Senin, 25 Desember 2023

Malam Natal di Kayutangan bersama Pater Karmelit dari Flores

Sejak dulu pater-pater asal Flores, NTT, sudah bertugas di Malang. Khususnya di Gereja HKY Kayutangan yang terkenal itu. Pater yang paling terkenal dulu adalah Romo Dr Berthold Anton Pareira, OCarm.

Romo Pareira kemudian jadi rektor seminari tinggi dan STFT Widya Sasana Malang. Kampus yang menghasilkan sebagian besar pastor di Jawa Timur. Romo Pareira asal Maumere ini punya kemampuan retorika dan homilitika yang m biasa.

Tiga dekade kemudian masih ada pastor asal Flores di Kayutangan Church. Romo Yohanes S Bhaha, OCarm. Pastor asal Ende ini yang pimpin Misa Malam Natal pada 24 Desember 2023. Misa kedua dimulai pukul 21.00.

Sayang, tahun ini rupanya tidak ada homili dari imam. Diganti pembacaan Pesan Natal KWI dan PGI sebagai ganti khotbah. Sebagian umat tentu sudah membaca pesan gembala yang sudah lama dirilis itu.

Misa Natal 2023 ini jauh lebih meriah. Normal. Tak ada lagi prokes pakai masker, jaga jarak, cuci tangan dsb. Tapi masih banyak juga jemaat yang pakai masker. Romo pun pakai masker. Maklum, virus corona masih ada dan akan terus bermutasi.

Sayang, kali ini saya tidak sempat bersalaman dengan Romo Yohanes Bhaha. Salam damai Natal. Semoga semua makhluk bahagia!

Minggu, 24 Desember 2023

Cari kalender yang pakai Ahad, bukan Minggu

Nama hari bisa jadi masalah. Serius. Ada orang yang menolak kalender gratis gara-gara nama hari. Dia tidak mau ada tulisan hari Minggu. Maunya Ahad.


Alasannya sangat prinsipil. Soal akidah. Doktrin yang diyakininya. Sebutan Minggu dianggap berbau Nasrani. Orang kafir. Yang benar itu Ahad, katanya.

Orang ini pemeluk teguh. Kelihatannya dia sudah lama menghapus Minggu dari kamus bahasa Indonesia versi dia. Maka "seminggu" diganti "sepekan". Malam Minggu jadi malam Ahad. Minggu depan jadi pekan depan.

Lama-lama lagu lama Koes Plus: Kisah Sedih di Hari Minggu pun diganti dengan Kisah Sedih di Hari Ahad. 

Lagu Gombloh: Malam Minggu pukul tujuh aku apel... diganti jadi malam Ahad pukul tujuh dst.

Ayas pun mencari kalender di lapak pinggir jalan. Kalender yang pakai Ahad, bukan Minggu. Ternyata sulit. Di Surabaya (hampir) semua kalender pakai Minggu dan Sunday. 

Oh, ada satu kalender di Pasar Kembang yang pakai kata Ahad. Tapi masih ada tulisan Minggu dan Sunday. Ayas pun tidak jadi beli.

Minggu pagi, 24 Desember 2023, Ayas lewat di kawasan Pasar Besar Malang. Petjinanstraat alias Jalan Pecinan. Ada beberapa orang Madura jualan kalender di emperan toko.

 Ayas cek nama-nama hari. Alhamdulillah, ada satu kalender yang gunakan nama hari Ahad. Lengkap dengan jadwal salat. Ayas pun beli meski sempat menggerutu karena harganya tiga kali lipat di Surabaya.

"Kalau gak mau ya beli aja di Surabaya," kata Bu Madas (Madura Asli) itu.

Syukurlah, orang Madas yang jualan kalender itu tidak ambil pusing polemik soal Minggu vs Ahad. Baginya, Minggu ya Ahad dan Ahad ya Minggu. Sama saja.

Sei Babi Flobamora di Kota Malang

Flobamora itu julukan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Akronim dari Flores, Sumba, Timor - tiga pulau utama (besar) di NTT. Lembata, Solor, Adonara, Alor, Pantar, Sabu, Rote dsb tidak disebut karena dianggap pulau-pulau kecil.

Bae sonde bae, Flobamora lebe bae!
Baik (atau) tidak baik, Flobamora lebih baik!

Begitu semboyan orang NTT untuk memotivasi diri. Biar ada sedikit kebanggaan daerah.

Lagu Flobamora juga selalu dinyanyikan setiap ada pertemuan keluarga besar NTT di mana saja. Setelah lagu Indonesia Raya disusul "Flobamora.. tanah airku yang tercinta. Tempat beta dibesarkan ibunda..."

Di Kota Malang kata Flobamora identik dengan babi. Sei babi. Babi asap. Smoked pork. 

Sei Babi Flobamora sangat terkenal di kalangan para perantau NTT. Yang bukan muslim pastinya. Kalau ingin makan B2 biasanya lari ke Sei Flobamora. Masakan B2 khas Tionghoa dirasa kurang cocok dengan lidah orang-orang Flobamora.

Dalam waktu singkat Sei Babi Flobamora sudah punya 4 outlet di Malang. Pusatnya di Jalan Brigjen Slamet Riyadi 45 Oro-Oro Dowo, Pattimura 36 eks terminal, Raya Langsep 17, dan Rampal Lapangan Brawijaya.

"Penggemar sei babi cukup banyak di Malang Raya. Tidak semuanya dari NTT," kata bung asal Kupang yang jaga oulet di Oro-Oro Dowo.

Babinya dapat dari mana? Pasti butuh banyak daging?

"Di pasar kan banyak dijual daging babi. Persediaan selalu ada, Bung," kata bung tadi.

Ayas jadi ingat orang Lamaholot di Pulau Lembata. Mereka rata-rata pelihara babi dan kambing alias wawe + witi. Tapi tidak ada orang kampung makan babi kecap, babi asap, kecuali kalau ada hajatan kematian atau pernikahan atau sambut baru (komuni pertama). 

Di Malang orang bisa makan nasi plus B2 saban hari... kalau duitnya cukup. Haleluyaaaa!!!

Selasa, 19 Desember 2023

Alumni Universitas Jember masih dihinggapi penyakit minder

Makin tua biasanya orang makin senang reuni, temu kangen, silaturahmi cowas (konco lawas) dan sejenisnya. Tak hanya reuni SMA/SMK, reuni universitas pun kian sering diadakan di Jawa Timur.

Pekan lalu saya diajak ikut acara pertemuan Keluarga Alumni Universitas Jember (Kauje) di kantor Gubernur Jawa Timur, Jalan Pahlawan, Surabaya. Megah sekali aula di lantai 7 itu. Tidak kalah dengan ballroom hotel berbintang.

Suasananya tidak segayeng reuni SMA atau Uklam Tahes (jalan sehat) yang pernah saya ikuti. Maklum, teman seangkatanku cuma satu orang. Itu pun jadi salah satu pembicara seminar. 

Di samping saya ada beberapa alumni angkatan lebih lama. Cuma basa-basi sejenak lalu sibuk dengan HP masing-masing. Ada juga alumnus Fakultas Farmasi. Pasti lebih muda karena zamanku belum ada fakultas itu. Saya pun tidak tahu di mana kampus farmasi itu.

Acara selanjutnya seminar kecil. Dialog bertema Majukan Jatim Lima Tahun ke Depan. Bahan masukan untuk Khofifah kalau terpilih lagi. Atau siapa pun yang jadi gubernur.

Imron ternyata pembicara seminar yang bagus. Sebagai mantan wartawan dan redaktur Jawa Pos, dia bisa menyederhanakan materi ekonomi yang rumit. Bahasanya juga sederhana ala wartawan-wartawan di Surabaya. Beda dengan ibu pembicara satunya yang banyak guna kata-kata dan frase bahasa Inggris dengan logat Jawa medhok.

Intinya, Imron bilang kondisi Jawa Timur tidak buruk. Pertumbuhannya justru lebih tinggi daripada nasional. Angka kemiskinan yang masih tinggi. 

Setelah seminar dan makan siang, acara dilanjutkan dengan pengukuhan ketua Kauje. Wartawan senior di Surabaya Lutfil Hakim didapuk jadi ketua. Mas Lutfil juga ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jawa Timur. Menggantikan Ahmad Munir yang dipromosikan sebagai direktur LKBN Antara.

Mas Munir juga alumni Unej. Ketua Dewan Pers Ninik Rahayu juga alumni Universitas Jember. Lumayan banyak alumni Unej yang jadi petinggi media massa.

"Saya jadi ketua Kauje karena nggak ada yang mau," kata Lutfil dengan gaya khasnya.

Rektor Unej Prof Iwan Taruna meminta para alumni dan mahasiswanya agar tidak rendah diri. Jauhkan mental inferior sebagai alumni Unej. Sudah jadi rahasia umum, banyak alumni yang minder dan malu mengaku lulusan Universitas Jember.

Kalau ditanya alumni kampus apa biasa dijawab alumni UI, Gajah Mada, Airlangga, Padjadjaran dsb. "Karena kebetulan dia ambil S2 atau S3 di UI atau UGM. Kuliah S1-nya di Universitas Jember tidak disebut," kata Iwan.

Imron satu contoh. Lulus S1 di Faperta Universitas Jember, lalu melanjutkan studi S2 dan S3 di Universitas Airlangga. Sekarang jadi wakil dekan. Semua mahasiswa dan orang Unair tahunya Imron ini alumni Airlangga. Hanya sesama alumni Unej yang paham bahwa dulu dia kuliah di kampus kawasan Patrang arah ke Bondowoso.

Di masa lalu perguruan tinggi negeri (PTN) dibagi dalam tiga kelas. Kelas A (favorit, unggulan) macam UI, UGM, ITB. Kelas B sedang. Kelas C masih perjuangan. Universitas Jember masuk kelas C. Uang kuliahnya sangat murah. Satu semester tidak sampai Rp 100 ribu atau Rp 2 juta (kurs sekarang).

Kebanyakan yang masuk lewat UMPTN atau SMPTN pun pilihan kedua. Sebab gagal diterima di pilihan pertama UI, ITB, ITS dsb. Mungkin itu yang membuat perasaan minder atau rendah diri itu masih terasa di kalangan sejumlah alumni. Itu juga yang membuat Mas Lutfil kesulitan menghimpun para alumni di Surabaya Raya atau Jatim umumnya.

Peta perguruan tinggi di Indonesia setelah reformasi sudah berbeda. Tiga kelas PTN mungkin masih ada tapi mulai bergeser. Unej sudah punya Fakultas Kedokteran, Fakultas Teknik, Fakultas Farmasi, dan fakultas-fakultas kelas berat lainnya. Kampus Unej pun makin mewah. Bahkan, lebih mentereng ketimbang beberapa kampus top di Surabaya.

