Rabu, 01 November 2023

Mata Pelajaran di Sekolah Tionghoa Surabaya Tahun 1960-an

Mata pelajaran apa saja yang diajarkan di sekolah-sekolah Tionghoa pada tahun 1950-an dan 1960-an?

 Ada rekan yang punya koleksi rapor Sekolah Menengah Chung Hua, Surabaya, tahun 1960-an. Sekolah yang biasa dikenal dengan CHHS itu ditutup selepas peristiwa G30S 1965 bersama semua sekolah Tionghoa yang lain.

Dari rapor tempo doeloe ini kita bisa mengetahui berbagai mata pelajaran di sekolah-sekolah Tionghoa. Kelihatannya ikut kurikulum nasional ditambah pelajaran khusus Bahasa Tionghoa, Sejarah Tiongkok, Ilmu Bumi Tiongkok. Ilmu-ilmu lain saja di seluruh dunia.

Yang saya kagumi, nama-nama mata pelajaran menggunakan bahasa Indonesia asli. Apa adanya. Bukan kata-kata atau istilah serapan dari bahasa Inggris, bahasa Belanda, atau bahasa asing lainnya.

Karena itu, kita tak akan menjumpai pelajaran Biologi tapi Ilmu Hayat. Ilmu Alam, bukan Fisika. Ilmu Hitung bukan Aritmatika. Ilmu Ukur Sudut bukan Trigonometri.

Bahkan, pelajaran Olahraga pun disebut Gerak Badan. Betapa orang-orang dulu sangat mengutamakan kata-kata asli bahasa Melayu/Indonesia dan tidak begitu saja menggunakan kata-kata serapan English.

Saya perhatikan murid-murid Sekolah Tionghoa di Surabaya dulu piawai dalam mata pelajaran bahasa Tionghoa dan Bahasa Indonesia. Artinya, mereka lancar berbahasa Indonesia dan berbahasa Tionghoa. 

Bahasa Tionghoa yang diajarkan di sekolah-sekolah adalah bahasa Mandarin resmi versi Peking (sekarang Beijing). Bukan bahasa Hokkian, bahasa Kanton, atau bahasa-bahasa suku.

Pantesan Tante Lanny Chandra jago banget berbahasa Mandarin dan selalu diminta jadi penerjemah di kepolisian atau Pengadilan Negeri Surabaya. Aksara Tionghoa atau Hanzi yang dipelajari di Chung Chung, Shin Chung, dan sebagainya pun aksara tradisional yang rumit. Bukan aksara Hanzi sederhana yang sekarang dipakai di Tiongkok dan seluruh dunia.

"Hanzi sederhana itu memang lebih gampang. Goresannya sedikit. Tapi Tante lebih seneng sama Hanzi tradisional," kata Tante Lanny alumnus Sekolah Tionghoa di Surabaya.

Berikut daftar mata pelajaran di Sekolah Menengah Chung Hua, Surabaya, tahun 1960-an:

Bahasa Tionghoa
Bahasa Indonesia
Bahasa Inggris
Ilmu Hitung
Ilmu Aljabar

Ilmu Ukur
Ilmu Ukur Sudut
Ilmu Alam
Ilmu Kimia
Ilmu Hewan

Ilmu Tumbuh-tumbuhan
Ilmu Hayat
Sejarah Tiongkok
Sejarah Indonesia
Sejarah Umum

Ilmu Bumi Alam
Ilmu Bumi Tiongkok
Ilmu Bumi Indonesia
Ilmu Bumi Umum
Kelancaran Bahasa 
Gerak Badan

13 komentar:

  1. Sangat menarik. Indeks Prestasi Kumulatif = Angka Pukul Rata. Justru lebih dekat dengan Bhs Inggrisnya = Grade Point Average.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Menarik memang istilah "pukul rata" dan "gerak badan". Terkesan sederhana dan gampang dipahami.

      Hapus
    2. Jaman saya SD dulu digunakan Nilai Rata2. Masuk SMA baru ada istilah IPK,

      Hapus
    3. IPK lebih populer di perguruan tinggi karena ada SKS. Dulu zaman Pak Harta masih pakai nilai rata-rata di tingkat SD sampai SMA/SMK. Tapi ada juga yang sudah pakai model perguruan tinggi.

      Hapus
  2. Bung Lambertus, diajarkannya Bahasa Mandarin sebagai bahasa persatuan itu sesudah didirikannya Republik Tiongkok oleh Dr Sun Yat-sen, dan dilanjutkan oleh Republik Rakyat Tiongkok oleh Mao Zedong.

    Sebelum itu, sekolah2 di daerah hanya mengajarkan baca tulis dalam bahasa daerah setempat. Plus berhitung dengan menggunakan sipoa (abacus; mandarin: suan pan). Sekolah ini mirip dengan Sekolah Angka Loro di jaman Belanda, di Jawa. Kakek saya termasuk makan sekolahan ini. Di daerah Hokchia, beliau belajar membaca menulis, tetapi dalam bahasa Hokchia (Mindonghua) walaupun menggunakan aksara Han ... yang juga digunakan oleh Bahasa Kanton dan Bahasa Minnan (dikenal sebagai Hokkian di Nanyang). Bahasa2 itu walaupun satu keluarga, tetapi tidak sama. Bandingkan dengan Bahasa Jawa dan Bahasa Indonesia ... tidak sama walaupun satu famili. Atau Bahasa Portugis dan Bahasa Spanyol. Serupa tetapi tak sama.

