering berakhir pekan di Ngalam.
Tiga pekan lalu, giliran nawak-nawak (kawan-kawan) jadi panitia Uklam Tahes! Sebutan reuni tipis Ikatan Alumni Mitreka Satata - SMAN 1 Malang alias Ikamisa. Dua kawan dekat jadi ketua panitia. Rizki pernah jadi teman kerja di Surabaya. Ipong kawan lama di Jember.
Kadit Kolem Kadit Mbois! Begitu wanti-wanti panitia.
Akhirnya Ayas pun datang ke sekolah. Back to Mitreka Satata! Kolem (melok) Uklam Tahes Ke-106 Ikamisa.
Uklam-uklam tidak jauh. Cuma di depan Alun-Alun Bunder, depan Balai Kota Malang, muter di belakang sekolah Jln Sultan Agung, Jalan Suropati, kembali lagi ke lapangan basket di tengah-tengah sekolah.
Total ada 322 peserta Uklam Tahes edisi 106. Alumni tertua angkatan 54 dan termuda 2023. Lulusan paling senior itu tak lain Ibu Roosmani, pensiunan guru bahasa Inggris. Sudah sepuh tapi kelihatan masih kuat dan enak diajak ngobrol.
Gak nyangka nawak-nawak yang kian menua ternyata pinter joget dan nyanyi. Ada juga kawan yang dulu pendiam sekarang jadi cerewet. Ayas pangling melihat mantan teman-teman sekelas yang tidak lagi langsing seperti saat SMA dulu. Nawak-nawak yang dulu gondrong pun banyak yang rambutnya makin tipis dan memutih ditelan sang kala.
Selamat reuni bersama kawan2 lama, Sam. Salam tahes.
BalasHapusSaya juga paling males kalau disuruh reuni. Mengapa? Terlalu banyak orang. Kawan2 lama yang kenal hanya sebatas muka saja. Tiap bertemu di ajang pertemuan spt itu, harus menjawab pertanyaan yang sama: kamu tinggal di mana? Anakmu berapa? Pekerjaanmu apa? Diulang 50x dalam tempo 2-3 jam.
BalasHapusJika saya kebetulan pulkam, saya memberitahu bbrp teman dekat. Kami makan dan ngopi bersama, atau main tenis / bulutangkis / pingpong bersama dilanjutkan dgn ngobrol dari hati ke hati. Tentang kesulitan2 dan masalah2 yg kami alami. Dan perkembangan karakter kami. Rahasia2 kami.
Yang tidak bisa dilakukan di ajang reuni yang semu.
Itu betul. Makanya lebih banyak alumni yg tidak suka reuni. Grup2 alumni pun sebetulnya kurang diminati karena satu dan lain hal. Setelah berlalu 20 tahun atau 30 tahun semuanya berubah pikiran, paham, pandangan dsb.
HapusDulu sebelum ada medsos mungkin reuni-reunian lebih seru karena minim informasi. Sekarang semua informasi ada di medsos dan grup2 alumni itu.
Bangunan sekolah di kompleks SMA Tugu Malang kalau tidak salah peninggalan jaman Belanda. Kelihatan masih asli. Di depannya ada tugu dan alun2 bunder yg jadi ikon kota.
BalasHapus