Saya belum cek data resmi. Tapi rasanya sebagian besar mahasiswa sekarang memang pilihan pertamanya di Unej. Bukan pilihan kedua atau ketiga seperti sebelum 2000.

Minggu, 17 Desember 2023

Tergusur di Karang Menjangan, Ludruk Luntas Hijrah ke Sidoarjo

Satu per satu grup ludruk tergusur dari Kota Pahlawan. Ludruk Luntas yang selama ini bermarkas di kawasan Jalan Karang Menjangan (Karmen) 21, Surabaya, akhirnya diminta meninggalkan lahan itu.


Gedung pertunjukan dan rumah budaya pun dibongkar sejak pekan lalu. Robets Bayoned, pimpinan Ludruk Luntas, berencana memindahkan semua properti beserta sejumlah pemain ludruk andalannya ke Sidoarjo.


"Mungkin memang begini Tuhan memberi jalan untuk Luntas agar menebarkan virus ludruk di segala penjuru," kata Robets Bayoned kemarin.


Ludruk Luntas yang diperkuat seniman-seniman muda itu, menurut Cak Robets, sejak dirintis pada 2016 memang tidak pernah mapan bermarkas di suatu tempat. Dimulai Gedung Pringgodani THR selama tiga tahun, 2016-2019, kawasan itu akhirnya digusur oleh Pemkot Surabaya. Para seniman yang biasa mangkal pun terpencar ke mana-mana.


Robets kemudian membuka markas di Panggung Rakyat Warung Mbah Cokro, kemudian Tobong Javadwipa AJBS, Wisata Kuliner Arumdalu Juanda. Sejak 2023 Luntas Indonesia bermarkas di Rumah Budaya Rakyat Karmen (Karang Menjangan).


"Untuk melestarikan ludruk bukan sekadar pentas, tapi harus punya tempat pentas ludruk. Tobong ludruk sangat perlu. Ludruk adalah seni tradisi arek Suroboyo yangg wajib diperjuangkan agar terus tetap ada," kata mantan penyiar sebuah radio swasta itu.


Berdasarkan pengalamannya membina grup ludruk, Cak Robets menegaskan, ludruk harus memiliki tempat pertunjukan yang tetap. Sulit bagi ludruk untuk bertahan jika hanya mengandalkan tanggapan atau undangan untuk mengisi hajatan tertentu. 


"Maka, saya ingin mengajak gotong royong membuat panggung rakyat berbasis ekonomi kerakyatan. Dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat," katanya.


"
Dulu di tahun 1943 ludruk adalah alat perjuangan untuk mempengaruhi rakyat agar melawan penjajah Jepang. Namun, sekarang ludruk bukan lagi alatnya, justru ludruknya yang harus diperjuangkan," Robets merujuk perjuangan Cak Durasim lewat kesenian ludruk di Surabaya. 

Sanna Ghotbi dan Benjamin Ladraa dideportasi dari Indonesia

 


Minggu pagi, 17 Desember 2023.

Saya mendapat pesan WA dari Sanna Ghotbi. Aktivis asal Swedia ini bersama kekasihnya Benjamin Ladraan bersepeda keliling dunia. Misinya menyerukan pembebasan bagi rakyat Sahara Barat yang dijajah Maroko sejak 1975.

Sudah 578 hari Sanna dan Ben keliling dunia. Cukup lama di Indonesia. Saya sempat ngobrol dan ngopi bersama keduanya di kawasan Slompretan, Surabaya.

Kali ini kabar buruk. Kedua kawan aktivis itu dideportasi dari Indonesia.

Sanna menulis pernyataan dalam bahasa Indonesia baku. Sudah pasti aslinya pakai bahasa Swedia atau Inggris kemudian diterjemahkan oleh mesin Google Translate. 

Berikut pernyataan Sanna dan Benjamin:

Pada hari Rabu 13 Desember 2023, kami menerima berita bahwa rumah seorang kenalan dari salah satu keluarga kami telah digerebek dan digeledah paksa oleh polisi Indonesia yang mengaku mencari kami.

 Kami belum dihubungi oleh siapa pun dari pihak kepolisian yang meminta untuk berbicara dengan kami, meskipun kami tidak menyembunyikan apa pun. Tapi sebaliknya, polisi Indonesia malah terus menyerang kenalan keluarga kami ini, yang sebenarnya belum pernah bertemu atau bahkan memiliki hubungan apa pun dengan kami.

Kami tidak pernah bersembunyi. Kami telah bersepeda selama lebih dari satu bulan melalui Bali dan Jawa, melakukan peningkatan kesadaran tentang apa yang terjadi di Sahara Barat secara terbuka.

 Sahara Barat telah dijajah oleh Maroko sejak 1975 dan masyarakat adatnya, Sahrawi, menjadi sasaran penangkapan sewenang-wenang, penyiksaan, penghilangan dan diskriminasi setiap hari.

 Tidak ada wartawan atau organisasi hak asasi manusia yang diizinkan di negara itu dan Maroko tidak berhenti untuk menekan siapa pun yang berani mengekspos penjajahan yang mereka lakukan sampai saat ini.

Kami percaya bahwa pemerintah Maroko berusaha menekan pemerintah Indonesia untuk menghentikan kami melakukan kampanye dan mengekspos penjajahan mereka di Sahara Barat. 

Hanya dalam beberapa minggu, kami telah berhasil melakukan lebih dari lima belas acara publik dan lebih dari tiga puluh wawancara media tentang Sahara Barat di Indonesia dan kami tahu ini membuat takut Maroko yang tidak ingin pelanggaran hak asasi manusianya terekspos ke publik.

Pada hari Rabu, perpanjangan visa kami dibatalkan dan kami diminta untuk meninggalkan Indonesia. 

Sekarang, kami sudah mendarat di Eropa dengan aman. Tetapi kami khawatir jika polisi Indonesia, atas perintah dari Maroko, akan terus mengganggu orang-orang yang tidak bersalah. Karena sampai sekarang, kami masih mendapatkan berita bahwa polisi terus menggeledah rumah-rumah orang untuk mencari kami.

Kami bertanya-tanya, mengapa pemerintah Indonesia membantu pembungkaman pemerintah Maroko terhadap para aktivis hak asasi manusia dari Swedia? 

Mengapa mereka tidak menghubungi kami langsung untuk bertanya tentang kampanye peningkatan kesadaran publik mengenai apa yang terjadi di Sahara Barat?

Untungnya, kami telah bertemu orang-orang hebat di Indonesia. Orang-orang yang kami kenal tidak akan membela ketidakadilan semacam ini, seperti ancaman terang-terangan terhadap para aktivis yang mencoba melakukan hal baik di dunia. 

Dengan bantuan mereka, kami berharap dapat melanjutkan kampanye ini. Kita tidak bisa membiarkan penjajahan Maroko dan kebrutalan kolonial pendatang (settler colonial) menang melawan kemanusiaan dan solidaritas. 

Dengan bantuan kalian, kami akan menyelenggarakan konferensi pers dan acara, untuk memberi tahu setiap orang Indonesia tentang koloni terbesar yang tersisa di dunia. Kami tidak akan diam begitu saja dan kami akan terus memperjuangkan kebenaran.

 

Sanna Ghotbi and Benjamin Ladraa

@solidarityrising (instagram)

solidarityrising@gmail.com

Senin, 04 Desember 2023

Sanna dan Benjamin gowes keliling dunia untuk Sahara Barat



Saya diajak Sanna Ghotbi dan Benjamin Ladraa bertemu, ngobrol, dan makan malam di Surabaya. Kebetulan dua aktivis asal Swedia ini menginap di Hotel Kokoon, Jalan Slompretan. Tetangga dekat kantor di Kembang Jepun.

Hotel baru di bekas bangunan pabrik korek api era kolonial Belanda itu memang kerap diinapi turis-turis dan aktivis nyentrik. Sanna dan Ben ini keliling dunia dengan sepeda pancal. Mereka baru naik kapal laut atau feri kalau harus menyeberang ke pulau lain.

Pasangan kekasih ini rupanya sangat menikmati petualangan nggowes keliling dunia. Dimulai bulan Mei 2022, perjalanan masih panjang. "Mungkin selesai setelah 2,5 tahun," kata Sanna dan Ben.

Keduanya makan kentang goreng. Sanna yang kurus protes halus ke karyawan hotel karena sambalnya terlalu pedas. Saya juga diajak makan. Tapi hanya pesan kopi hitam rada pahit.

Sanna dan Ben keliling dunia untuk kampanye kemerdekaan Sahara Barat yang dijajah Maroko. Tidak banyak orang Indonesia mengikuti isu pelanggaran HAM di Sahara Barat. Penduduk di negara-negara lain yang didatangi pun sama saja. Kurang paham Sahara Barat.

"Saya dan orang Indonesia pasti paham Gurun Sahara. Tapi masalah penjajahan di Sahara Barat, jujur saja, saya tidak tahu. Tapi saya akan googling dan cari informasinya," kata saya.

Kedua aktivis ini secara bergantian menceritakan persoalan di Sahara Barat. Lengkap dengan foto-foto, video, grafis.. lengkap lah. Saya hanya bisa menyimak. Sesekali saya bertanya kalau ada info yang kurang jelas.

"Orang Indonesia lebih konsen dengan Palestina. Ada kedekatan emosional dengan Palestina. Apalagi sekarang Palestina sedang dibombardir Israel."

"Ya, kami paham itu. Dan kami juga menyerukan pembebasan untuk rakyat Palestina yang diokupasi," kata Sanna.

Cerita panjang Sanna mengenai Sahara Barat sudah saya baca di internet. Sebab di setiap kota yang didatangi biasanya kedua aktivis ini diliput wartawan setempat. 

Di Surabaya ada jumpa pers khusus di LBH Surabaya. Keduanya juga memberikan ceramah di kampus Ubaya. Juga bertemu dengan awak media. Salah satunya saya yang diundang secara khusus malam itu.

Luar biasa kenekatan Ben dan Sanna. Bersepeda keliling dunia membawa misi pembebasan Sahara Barat.

Saya terkesan dengan petualangan bersepeda itu. Setiap hari paling sedikit nggowes 60 km. Hujan, panas bukan halangan. Mereka sudah mempersiapkan berbagai perangkat, obat-obatan dan kebutuhan lain untuk antisipasi ban gembos dsb. Juga mengganti komponen yang rusak di jalan.

Saya juga agak doyan nggowes beberapa tahun terakhir. Tapi tidak pernah bersepeda jarak jauh. Cuma satu kali ke Sampang, Madura. Saya tidak pernah menyangka bahwa sepeda ontel, kendaraan sederhana, itu bisa dipakai gowes keliling dunia.