    Karena bisa baca tulis dan pintar berhitung dengan menggunakan sipoa, akong saya dimintai tolong oleh teman2nya yang buta huruf sebagai jurutulis jika mereka ingin kirim surat ke keluarga, dan tentunya untuk pengiriman uang ke keluarga lewat wesel pos. Berkat kemampuannya itu akong saya diangkat (entah resmi atau tidak) sebagai bendahara perkumpulan Hokchia (Giokyong Konghwee, Mandarin: Yurong Gonghui) di Surabaya. Giokyong atau Yurong ialah nama lama/sastra dari kota Hokchia.

    Hingga meninggalnya, akong saya tidak bisa berbahasa Mandarin. Tetapi beliau berlangganan dan membaca koran beraksara Tionghoa versi Orba -- namanya Harian Indonesia - isinya berita2 propaganda dari Departemen Penerangan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Menarik. Mirip bahasa Indonesia diajarkan di sekolah2 tapi murid2 selalu berbahasa daerah di luar sekolah, bahkan di dalam kelas.

      Dulu saya sering liput kegiatan2 Tionghoa di Surabaya. Mereka ngobrol campuran bahasa Jawa, Hokkian, Melayu. Boleh dikata tidak berbahasa Mandarin. Mereka ngomong Mandarin kalau ada zhong guo ren dari Tiongkok atau ada tamu dari Konjen Tiongkok.

      Makanya logat bahasa Mandarin Onet2 Suroboyo ini beda banget dengan bahasa Mandarin di televisi2 Tiongkok atau Metro Xinwen. Mandarin Suroboyoan.

      Hapus
  3. Nama-nama pelajaran itu merupakan terjemahan langsung dari Bahasa Mandarin, yang juga meminjam dari istilah2 sains Bahasa Jepang yang dituliskan dengan Kanji. Karena bangsa Jepang terlebih dahulu mengalami reformasi (Restorasi Meiji), mereka lebih dahulu mengadopsi ilmu2 baru seperti Fisika, Biologi, dll, dan mereka menggunakan aksara Cina (kanji, hanzi) untuk menamakan ilmu2 pasti tersebut. Jadi bahasa Mandarin meminjam istilah2 sains dari bahasa Jepang yang meminjam aksara Cina.

    物理 (fisika, ilmu alam), 生物学(biologi, ilmu hayat), 化学(kimia), sama dalam bahasa Cina dan Jepang.

    Kemungkinan ketika Jepang masuk, mereka memperkenalkan nama2 Melayu tsb di sekolah2 sebagai penanda kebanggaan Asia.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kamsia atas siansen punya penjelasan yang menarik. Kita jadi paham sedikit asal usul istilah pelajaran di sekolah tempo doeloe.

      Ada kesan pakar2 jaman old berusaha mencari kata2 lokal atau menciptakan istilah baru. Tidak main serapan bahasa Inggris alias memelayukan english begitu saja.

      Saya masih ingat istilah2 lawas macam berat jenis gaya tarik bumi (gravitasi), kecepatan, percepatan, bejana berhubungan, dsb.

      Hapus
    2. Benar sekali. Jaman dulu redaktur buku2 paket yang digunakan di sekolah sangat nasionalis dan teliti. Mereka tidak asal serap kata2 bahasa Inggris, tetapi memikirkan padanan katanya seperti yg kamu sebut, juga ada: daya, tekanan.

      Terus terang saja lama2 jadi angel Lambertus, karena ilmu pengetahuan yang kebanyakan ditulis di dalam jurnal2 berbahasa Inggris berkembang sangat cepat, sedangkan orang2 Indonesia yang berpendidikan tinggi di bidang sains sangat sedikit, dibandingkan Tiongkok, Jepang, atau Korea, misalnya.

      Hapus
  4. Ada lagi istilah "kelembaman" di pelajaran fisika. Kata lembam hampir tidak dipakai dalam percakapan sehari-hari tapi digunakan di fisika untuk inertia.

    Gaya bajasa sekarang lebih ke serapan dan keminggris:

    Kita perlu antisipasi kontraksi fiskal dengan akselerasi importasi komoditas dengan hilirisasi produk yang market friendly.

    Orang2 di pelosok NTT pasti bingung.

    "Bapa sonde perlu omong tinggi. Kita cuma perlu kepeng (uang) dan tuak."

    BalasHapus
    Balasan
    1. Cocok dadi pejabat awakmu.

      Seandainya masih ada saya mau jadi anggota dewan bahasa Indonesia khusus untuk penyerapan kata2 asing.

      Hapus
    2. Wow terima kasih. Saya sudah lama tidak dengar kata lembam itu. Istilah2 fisika banyak sekali, dan bahasa Indonesia sulit mengikuti kecepatan bahasa Inggris menciptakan dan menyerap kata2 baru. Mungkin kita tidak perlu terlalu kuatir, seperti bahasa Jepang yang menyerap berbagai kata baru dari Bhs Inggris dengan santai.

      Hapus
  5. Rapor terachir di sekolah tionghoa saya tertanggal, tahun 1957. Ketika itu ada matapelajaran 公民 , gongmin. Di buku itu diajarkan Tata Krama Bermasyarakat, sebagai seorang warga negara yang baik.
    Selain 公民, ada matapelajaran 国语 , 常识,算数 dan Bahasa Indonesia.

    BalasHapus