Sabtu, 02 Desember 2023

Kurang renjana, produktivitas menulis kian menurun

Bulan November lalu ternyata hanya ada 4 tulisan di blog ini. Terlalu sedikit. Artinya seminggu cuma satu. Artinya makin jauh dari radar Mbah Gugel. 

SEO-nya hancur. AdSense pasti jeblok.

Begitulah kalau kita kurang fokus merawat blog, laman, situs, atau apa pun namanya maka kinerjanya jeblok. Padahal apa saja bisa ditulis di laman pribadi. Beda dengan laman resmi media yang harus memperhatikan rukun iman berita 5W + H, akurasi, konfirmasi, cover both side, verifikasi dan sebagainya.

Sejak dulu saya terinspirasi dengan Mr Yu. Mantan menteri ini sudah berusia 72 tahun. Ganti hati di Tiongkok. Sibuk luar biasa. Tapi saban hari menulis artikel di blognya. Tulisannya selalu panjang dan menarik.

Tuan Yu punya ribuan penggemar. Apa pun yang ditulis Mr Yu bisa dijamin bakal dibaca orang banyak. Dari awal sampai akhir. Bukan cuma diklik doang agar seolah-olah dapat PV tinggi di Google.

Belakangan saya giat lagi nggowes jarak sedang. Pergi pulang paling sedikit 20 km. Kalau sudah bersepeda biasanya mudah ngantuk. Capek. Penyakit sulit tidur hilang. Karena itu, kita jadi malah menulis catatan harian di blog. Tempo dulu di buku tulis diary.

"Pak Bos itu manusia langka. Tidak ada wartawan atau penulis yang produktivitasnya melebihi beliau. Bayangkan, tiap hari dia menulis dan tulisannya bagus-bagus," kata Amang Mawardi di Rungkut Menanggal.

Amang wartawan senior. Satu angkatan dengan Bos Yu. Pernah beberapa kali jadi anak buah Yu. Juga produktif menulis di Facebook kemudian dikumpulkan dan dicetak jadi buku.

"Sampean juga produktif seperti Pak Bos," kata saya agak memuji wartawan merangkap makelar lukisan itu.

"Hahaha... Jauhlah. Siapa sih kita-kita ini. Kalau dibandingkan dengan beliau ya gak ada apa-apanya," ujar Amang merendah.

Amang tidak berlebihan. Kita-kita perlu belajar dari Bos Yu. Bahwa menulis itu seperti ibadah. Menulis tak ubahnya kebutuhan makan, minum, ngopi, merokok saban hari. Bos Yu sangat anti dua yang terakhir itu.

Jumat, 01 Desember 2023

Desember kelabu selalu menghantui

 


Tak terasa sudah masuk bulan Desember. Tahun 2023 segera berlalu. Pandemi covid juga sudah berlalu meski masih ada virus corona yang terus bermutasi.

Suasana di mana-mana sudah terlihat normal. Sudah tak banyak yang pakai masker. Cuci tangan pun tak lagi sering. Hanya kurang dari 5 kawan di tempat kerja yang masih pakai masker.

Kerja dari rumah, WFH, tak lagi dianjurkan. Tapi para reporter rupanya masih melanjutkan WFH. Cukup kirim naskah dan gambar lewat surel, WA, atau apa saja. Di era digital sistem WFH, kerja dari warkop, kerja dari mana saja rasanya semakin umum.

 Karena itu, kantor tak lagi ramai seperti dulu. Tak ada lagi suasana hiruk pikuk, guyonan, nonton bareng Persebaya atau timnas, tebak skor berhadiah, makan-makan bareng seperti dulu. Bangunan kantor yang besar dan luas mungkin hanya 20 persen yang terisi. 

Naga-naganya ke depan ruang kerja atau kantor bakal semakin sempit. Mirip hotel-hotel murah jaringan Oyo atau RedDoorz yang sempit tapi kamarnya banyak dan tersebar di mana-mana.

Seharusnya setelah pandemi covid, situasi makin normal dan bahagia. Tapi kelihatannya Indonesia sedang tidak baik-baik saja. 

Suasana kampanye jelang pemilihan presiden dan pemilihan presiden pun landai saja meski baliho, banner dsb tersebar di segala sudut kota. Alat peraga kampanye PSI dan Prabowo-Gibran kayaknya paling dominan di kota ini.

Setiap bulan Desember saya selalu teringat Maharani Kahar. Artis lawas asal Surabaya inilah yang dulu mempopulerkan lagu Desember Kelabu. Lagu yang sangat hit tahun 1983 kalau tidak salah.

Saya beberapa kali wawancara, lebih tepat ngobrol, dengan Bu Maharani tentang nostalgianya sebagai artis top masa lalu. Kebetulan dulu satu paroki di daerah Pagesangan. "Dulu saya memang artis. Sekarang orang biasa aja," katanya.

Saya sedang menikmati suara Maharani Kahar semasa muda. Membawakan lagu Desember Kelabu ciptaan A. Riyanto. Asyik juga lagu melankolis nan manis itu.

"Desember kelabu selalu menghantui setiap mimpiku!" 

Rabu, 08 November 2023

Ingat Pabrik Paku di Waru, Ingat Konglomerat Tempo Doeloe Madjid Asnoen

Penulis pernah dapat kiriman buku dari seorang profesor di USA: Surabaya, City of Work, karya Howard W. Dick. Kajian yang mendalam tentang perkembangan ekonomi di Surabaya, Sidoarjo, Gresik, dan sekitarnya.

Sayang, buku tebal itu hilang entah ke mana. Beberapa kali dipinjam mahasiswa yang mau skripsi, difotokopi, dibaca.. tapi tidak dikembalikan. 

Nah, salah satu topik yang dibahas HW Dick adalah pabrik paku di kawasan Kedungrejo, Waru, Sidoarjo.  Yang bersebelahan dengan Terminal Purabaya.

Gara-gara membaca buku itu, meski agak berat karena pakai academic English, penulis jadi kenal nama Madjid Asnoen, pengusaha top, crazy rich Surabaya tempo doeloe. Madjid importer terkemuka sejak zaman Hindia Belanda. Tidak kalah dengan tauke-tauke dan kongsi-kongsi Tionghoa yang sangat merajalela saat itu.

Madjid Asnoen, Rahman Tamin (Ratatex), Moesin Dasaad (Kantjil Mas), dan beberapa lagi dianggap sebagai pengusaha pribumi dan industriawan yang hebat. Karena itu, mereka diharapkan jadi lokomotif perekonomian Indonesia setelah tahun 1950. Belanda baru benar-benar minggat pada akhir Desember 1949. 

Nah, Madjid Asnoen yang sudah konglomerat itu kemudian diberi dukungan penuh, insentif, dsb untuk mendirikan pabrik paku di Waru, Sidoarjo. Sebab, Presiden Soekarno menganggap bahan-bahan bangunan sangat dibutuhkan rakyat dari Sabang sampai Merauke. 

Pabrik Paku Madjid Asnoen itu memang berkembang pesat. Didukung rantai distribusi Firma Madjid Asnoen yang memang sudah mapan sejak era kolonial Belanda. Beda dengan taipan-taipan Tionghoa yang bisnisnya kocar-kacir setelah ditinggal meneer-meneer Belanda. 

Saking terkenalnya, pabrik paku jadi land mark atau tetenger di kawasan Waru dekat perbatasan Surabaya. Seluruh kawasan Bungurasih, Kedungrejo, hingga Kureksari biasa disebut pabrik paku. Terminal Purabaya di Desa Bungurasih belum ada. Dulu orang cuma kenal Terminal Joyoboyo.

 "Bungurasih dulu masih hutan, sawah-sawahnya banyak," kata Eni Rosada, Kades Bungurasih, yang baru saja lengser. 

"Pabrik paku itu sudah ada di Waru jauh sebelum saya lahir," Bu Kades menambahkan.

Berbeda dengan pabrik Ratatax di Balongbendo yang sudah lama rata tanah, pabrik paku di Waru masih bertahan meski tidak lagi pakai nama Pabrik Paku Madjid Asnoen. Manajemennya sudah berbeda.

Informasi yang beredar di media sosial, pemerintah daerah mengubah peruntukan lahan di kawasan Kedungrejo, Waru, dan sekitarnya. Tidak lagi untuk pabrik seperti era 1950-an hingga 1980-an tapi permukiman dan perdagangan.

Kalaupun pabrik paku di Waru itu tutup (atau relokasi), sepertinya kawasan itu akan tetap disebut pabrik paku. Sama dengan Ratatex yang juga jadi land mark di Balongbendo. (rek)

Jumat, 03 November 2023

Dalang Tionghoa Tee Boen Liong konsisten nguri-uri seni budaya Jawa

Oleh Jihan Navira/Wafi Syihab
Mahasiswa FBS Universitas Negeri Surabaya

Meski keturunan Tionghoa, Tee Boen Liong tidak bisa lepas dari kesenian tradisional Jawa. Apalagi Boen Liong yang juga dikenal sebagai Ki Sabdo Sutedjo sudah lama bergelut di dunia pedalangan. Sudah 11 kali Boen Liong menjadi dalang wayang kulit dalam acara sedekah bumi di Kampung Pecinan, Kapasan Dalam, Surabaya.

"Kalau di Kapasan Dalam itu memang sudah langganan. Setiap tahun saya ditanggap untuk mendalang di sana. Puji Tuhan, selalu ramai, meriah, masyarakatnya sangat antusias," kata Tee Boen Liong.

Tee Boen Liong memang sangat total mengembangkan kesenian wayang kulit, campursari, wayang orang, dan tarian tradisional Jawa. Dia berguru langsung pada mendiang Ki Narto Sabdo, dalang kondang dan maestro kesenian Jawa.

 "Saya malah gak ngerti bahasa Tionghoa blass. Kalau bahasa dan budaya Jawa memang saya pelajari secara khusus," ucap alumnus Universitas Wijaya Kusuma (UWK) Surabaya ini.

Setelah mendalang di Kapasan Dalam, belakang Kelenteng Boen Bio, Ki Dalang Boen Liong ikut tampil bersama Wayang Orang Suryo Budoyo di Balai Pemuda, Surabaya. Lakonnya Ontorejo Ngracut. Sebagai dalang yang punya jam terbang cukup tinggi, Boen Liong tidak kesulitan tampil bersama seniman-seniman Surabaya lainnya.

Masih di bulan Oktober 2023, Boeng Liong dipercaya menampilkan tarian untuk menyambut kapal perang Rusia yang berlabuh di Surabaya. Kali ini Boen Liong meminta anak-anak asuhnya menampilkan Tarian Nusantara.

 "Intinya, tari mulai Sabang sampai Merauke. Kita ingin tunjukkan kemajemukan Indonesia,  Bhinneka Tunggal Ika," kepada para tamu dari luar negeri.

Sudah sejak 2014, Boen Liong dan grup tarinya dipercaya untuk mengisi acara kesenian setiap kedatangan kapal perang dari berbagai negara di Kota Surabaya. Biasanya dia lebih dahulu mempelajari karakter dan minat tamu asing itu. Pihak Rusia rupanya meminta tarian bernuansa Nusantara.

Bagaimana dengan tamu-tamu dari kapal perang Tiongkok?

"Oh, ya, kalau tentara-tentara dari Kapal Perang China kemarin dikasih Tari Lenggang Surabaya. Kalau kapal perang berlabuh di Banyuwangi bisa joget-joget di atas kapal. Kalau di Surabaya tariannya di dermaga dekat kapal perang," kata Boen Liong.

Rabu, 01 November 2023

Mata Pelajaran di Sekolah Tionghoa Surabaya Tahun 1960-an

Mata pelajaran apa saja yang diajarkan di sekolah-sekolah Tionghoa pada tahun 1950-an dan 1960-an?

 Ada rekan yang punya koleksi rapor Sekolah Menengah Chung Hua, Surabaya, tahun 1960-an. Sekolah yang biasa dikenal dengan CHHS itu ditutup selepas peristiwa G30S 1965 bersama semua sekolah Tionghoa yang lain.

Dari rapor tempo doeloe ini kita bisa mengetahui berbagai mata pelajaran di sekolah-sekolah Tionghoa. Kelihatannya ikut kurikulum nasional ditambah pelajaran khusus Bahasa Tionghoa, Sejarah Tiongkok, Ilmu Bumi Tiongkok. Ilmu-ilmu lain saja di seluruh dunia.

Yang saya kagumi, nama-nama mata pelajaran menggunakan bahasa Indonesia asli. Apa adanya. Bukan kata-kata atau istilah serapan dari bahasa Inggris, bahasa Belanda, atau bahasa asing lainnya.

Karena itu, kita tak akan menjumpai pelajaran Biologi tapi Ilmu Hayat. Ilmu Alam, bukan Fisika. Ilmu Hitung bukan Aritmatika. Ilmu Ukur Sudut bukan Trigonometri.

Bahkan, pelajaran Olahraga pun disebut Gerak Badan. Betapa orang-orang dulu sangat mengutamakan kata-kata asli bahasa Melayu/Indonesia dan tidak begitu saja menggunakan kata-kata serapan English.

Saya perhatikan murid-murid Sekolah Tionghoa di Surabaya dulu piawai dalam mata pelajaran bahasa Tionghoa dan Bahasa Indonesia. Artinya, mereka lancar berbahasa Indonesia dan berbahasa Tionghoa. 

Bahasa Tionghoa yang diajarkan di sekolah-sekolah adalah bahasa Mandarin resmi versi Peking (sekarang Beijing). Bukan bahasa Hokkian, bahasa Kanton, atau bahasa-bahasa suku.

Pantesan Tante Lanny Chandra jago banget berbahasa Mandarin dan selalu diminta jadi penerjemah di kepolisian atau Pengadilan Negeri Surabaya. Aksara Tionghoa atau Hanzi yang dipelajari di Chung Chung, Shin Chung, dan sebagainya pun aksara tradisional yang rumit. Bukan aksara Hanzi sederhana yang sekarang dipakai di Tiongkok dan seluruh dunia.

"Hanzi sederhana itu memang lebih gampang. Goresannya sedikit. Tapi Tante lebih seneng sama Hanzi tradisional," kata Tante Lanny alumnus Sekolah Tionghoa di Surabaya.

Berikut daftar mata pelajaran di Sekolah Menengah Chung Hua, Surabaya, tahun 1960-an:

Bahasa Tionghoa
Bahasa Indonesia
Bahasa Inggris
Ilmu Hitung
Ilmu Aljabar

Ilmu Ukur
Ilmu Ukur Sudut
Ilmu Alam
Ilmu Kimia
Ilmu Hewan

Ilmu Tumbuh-tumbuhan
Ilmu Hayat
Sejarah Tiongkok
Sejarah Indonesia
Sejarah Umum

Ilmu Bumi Alam
Ilmu Bumi Tiongkok
Ilmu Bumi Indonesia
Ilmu Bumi Umum
Kelancaran Bahasa 
Gerak Badan

Perang Tak Kunjung Sudah di Tanah Suci! Vanity of Vanities

Entah kapan perang ini berakhir. Sudah hampir sebulan Israel terlibat perang melawan Hamas di Jalur Gaza. Israel mengklaim tidak berperang melawan Palestina tapi Hamas organisasi teroris.

Diawali serangan mendadak Hamas pada 7 Oktober 2023, Israel akhirnya balas dendam. Habis-habisan. Tumpas kelor Hamas. Israel tak mau gencatan senjata. Maunya perang terus.

 Entah sudah berapa ribu bangunan yang hancur di Gaza. Jutaan orang jadi pengungsi. Palestina yang diharapkan segera merdeka kembali ke titik nol. Bahkan minus.

Biasanya perang Israel vs Palestina, Israel vs Liga Arab dan sebagainya tidak panjang. Ada perang 6 hari yang terkenal itu. Lalu gencatan senjata. 

Siapa menang, siapa kalah tidak jelas. Sebab perang bukan sepak bola. Perang hanya melahirkan tragedi kemanusiaan.

 Hamas-hamas tua mungkin habis (berkurang). Tapi hamas-hamas balita suatu saat akan bergerak lagi saat dewasa. Israel akan selalu terancam. Tidak bisa tidur nyenyak. Selama belum ada solusi tuntas masalah Palestina.

PBB sudah tak mampu mengatasi persoalan di Palestina. USA jelas membantu proksinya Israel. Indonesia sudah bikin pernyataan dan bantu obat-obatan, makanan dan sebagainya.

Vatikan sejak awal menawarkan diri jadi penengah. Khususnya untuk membebaskan para tawanan. Tapi tidak digubris. Pengaruh Vatikan makin pudar seperti PBB.

Jumat pekan lalu Paus Fransiskus mengajak umat Katolik sedunia melakukan doa bersama, puasa, matiraga, agar perang Israel vs Hamas segera dihentikan. Hanya itu yang bisa kita lakukan: sembahyang, puasa, berdoa, ekaristi. 

Semoga Tuhan mendengarkan doa-doa umat manusia yang cinta damai. Yang tidak ingin melihat ribuan manusia tewas di medan perang. Tapi rupanya doa-doa (sejak dulu) belum dikabulkan Tuhan.

Mea culpa, mea culpa!

 Rusia menyerang Ukraina pada 24 Februari 2022. Perang itu juga belum selesai. Belum ada tanda-tanda gencatan senjata. 

Rusia ingin menghabisi Ukraina. Sebaliknya Ukraina pun tak mau menyerah begitu saja meski harus berhadapan dengan negara yang pernah jadi salah satu adikuasa itu.

Paus Fransiskus juga mengajak semua umat Katolik di dunia berdoa agar konflik Rusia vs Ukraina segera berakhir. Doa-doa dengan intensi perdamaian di Ukraina dan Rusia didaraskan saban hari di rumah dan gereja. Tapi belum ada hasilnya.

Lama-lama manusia lelah mengadu pada Tuhan. Putus asa. Vanity of vanities, kata Pengkhotbah.

Senin, 30 Oktober 2023

Kuliah jaman now lebih praktis, padat, singkat, tidak perlu skripsi

(Jihan Navira mahasiswa FBS Unesa sedang meliput pusat barang antik di Surabaya untuk tugas magang.)

Kuliah jaman now di Indonesia rasanya lebih mudah ketimbang jaman old. Apalagi setelah Mas Menteri menelurkan kebijakan merdeka belajar, kampus merdeka, dan sebagainya. 

Gaya dan kebijakan Mendikbud Mas Nadhiem jauh berbeda dengan menteri-menteri sebelumnya. Apalagi mendikbud era Orde Baru. Mas Menteri orangnya praktis, efisien, kerja cepat, pragmatis.

Itulah yang saya tangkap ketika menjadi pengampu beberapa mahasiswa magang di Kota Surabaya. Saat ini saya masih mengampu dua mahasiswa Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Surabaya (Unesa). Jihan Navira arek Manukan dan Wafi Syihab arek Karang Pilang. Mereka magang hingga akhir Desember 2023.

Program magang di perusahaan ternyata dikonversi menjadi banyak SKS (satuan kredit semester). Jihan bilang magang selama empat bulan di media massa bakal dikonversi jadi 20 SKS.

 Luar biasa!

 Saya tidak pernah bayangkan magang atau praktik kerja lapangan (PKL) dihargai dengan SKS sebanyak itu. Mahasiswa juga bisa bikin project apa saja dan dikonversi dengan SKS.

Belakangan ada kebijakan baru lagi. Mahasiswa tingkat akhir tidak perlu capek-capek bikin skripsi. Ada jalur nonskripsi. "Tapi saya masih pakai skripsi. Mungkin tahun depan sudah berlaku kebijakan itu," kata Jihan.

 Mahasiswi ini sudah bikin projek film bersama beberapa temannya di FBS Unesa. Semangat anak-anak milenial untuk bikin projek memang sangat tinggi karena, itu tadi, dapat benefit bisa dapat tambahan SKS.

Saya masih ingat zaman kuliah dulu kami harus menyelesaikan 150 SKS sebagai syarat lulus strata satu (S-1). Wajib skripsi. Wajib penelitian di lapangan. Wajib seminar awal riset, kajian rancangan percobaan, lalu seminar lagi tentang hasil penelitian. 

Lalu menulis skripsi. Betapa sulitnya mencari buku-buku referensi saat itu. Internet belum ada. Buku-buku elektronik alias e-book masih mimpi.

Karena itu, skripsi jadi masalah besar. Banyak mahasiswa yang stres gara-gara skripsi. Betapa sulitnya menemui dosen pembimbing. Kalaupun ketemu ya revisi berkali-kali. Komputer old school masih kelas jangkrik yang mengandalkan WS: word star.

Betapa banyak mahasiswa yang terpaksa DO gara-gara skripsi. Padahal SKS-nya sudah mendekati 150. Bahkan ada yang sudah lebih. 

Berbahagialah mahasiswa-mahasiswi jaman now! Semuanya serba dimudahkan. Apalagi kalau menterinya masih Nadiem Makarim atau tokoh yang sealiran dengannya.

Dengan magang yang dikonversi 20 SKS, projek-projek pribadi, simulasi program, aplikasi dsb maka masa kuliah bisa dipangkas. Tidak perlu lama sampai empat tahun atau lima tahun. Tiga tahun bisa kelar karena tidak perlu skripsi yang makan waktu dan biaya itu.

"Minta izin tidak masuk hari ini, Pak. Saya ada program pembuatan film pendek. Tapi saya akan tetap kirim hasil liputan," kata Jihan, anak magang yang jadi muridku.

Betapa bedanya Jihan dkk dengan mahasiswa jaman old. Ada saja garapan dan mainan mereka berbasis digital. Kelihatan main-main tapi  serius dan jadi tambahan SKS. Jadi modal untuk mempercepat kuliah. Dan bisa langsung diterapkan setelah lulus nanti.

Saya jadi ingat syair lagu jazz dari Louis Armstrong yang terkenal itu:

I hear babies cry
I watch them grow
They'll learn much more
Than I'll ever know

And I think to myself
What a wonderful world

Nita Hurek Segera Menempuh Hidup Baru! Selamat Bahagia Ade Manis

Adik sepupuku, Nita Ebong Hurek, sudah berhasil jadi dokter. Dapat job di salah satu rumah sakit plat merah di Kupang, NTT. Saya ikut senang dan bahagia.

Perjalanan Nita Hurek jadi dokter tidak mudah. Apalagi harus merantau jauh dari orang tuanya, Bapa Daniel Hurek dan Mama Victoria Tandi, di Kupang. Tak mudah bagi anak perempuan untuk merantau jauh. Tapi Nita sudah dikondisikan dengan "magang merantau" saat bersekolah di SMAK Syuradikara, Ende, Flores. Boleh dikata SMA terbaik di NTT.

Nita Hurek tipe "orang kota" NTT yang lahir di Kupang. Bapaknya asli Lembata, lahir di kampung pelosok yang susah. Kampung Nobolekan atau Desa Bungamuda, Kecamatan Ile Ape, itu tak ada listrik. Ambil air pun harus jalan kaki jauh di sumur Desa Atawatung atau Desa Lamawara.

Mama Vita sapaan Victoria Tandi asli Maumere yang besar di Kupang. Mama yang satu ini jago nyanyi tembang kenangan. Dia punya suara tidak kalah dengan penyanyi beneran. Apalagi kalau nyanyi Simphony Yang Indah.

Meskipun adik sepupu, saya tidak kenal dekat Nita karena perbedaan usia terlalu jauh. Saat saya masih SMA atau kuliah di Jawa Timur, Nita belum lahir. Bahkan Bapa Daniel dan Mama Vita belum menikah. Saya hanya mengikuti perkembangan studi Nita di Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia (UKI) Jakarta dari media sosial.

Kebetulan dulu Nita cukup aktif mengunggah sejumlah kegiatannya di UKI Jakarta. Termasuk kesukaannya menonton konser jazz. Nita Hurek dan Gita Hurek, adiknya, bahkan sempat bergambar bersama saksofonis terkenal Dave Coz. 

Akhirnya Nita resmi jadi dokter. Mulai sibuk urus orang sakit di Kupang. Nita tak lagi muncul di Facebook. Saya pun kehilangan ceritanya selain informasi dari beberapa keluarga dekat di kampung.

"Lapor, Ama. Tgl 10 November 2023, adik dr. Nita Ebong Hurek menikah. Jika sempat, Ama boleh hadir. Ina Is dan Erny belum tentu dai. Kame sdah urus persiapan dengan Ina Yus dan Ama Fidel serta seluruh kel kita di  Kupang."

Pesan itu datang dari Bapa Dr Urbanus Ola Hurek. Adik kandung ayahku. Menyampaikan kabar gembira bahwa dr Nita akan menikah dalam waktu sangat dekat. Bahwa persiapan sudah diurus keluarga besar kami di Kupang.

Deo gratias! 
Syukur kepada Allah!

Siapa calon suami Nita? Kerja di mana? Bapa Urbanus tidak menyebutkan. 

"Nita han naranen heku? Aku lewun?" Saya bertanya kepada Yus Hurek dalam bahasa kampung.

"Nita han (suaminya) orang Ende, besar di Kupang, kerja di PU, Elwyn namanya," tulis Yus Hurek, adik kandungku yang bekerja sebagai guru di Kupang.

Saya hanya bisa mendoakan semoga pernikahan dr Nita dan Elwyn berjalan lancar. Mulai urusan adat istiadat hingga penerimaan Sakramen Pernikahan di gereja. Sayang, Mama Vita tidak bisa mengantar putri sulungnya ke altar karena keburu dipanggil Tuhan saat  pandemi Covid-19 lalu. 

Jumat, 27 Oktober 2023

Peliknya Bahasa Melayu sebagai Bahasa Kebangsaan di Malaysia

"Perdana Menteri Malaysia Datuk Seri Anwar Ibrahim memberi peringatan kepada jabatan kerajaan agar tidak melayan sebarang surat yang diutus selain daripada Bahasa Kebangsaan.

Tegas Anwar, beliau turut mengarahkan agar surat itu dipulangkan semula jika arahan itu gagal dipenuhi tidak kira sama ada dari sektor swasta mahupun kerajaan."

Itu kutipan pernyataan PM Anwar Ibrahim di Astro Awani. Laman itu sering saya baca. Karena itu, saya agak paham situasi politik di Malaysia yang hiruk pikuk. Pihak pembangkang (oposisi) saban hari mengutuk dan menggoyang pemerintahan PMX, julukan Anwar Ibrahim, perdana menteri ke-10.

Masalah bahasa kebangsaan, bahasa resmi, bahasa negara.. rupanya belum selesai di Malaysia. Sebagian warga negara di sana kurang suka berbahasa Melayu. Mereka lebih suka berbahasa Inggris, Hokkian, Mandarin, Tamil, dan sebagainya. Pribumi Melayu pun banyak yang keminggris. Lebih suka berbahasa "rojak".

Syukurlah, kita di Indonesia ada Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928. Isu bahasa kebangsaan sudah selesai tahun 1928. Jauh sebelum kemerdekaan Indonesia. Bahasa Indonesia, yang bersumber dari bahasa Melayu, jadi bahasa kebangsaan kita.

Malaysia rupanya ruwet. Bahasa Melayu ternyata lemah. Meski sudah merdeka selama 66 tahun, bahasa kebangsaan masih jadi isu di Malaysia. Perdana menteri sudah 10 kali toh masalah ini tidak kunjung tuntas. Selalu ada penolakan dengan berbagai alasan.

Pagi ini saya sempat memantau diskusi orang-orang Malaysia tentang bahasa kebangsaan. Khususnya pernyataan PM Anwar Ibrahim yang minta semua surat resmi di lembaga-lembaga pemerintahan dikembalikan jika tidak menggunakan bahasa Melayu (Malaysia).

Pro dan kontra luar biasa di sana. Hampir semua pribumi Melayu pro. Yang Tionghoa dan India kelihatannya tidak pro. Bahkan pribumi alias bumiputra di Serawak pun menyatakan tetap pakai bahasa Inggris. 

Hasyim: "Mana Ada negara dlm dunia ini jadikan bahasa kebangsaan sbg "bahasa kedua".... Tapi Malaysia, ada perbuatan begitu!!"

Kamrul Arifin:

 "Ada satu siri television seram dari amerika yang bertajuk FROM di mana pelakun² terdiri dari berbagai kaum. Ada satu keluarga cina di mana bapa dan ibu tidak fasih berbahasa inggeris. Manakala anaknya pula fasih berbahasa inggeris siap dengan loghatnya sekali.

Pada satu masa saya di Perth, saya berurusan di kedai yang mana penjualnya bangsa cina tapi bertutur bahasa inggeris siap dengan loghat australia nya.

Kesimpulan saya ialah begini;
American born chinese speaks perfect american slang english. Ozzy born chinese speaks perfect Ozzy english. Chinese born malaysia can hardly speaks perfect malay.

Where did we go wrong? Sekolah jenis kebangsaan?"

Pernyataan Kamrul langsung dijawab Richard yang Tionghoa:

"Tapi mereka  x ade quota dlm kalangan rakyat negara dia dan x ade status bumi atau non bumi bagi majoriti. Lagi pun mereka muda fasih english bagi org tua mereka tau basic biasa sahaja.

Lagi pun bang kena paham kenapa ada org Malaysia lebih fasih english drpd bahasa ibonda anda sebab banyak maklumat terkini dan ilmu teknologi dan kewangan adalah dalam bahasa english…….( first Hand Fresh data and info mostly in english).

Satu yg sgt penting policy kerajaan org putih x ade diskriminasi policy berdasarkan etnik. Kalau pandai bahasa pun masih didiskriminasikan oleh policy kerajaan.

Kebanyakan dah blh ckp bahasa tapi lebih fokus ke bahasa yang blh menambahkan rezeki. Kalau masih nak kutuk tahap bahasa org lain lebih baik jaga baik diri sendiri daripada org lain..dunia ni luas."

Perdebatan soal bahasa kebangsaan di Malaysia ini memang tiada habisnya. Saya masih ingat PM Ismail Sabri dulu juga menyerukan kepada rakyat Malaysia untuk mengutamakan bahasa Melayu. PM Sabri bahkan berpidato dalam bahasa Melayu di PBB dan luar negeri.

Tapi, ya itu tadi, banyak orang Malaysia malah menertawakan dia. Mereka menuduh Sabri tidak fasih bahasa Inggris. Sebaliknya, PM Anwar Ibrahim dipuji karena dianggap fasih berbicara dan berpidato dalam bahasa Inggris.

Saya juga (dulu) sering bertemu wisatawan asal Malaysia yang bukan Melayu di Surabaya. Ketika ditanya dalam bahasa Indonesia, yang mirip bahasa Melayu, mereka selaku menjawab dalam bahasa Inggris. Ya, sudah!

Lanny Chandra Penerjemah Bahasa Mandarin di PN Surabaya, Berbagi Kasih untuk Tahanan Asal Tiongkok

Wang Yali asli Tiongkok. Datang ke Surabaya untuk jadi joki ujian bahasa Inggris di Tegalsari. Tergiur bayaran sekitar Rp 30 juta.

Kedatangan wanita Zhongguo ke Indonesia bukan masalah. Pakai paspor sendiri. Yang jadi masalah Wang ketahuan memakai paspor palsu atas nama Yu Wen saat jadi joki ujian ELTS itu. Wang pun ditangkap petugas imigrasi.

Sekarang Wang Yali diadili di PN Surabaya.

Gara-gara sidang perkara paspor palsu inilah saya jadi ingat kembali Lanny Chandra. Ibu ini dulu sering mengajak saya "pelayanan" di Rutan Medaeng dan beberapa rutan dan penjara di Jawa Timur. Lanny bukan pendeta, tidak pintar khotbah, tapi selalu membawa "kabar baik" kepada para warga binaan yang beragama Kristen.

"Kita orang membagikan kasih Kristus kepada saudara-saudara di dalem penjara," kata Lanny Chandra yang jago masak mi, bakmi, dan masakan Tionghoa itu.

Nah, di sela pelayanan yang intensif sejak akhir 90-an itu, Lanny Chandra dipercaya jadi juru bahasa atau penerjemah bahasa Mandarin untuk para terdakwa di Pengadilan Negeri Surabaya. Juga orang-orang Tiongkok, Taiwan, atau Hongkong yang tidak bisa berbahasa Inggris atau Indonesia.

Karena itu, Lanny jadi penerjemah untuk Wang Yali di PN Surabaya. Meskipun jadi joki ujian bahasa Inggris, dan berhasil di Thailand, Wang tidak mau diadili dalam bahasa Inggris. Maunya bahasa Mandarin. Maka Lanny Chandra didatangkan sebagai penerjemah.

"Yah, kita orang mau dateng kasih bantuan biar urusan si Wang ini cepet selesai," kata Tante Lanny dengan gaya bahasa khas Tionghoa "sekolah lawas" (old school).

Tante Lanny dapet bayaran besar kalau jadi penerjemah?

"Waduh, ini kerja pelayanan tok. Kita orang cuma dapet segini. Tapi Tante seneng bisa bantu menerjemahkan biar terdakwa dari Cungkuo gak kesulitan. Sama-sama enaklah," kata pimpinan Yayasan Pelita Kasih itu.

Awalnya Lanny mengaku agak kesulitan menerjemahkan bahasa hukum ke dalam bahasa sederhana yang mudah dipahami terdakwa. Apalagi bahasa hukum di Indonesia tentu agak berbeda dengan di Tiongkok. Tapi prinsipnya sama saja.

Lama-lama Lanny jadi terbiasa duduk di samping terdakwa di PN Surabaya. Pertanyaan hakim, jaksa, pengacara dia terjemahkan dengan bahasa sederhana. Terdakwa Wang pun bisa menjawab dengan lancar. 

Tak terasa sudah 20 tahun lebih Lanny Chandra jadi penerjemah di PN Surabaya, kepolisian, kejaksaan. Khusus mendampingi para pelanggar hukum asal Tiongkok dan Taiwan. Sesekali ada juga dari Hongkong. 

Saking dekatnya, Wang dan warga binaan asal Tiongkok kerap curhat ke Lanny. Lulusan sekolah Tionghoa lawas, yang pakai tulisan Mandarin lawas (bukan sederhana), itu juga selalu membawa makanan ke rutan dan penjara saat pelayanan. Ada tim doa yang mendoakan para tahanan itu.

Wang dan tahanan asal Tiongkok biasanya tidak punya agama resmi. Bahkan tidak punya agama. Padahal, pelayanan di penjara-penjara berbasis agama. Lanny Chandra bersama tim Pelita Kasih dapat akses tetap masuk berbagai penjara karena pelayanan untuk warga binaan yang beragama Kristen/Katolik.

Apa boleh buat, Wang dkk asal Tiongkok biasanya ikut pelayanan, kebaktian, pujian dsb di kapel Rutan Medaeng. Orang Tiongkok itu luwes banget. Mereka lebih tertarik ikut acara-acara Haleluya karena dapat banyak makanan. Tim-tim Haleluya pun lebih rajin mengunjungi warga binaan ketimbang pelayan-pelayan rohani dari agama lain macam Buddha atau Khonghucu.

Tante Lanny melakukan "kristenisasi" di dalem penjara?

"Tidak ada kristenisasi. Kita orang pelayanan biasa, mendoaken semoga semua warga binaan jadi orang baek, bertobat, kembali ke jalan yang bener. Haleluya, ada beberapa orang Cungkok yang jadi anak Tuhan. Haleluya!" katanya penuh semangat.

Biasanya Cungkuo-Cungkuo itu ikut Haleluya selama mendekam di dalem penjara. Setelah bebas, pulang ke negaranya ya bebas lagi. Haleluyanya hilang. "Itu terserah mereka. Tante gak pernah maksa orang-orang Tiongkok jadi Kristen. Tante cuma berbagi kasih. Makanya, Tante punya pelayanan ini dinamaken Pelita Kasih," kata Lanny Chandra.

Selasa, 24 Oktober 2023

Pasangan hasil cawe-cawe harus dikalahkan dengan telak, kata Jawa Pos.

Banyak yang gregetan dengan perkembangan politik akhir-akhir ini. MK meloloskan capres meski belum 40 tahun. Diduga agar Gibran bisa maju jadi calon wakil presiden.

Skenario itu memang mulus. Gibran akhirnya digandeng Prabowo. Jadi cawapres. Gibran yang wali kota Solo baru 36 tahun. Koalisi perubahan yang ada PAN, Demokrat, dan PBB pun pasrah. Padahal selama ini mereka cenderung sangat kritis pada Jokowi.

Media sosial pasti heboh. Kurang simpati dengan Gibran. Terlalu muda untuk jadi pimpinan negara sebesar Indonesia. Tapi Jokowi ayahnya terkesan cuek saja. Bermain di belakang layar.

"Pilpres itu urusan partai politik. Siapa yang diusung ya terserah parpol. Saya gak ikut campur," kata Jokowi saat peringatan Hari Santri di Surabaya, Minggu (22/10).

Media massa arus utama juga kelihatan gregetan. Kompas masih halus gayanya. Koran Jawa Pos pagi ini, Selasa 24 Oktober 2023, keras sekali menulis sikapnya di editorial Jati Diri. "Pilpres sulit jurdil," begitu judul editorial Jawa Pos.

Kekuasaan rupanya seperti candu. Jokowi rupanya sudah menikmati candu kuasa itu. "Kecanduan menumpuk kekuasaan ala familikrasi ini menjadikan makin kebal kepatutan," tulis Jawa Pos.

Gibran dianggap pemimpin karbitan. Hasil cawe-cawe berbau kolusi. Rasanya kepentingan bangsa ini diabaikan. Yang penting berkuasa.

"Pasangan ini harus dikalahkan dengan telak. Agar tak bisa jadi utak-atik jumlah suara via MK," tulis Jawa Pos.

Minggu, 22 Oktober 2023

Bibi Margareta Kewa Hurek Berpulang - Satu per Satu Keluarga Inti Menghadap Allah

Tak berapa lama setelah Mama Acha, tetangga terdekat di Desa Lamawara, Lembata, berpulang, datang lagi berita sedih. Bibi Margareta Kewa Hurek Making meninggal dunia.

Tuhan Allah soreng tite
Tuhan Allah gutero balik

(Tuhan yang memberi. Tuhan yang mengambil - Ayub)

Saya tak bisa berkata-kata. Hanya bisa tertunduk lesu. Lalu teringat kata-kata Ayub itu. Tuhan Allah gutero kae: Tuhan Allah sudah ambil kembali!

Bibi Reta (Margareta) adalah adik kandung bapak saya, Nikolaus Nuho Hurek. Anak kedua dari 5 bersaudara. Anak sulung tak lain Bapa Niko Hurek. Dulu generasi bapakku ini tinggal di kampung lama di lereng Gunung Ile Ape yang masih terus erupsi itu.

Kemudian kampung-kampung lama ditutup pada masa awal Orde Baru. Dibangunlah "desa gaya baru" di pinggir pantai. Generasi saya adalah generasi "kampung baru" itu meski saya sendiri dilahirkan di "kampung lama" yang kini jadi kampung adat Lamaholot.

Saya terakhir kali bertemu Bibi Reta saat perkabungan kematian Bapa Niko Hurek di Desa Bungamuda. Ayahku meninggal pada 22 Juli 2019. 

Kondisi Bibi Reta saat itu sudah agak lemah meski kelihatan sehat. Tutur katanya tetap halus, bicara perlahan. Tidak pernah meninggikan suaranya. Selalu tersenyum. Bibi memberi kekuatan kepada saya dan empat adik yang baru saja kehilangan ayah kandung tercinta.

Tidak lama setelah itu, Gunung Lewotolok alias Ile Ape meletus pada November 2019. Suasana kacau di kampung. Disusul kemudian bencana lahar dingin yang menewaskan banyak orang. Terjadi pandemi Covid-19.

Kondisi Bibi Reta melemah. Kehilangan tenaga. Sulit bergerak ke mana. "Badannya seperti mengecil. Hanya bisa di tempat tidur saja," kata Vincentia alias Yus adik kandungku di Kupang.

Pihak rumah sakit di Pulau Lembata kelihatannya angkat tangan. Bibi akhirnya dibawa ke Kupang. Kebetulan ada dua adik kandungnya di Kupang, yakni Bapa Daniel Hurek dan Bapa Urbanus Hurek. Jadi, bisa dipantau perkembangannya setiap saat.

Kondisi Bibi sempat sangat memburuk tahun lalu. Minta doanya, pesan keluarga besar di Kupang. Kondisi Bibi perlahan-lahan membaik. Tapi masih belum punya tenaga untuk mobilitas ke mana-mana.

Boleh dikata selama tiga tahun itu Bibi Reta menderita dengan sakitnya yang aneh. Kita hanya bisa sembahyang, sembahyang, dan sembahyang. 

Akhirnya, Tuhan hodero nai rae Bapa langun. Tuhan memanggil Bibi kembali ke rumah Bapa. 

Selamat jalan, Bibi Reta!
Terima kasih sudah menemani kami semua sepanjang hidupmu!
Semoga damai dan tenang bersama Bapa di surga!

Sabtu, 21 Oktober 2023

Tuwo teperohon pai hokon tepe sayang




Setiap kali ada kabar dukacita di kampung halaman, saya selalu teringat lagu lama. Tuwo Teperohon.

Syair dan melodi lagu ini benar-benar mengiris kalbu. Bagi masyarakat berbudaya dan berbahasa Lamaholot. Sedih banget.

Louk loranga helo tani ata maten!
Air mata jatuh seperti sedang meratap di dekat jenazah keluarga yang meninggal.

Lagu lama ini punya beberapa versi di YouTube. Tapi saya lebih suka versi asli yang sangat populer di Flores Timur dan Lembata pada tahun 1980-an dan 1990-an. 

Kami biasa nyanyikan saat SD di kampung. Kadang syairnya diganti, dimodifikasi karena lupa syair aslinya. Tapi tetap saja diganti syair yang sedih bagai syair Ratapan di kitab suci.

TUWO TEPEROHON

Tuwo teperohon 
pai hokon tepe sayang 
kaan noneng gare nire 

Teti seran sorong 
hau lali neten nein 
kai marin kabe aku 

go pi helon kiden 
go pi sama nukak
bera neten gere 
oh dewa rera wulan 

go pi helon kunang 
go pi sama nawa
dela nadon gere 
oh guna tanah ekan 

Maan dopi toban 
mai liku weli pita 
maan pita teme netun
Maan gala batan 
mai lapak weli nawe
Maan nawe teme nelin

Go pi helon kiden 
go pi sama nukak 
bera neten gere
 oh dewa rera wulan 

go pi helon kunang 
go pi sama nawa
dela nadon gere 
oh guna tanah ekan

Mama Acha Orang Sunda Melebur Jadi Orang Kampung di Lembata

Bulan ini bulan dukacita bagi kami. Berita kematian keluarga dekat datang beruntun. Mama Acha, tetangga terdekat di Desa Lamawara, meninggal dunia. Meski asli Sunda, Jawa Barat, Mama Acha sudah melebur dengan orang kampung di Pulau Lembata.

Mama Acha kenalan dengan Bapa Thomas di perantauan Malaysia. Lalu menikah. Mama Acha pulang ke Lamawara dan kerasan di kampung halaman dekat pantai itu. Sementara Bapa Thomas kembali ke Malaysia cari ringgit.

Mama Acha fasih berbahasa Lamaholot logat Sunda. Orangnya juga rajin sembahyang rosario. Bahkan mungkin lebih rajin ketimbang orang-orang kampung yang aslinya Katolik. Mama Acha baru belakangan ikut Serani.

Saya sangat kehilangan Mama Acha!

Setiap kali mudik Mama Acha ini yang paling sering datang ngobrol. Cerita-cerita tentang Jawa Barat, pertanian di daerah asalnya, suasana di perantauan hingga urusan liturgi. 

Mama Acha pula yang selalu menemani Bapa Nikolaus Nuho Hurek hingga berpulang. Sembahyang bersama, jalan kaki ke gereja bersama dan sebagainya. Kini keduanya sudah dipanggil menghadap Bapa di surga.

Selamat jalan, Mama Acha!
Maiko molo, kame dore!

Minggu, 15 Oktober 2023

Seberapa Luaskah Wilayah Gaza Itu?

Oleh DAHLAN ISKAN

(Artikel lama tahun 2009)

Tidak lebih dari 500 kilometer persegi. Lebarnya hanya sekitar 10 kilometer dan panjangnya 50 kilometer. Kalau di Jatim, kira-kira hanya sama dengan dari Bangil ke Probolinggo. Lebarnya hanya sama dengan Probolinggo-Leces dan Bangil-Beji. Atau sama dengan dari Tanjung Kodok ke Tuban.

Wilayah itu berbukit, tapi tidak bergunung. Dataran paling tinggi hanya 150 meter. Meski punya pesisir sepanjang 45 kilometer, seluruh akses ke Laut Tengah itu dikuasai Israel.

 Bandaranya juga dikuasai Israel. Satu-satunya batas yang bukan Israel adalah bagian selatannya sepanjang 12 kilometer: berbatasan dengan Mesir.

Meski Gaza ini bagian dari wilayah negara Palestina, kalau mau ke ibu kota harus melalui daratan Israel sejauh kira-kira 40 kilometer. Ini berarti orang Palestina di wilayah Gaza kalau mau ke wilayah Palestina yang lain di Tepi Barat harus mengantongi paspor dan harus mendapat izin Israel. 

Luas wilayah Palestina yang di timur (disebut Tepi Barat, karena letaknya di tepi barat Sungai Jordan) itu sekitar lima kali lebih besar dari Gaza. Di wilayah Tepi Barat ini penduduknya sekitar 2,5 juta orang. Dengan demikian, kalau Gaza dan Tepi Barat dijumlah, penduduk Palestina 4 juta orang (wilayah Gaza berpenduduk 1,5 juta).

Israel memang berjanji menyerahkan wilayah Palestina kepada orang Palestina secara bertahap. Mula-mula hanya Jericho, satu kota sebesar Kecamatan Tulangan (Sidoarjo, Jatim) di timur Jerusalem. Lalu sebagian lagi wilayah di utara Jerusalem. Lalu bagian lain Tepi Barat. 

Tiga tahun lalu barulah wilayah Gaza yang diserahkan. Masih banyak lagi yang mestinya diserahkan, tapi diragukan apakah Israel masih mau menyerahkan sisanya. Termasuk Dataran Tinggi Golan yang harus dikembalikan ke Syiria.

Sejak diserahkan ke Palestina tiga tahun lalu, status Gaza tidak jelas. Bukan provinsi, bukan juga negara bagian. Bahkan, antara Gaza dan Tepi Barat hampir tidak ada hubungan sama sekali. Baik hubungan transportasi maupun hubungan politik. Gaza seperti tidak ada hubungan apa-apa dengan pemerintah pusat di wilayah Tepi Barat.

Di wilayah Gaza hampir 100 persen penduduknya pengikut Hamas. Yakni, aliran yang tidak mau menggunakan jalan diplomasi dalam merebut semua wilayah Palestina. Hamas tidak percaya Israel mau secara suka rela mengembalikan wilayah Palestina, termasuk Jerusalem. 

Hamas pernah minta agar seluruh wilayah Palestina dan Israel itu jadi satu negara saja: Negara Palestina. Bahwa sebagian besar penduduk negara "baru" itu beragama Yahudi, tidak apa-apa. Demokrasi yang akan mengatasi hubungan mayoritas-minoritas itu (Yahudi 7 juta, Palestina 4 juta). Israel menolak, karena khawatir lama-lama penduduk Arab (Palestina) akan mayoritas.

Kalau di Gaza penduduknya adalah pengikut Hamas, di Palestina wilayah timur (Tepi Barat) penduduknya mayoritas pengikut kelompok Fatah. Yakni, kelompok yang juga berjuang mengembalikan seluruh wilayah Palestina, tapi melalui jalan perundingan.

Dua kelompok ini sering terlibat dalam perang bersenjata secara terbuka dan menelan banyak korban. Dengan demikian, meski Negara Palestina itu satu, pemerintahannya sebenarnya ada dua. Pemerintahan di Tepi Barat dipegang Fatah dan pemerintahan di Gaza dipegang Hamas.

Israel memang kelihatan tidak mau kehilangan kontrol. Wilayah timur (Tepi Barat) itu diserahkan ke Palestina tidak secara utuh. Wilayah Jericho, ibarat satu pulau kecil di tengah-tengah Israel.

 Wilayah utara juga seperti pulau besar di tengah-tengah Israel. Wilayah selatan juga berada di tengah-tengah wilayah Israel. Wilayah utara yang agak luas pun, bentuknya lucu karena banyak wilayah Israel yang menjorok ke wilayah Palestina di sana-sini.

Jadi, Palestina yang sekarang sebenarnya bukan terbagi dua wilayah (Gaza dan Tepi Barat), tapi terbagi empat atau lima wilayah yang tersebar di tengah-tengah negara Yahudi.

Sabtu, 14 Oktober 2023

Barakallah Fii Umrik Gusur HBD dan Selamat Ulang Tahun

Masih Oktober. Bulan Bahasa Indonesia. 

Lian Gouw di Amerika Serikat kembali mengingatkan saya tentang bahasa Indonesia yang murni. Tidak perlu kata serapan. Tidak perlu kata-kata asing khususnya bahasa Inggris.

Usahakan mencari padanan dalam bahasa Indonesia. Kita harus punya jati diri, kata Lian Gouw yang sudah puluhan tahun tinggal di USA. Tapi ngotot betul mendorong bahasa Indonesia tanpa serapan.

Bu Lian lalu meminta saya mengirim salah satu tulisan saya di media massa. Kebetulan ada satu berita ringan. Tentang sedekah bumi di Kampung Pecinan, Kapasan Dalam. 

"Wah, Hurek, ibu senang sekali dengan tulisan hurek !! 🙏🥰👍👏🥰 tidak ada kata serapan -- yang ada itu kutipan bicaraan orang tionghoa itu," kata Lian Gouw.

"Tapi Ibu pusing membaca berita-berita lain. Banyak sekali kata-kata bahasa Inggris," Lian Gouw menambahkan.

Lalu kami bercakap lagi lewat WA. Masih soal bahasa Indonesia. Lian Gouw kembali mengingatkan jati diri dan kebanggaan sebagai bangsa Indonesia.

Orang macam Lian Gouw ini terkesan agak nyinyir. Khas orang tua. Kadang terasa berlebihan. Tapi perlu juga kenyinyiran macam ini. Khususnya di bulan bahasa.

Siapa lagi yang mau menjunjung bahasa Indonesia kalau bukan orang Indonesia sendiri? Orang Indonesia di Indonesia. Bukan orang Indonesia di Amerika macam Lian Gouw.

Sambil menulis catatan kecil ini muncul pesan-pesan di kumpulan WA. Teman-teman lama masa persekolahan doeloe. Ucapan selamat ulang tahun untuk seorang kawan.

Paling banyak pakai ucapan "Barakallah fii umrik". Artinya mudah ditemukan di mesin-mesin pencari. Ucapan sekaligus doa untuk yang berhari jadi.

Ucapan berbahasa Inggris "Happy Birthday" (HBD) kelihatannya sudah tergusur oleh "Barakallah fii umrik". Orang Indonesia rupanya bukan sekadar doyan Nginggris tapi juga makin Ngarab.

Yang menarik, kawan yang sangat lama tinggal di negara berbahasa Inggris malah kasih ucapan:

 "Dirgahayu. Semoga makin sumringah, akeh rejekine, akeh berkahe, umur panjang dan bahagia."

Jumat, 13 Oktober 2023

Lingkaran setan perang tak sudah di tanah suci

Israel sedang sibuk menyerang Gaza. Entah kapan berakhir. Semoga perang di tanah suci (ironis) itu tidak berkepanjangan macam di Ukraina. 

Bisa dibayangkan berapa banyak korban yang mati, luka, cacat jika agresi ini berlangsung satu bulan. Apalagi satu tahun. Dulu ada perang 6 hari lalu selesai. 

Sekarang kelihatannya lebih lama. Sebab yang dihadapi Israel ini katanya bukan Palestina, tapi Hamas. Hamas disebut organisasi teroris. Pejuang Hamas itu yang membunuh 700 orang pada Hari Sabat pekan lalu di wilayah Israel.

"Kita harus menghabisi Hamas. Sampai ke akar-akarnya," begitu kira-kira pernyataan PM Israel Benjamin Netanyahu.

Orang Indonesia, Malaysia, dan negara-negara Arab lain tidak mau terjebak dalam isu soal Hamas sebagai teroris itu. Yang ada cuma perjuangan Palestina melawan penjajahan Israel. Palestina harus dibebaskan dari cengkeraman Zionis.

Panjang kalau isu Israel vs Palestina ini dibahas lagi. Sudah 75 tahun dibicarakan di Liga Arab, PBB, tidak juga selesai. Solusi 2 negara Israel dan Palestina hidup berdampingan pun belum berterima. Hamas hanya mau Israel dienyahkan dari bumi. Berapa pun harga yang harus dibayar.

Di mana-mana ada unjuk rasa mendukung perjuangan rakyat Palestina melawan Israel. Termasuk di Indonesia dan Malaysia. Sembahyang khusus digelar untuk mendoakan korban-korban perang dari pihak Palestina.

 Korban dari pihak Israel didoakan juga? Oh, Tuhan, tolong hentikanlah perang ini. Di tanah suci. Tanah yang melahirkan sekian banyak nabi-nabi agama langit. Tanah yang jadi medan perang tak sudah.

Gusti ora sare!
Tuhan tidak tidur!
Ah, seandainya dunia tak ada senjata, kata Iwan Fals.

Rabu, 11 Oktober 2023

Anak Polah Bapak Kepradah - Ronald Tannur Masuk Perangkap

Awalnya kenalan di tempat hiburan malam. Lama-lama akrab dengan purel cantik. Lalu jatuh cinta. Pramuria itu lalu diajak tinggal bersama di apartemen.

Cerita selanjutnya, Anda sudah tahu, gegeran di karaoke. Janda asal Sukabumi itu dianiaya. Meninggal dunia sebelum sampai ke rumah sakit.

Ronald Tannur yang asli Kefamenanu, NTT, itu tiba-tiba jadi sangat terkenal di Surabaya. Bukan karena prestasi hebat tapi kasus penganiayaan Dini itu. Memang sangat kejam kalau kita perhatikan rekaman peristiwa tersebut.

"Ronald ini anaknya anggota DPR RI asal NTT. Barangkali Anda kenal?" tanya seorang kawan.

Siapa ya anggota dewan asal NTT itu? Total ada 13 orang. Tapi yang muncul ke media selama ini cuma satu dua nama saja. Benny Kabur, Mekeng, Ansi Lema, Julie istri mantan Gubernur NTT Victor Laiskodat 

"Tannur dari Timor, Bung," kata teman lain komunitas Flobamora.

Edward Tannur anggota DPR RI dari Fraksi PKB. Kata teman, orangnya terkenal di dapilnya di kawasan TTU, TTS, Belu dan sekitarnya. Sering memberi bantuan untuk petani, peternak, orang kampung.

"Dia maju lagi. Anaknya juga maju," kata teman itu.

Anak polah bapak kepradah!

Ulah Ronald Tannur membuat Edward Tannur kehilangan jabatan di Fraksi PKB DPR RI. Tapi masih tetap anggota parlemen. Dan masih boleh nyaleg.

"Ronald sudah dewasa. Dia harus mempertangungjawabkan perbuatannya," kata Bapak Edward.

Palestina, Hamas, Penjajahan Israel

Sudah pasti Indonesia mendukung penuh Palestina. Sejalan dengan Pembukaan UUD 1945. Bahwa penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.

Israel menjajah Palestina sampai sekarang. Karena itu, Palestina wajib didukung agar bisa merdeka. Zionis Israel harus enyah dari tanah Palestina. 

Karena itu, apa pun alibi dan argumentasi Israel, posisi Indonesia sudah jelas. Bahwa akar persoalan konflik Arab vs Palestina adalah penjajahan itu tadi. Selama Palestina masih dijajah, diokupasi, maka konflik di tanah Palestina tidak akan pernah selesai.

PM Israel Benjamin Netanyahu serta pejabat-pejabat Israel selalu bilang perang ini untuk menghabisi Hamas. Israel tidak berperang melawan Palestina saat ini tapi melawan Hamas.

 Hamas yang menguasai Gaza disebut "human animal". Hamas juga disebut organisasi teroris semacam Alqaeda atau ISIS oleh Israel dan negara-negara Barat.

Namun, di mata orang Indonesia, Hamas itu pejuang-pejuang yang ingin membebaskan negaranya dari cengkeraman Israel. Dari dulu Hamas tidak kompromi soal kemerdekaan itu. Beda dengan faksi lain macam Fatah yang masih mau kompromi dan diplomasi demi tujuan kemerdekaan Palestina.

Pemerintah Indonesia pun tidak mengecam Hamas. Jokowi hanya meminta PBB agar menyelesaikan akar masalah konflik berkepanjangan di kawasan yang disebut Tanah Suci itu. Akar masalahnya ya penjajahan Israel itu.

Pasukan Israel terus membombardir Gaza. Balas dendan atas aksi pejuang Hamas pada hari Sabat akhir pekan lalu. Mata ganti mata. Gigi ganti gigi. Teror ganti teror.

Gaza bisa hancur berantakan bila perang ini berlangsung lama. Apalagi sampai berbulan-bulan, satu tahun, seperti Rusia vs Ukraina. Ribuan bahkan jutaan rakyat sipil jadi korban.

Israel, kalaupun menang perang, tidak banyak mendapat manfaat dari perang yang tidak simetris ini. Rakyat Palestina, baik Hamas atau bukan, semakin menyimpan dendam atas zionis itu. Rakyat Israel bakal sulit tidur nyenyak.

Senin, 09 Oktober 2023

Dalang Tionghoa Tee Boen Liong Meriahkan Sedekah Bumi di Kapasan Dalam

Datang ya, ada wayangan di Kapasan! Itu ajakan Tee Boen Liong. Dalang asli Suroboyo keturunan Tionghoa itu juga dikenal sebagai Ki Sabdho Sutedjo.

Boen Liong sengaja pakai nama Sabdho Sutedjo karena berguru pada sang empu dalang purwa Ki Narto Sabdho. Boen Liong kemudian tenggelam dalam seni pedalangan dan kesenian Jawa.

"Aku malah gak iso blas baca tulisan Tionghoa," kata Boen Liong saat saya menulis kamsia atau "terima kasih" dalam aksara Mandarin.

Selasa, 10 Oktober 2023, Ki Boen Liong kembali menghibur masyarakat di kawasan pecinan Kapasan Dalam, Surabaya. Tepat di belakang Kelenteng Boen Bio yang terkenal itu.

Warga Kampung Pecinan Kapasan memang punya tradisi tahunan sedekah bumi. Persis sedekah bumi atawa ruwat desa di kampung-kampung Jawa umumnya.

Bedanya, sedekah bumi di Kapasan diadakan sekaligus merayakan Hari Jadi Nabi Khonghucu. Rangkaian acara sedekah bumi akan berpuncak pada sembahyangan di Boen Bio bagi jemaat Konfusius. Yang beragama lain tentu sembahyang sesuai agama dan kepercayaannya.

Tidak jauh dari lapangan basket belakang Boen Bio ada punden tradisional khas Jawa. Nantinya ada modin yang bakar kemenyan dan adakan ritual Kejawen. Selama pertunjukan wayang kulit punden itu selalu dijaga. Tidak boleh kosong. Wangi kemenyan menebar ke mana-mana.

"Aku dari dulu sudah biasa main di Kapasan. Pokoke wis langganan kalau ada sedekah bumi. Mesti ramai banget," kata Boen Biong sang dalang.

Saya pun sudah sering nonton wayang kulit, campursari, hingga kesenian Tionghoa di Kapasan. Seni budaya Tionghoa dan Jawa menyatu dengan harmonis. Tak sedikit orang Madura di Kapasan Dalam dan sekitarnya ikut menyaksikan sedekah bumi, wayangan, dan sebagainya.

Semoga semua makhluk bahagia!

Kamis, 05 Oktober 2023

Lian Gouw tidak bosan mengomeli perkosaan bahasa Indonesia

Gara-gara menulis catatan ringan tentang Lian Gouw, saya akhirnya jadi akrab dengan novelis, penulis, dan penerbit buku-buku sastra itu. Lian Gouw tinggal di Amerika Serikat. Sudah puluhan tahun jadi orang Amerika. Tapi kecintaannya pada bahasa Indonesia luar biasa.

Kadar kecintaan Lian Gouw boleh dikata sudah di atas 24 karat. Karena itu, Lian tidak suka ada kata-kata asing dalam ujaran atau tulisan berbahasa Indonesia. Bahkan kata-kata serapan pun dia elakkan.

Sebagai penyunting (Lian tidak setuju "editor" atau "redaktur" karena serapan), saya pun berusaha menuruti saran dan nasihat Lian Gouw. Hindari kata-kata serapan sedapat mungkin! Tidak perlu kata-kata bahasa Inggris. 

"Tapi sulit menghindari kata-kata seperti flyover, frontage road, traffic light, dsb dalam berita surat kabar? Saya rasa bahasa Indonesia kekurangan kosa kata. Jadi, kita terpaksa pinjam istilah asing," saya menulis di WA.

Lian Gouw langsung menjawab:

 "Oh, TIDAK -- SAMA SEKALI  TIDAK. Yang miskin itu penggunanya karena kurang jati/harga diri," kata wanita peranakan Tionghoa yang pindah ke USA seusai perang itu.

Kata-kata Lian Gouw selalu saya ingat. Saya berusaha praktikkan, eh, laksanakan meski tidak mudah. Kata "praktik" atau "praktek" sudah sangat lazim. Tapi bagi Lian Gouw tetap kata serapan dari kata asing practice. 

Sambil membaca cuplikan novel karangan Lian Gouw, Rabu malam, tiba-tiba muncul pesan dari Amerika. 

Lian Gouw menulis:

"Barusan SELESAI naik cetak karya asli novel NTT berjudul "Pasola" karya penulis NTT Maria Matildis Banda. Dan terjemahannya juga sudah diserahkan kepada penyunting USA ... legaaaaa."

Saya ucapkan selamat. Lalu diskusi jarak jauh bergulir lagi. Masih soal bahasa Indonesia yang makin sarat muatan kata-kata asing. Padahal kosa kata bahasa Indonesia atau bahasa Melayu sebetulnya ada. Kosa kata bahasa daerah pun bisa dipinjam.

"Nah, Hurek seperti Ibu tidak ada berhentinya mengomeli perkosaan bahasa kita ini - tetapi apa yang dilakukan untuk memperbaiki keadaan parah itu??? 

Ketika ibu masih remaja ada yang mengingatkan: jangan mengeluh jika tidak ada yang dilakukan untuk memperbaiki keluhan itu!"

Lian Gouw melanjutkan:

"Ibu berterima kasih atas pandangan dan pujian Hurek -- tetapi yang diharapkan adalah sesuatu yang membangunkan bangsa tidak percaya diri dan dengan sukarelela menjajahkan diri sendiri."