Sabtu, 02 Desember 2023

Kurang renjana, produktivitas menulis kian menurun

Bulan November lalu ternyata hanya ada 4 tulisan di blog ini. Terlalu sedikit. Artinya seminggu cuma satu. Artinya makin jauh dari radar Mbah Gugel. 

SEO-nya hancur. AdSense pasti jeblok.

Begitulah kalau kita kurang fokus merawat blog, laman, situs, atau apa pun namanya maka kinerjanya jeblok. Padahal apa saja bisa ditulis di laman pribadi. Beda dengan laman resmi media yang harus memperhatikan rukun iman berita 5W + H, akurasi, konfirmasi, cover both side, verifikasi dan sebagainya.

Sejak dulu saya terinspirasi dengan Mr Yu. Mantan menteri ini sudah berusia 72 tahun. Ganti hati di Tiongkok. Sibuk luar biasa. Tapi saban hari menulis artikel di blognya. Tulisannya selalu panjang dan menarik.

Tuan Yu punya ribuan penggemar. Apa pun yang ditulis Mr Yu bisa dijamin bakal dibaca orang banyak. Dari awal sampai akhir. Bukan cuma diklik doang agar seolah-olah dapat PV tinggi di Google.

Belakangan saya giat lagi nggowes jarak sedang. Pergi pulang paling sedikit 20 km. Kalau sudah bersepeda biasanya mudah ngantuk. Capek. Penyakit sulit tidur hilang. Karena itu, kita jadi malah menulis catatan harian di blog. Tempo dulu di buku tulis diary.

"Pak Bos itu manusia langka. Tidak ada wartawan atau penulis yang produktivitasnya melebihi beliau. Bayangkan, tiap hari dia menulis dan tulisannya bagus-bagus," kata Amang Mawardi di Rungkut Menanggal.

Amang wartawan senior. Satu angkatan dengan Bos Yu. Pernah beberapa kali jadi anak buah Yu. Juga produktif menulis di Facebook kemudian dikumpulkan dan dicetak jadi buku.

"Sampean juga produktif seperti Pak Bos," kata saya agak memuji wartawan merangkap makelar lukisan itu.

"Hahaha... Jauhlah. Siapa sih kita-kita ini. Kalau dibandingkan dengan beliau ya gak ada apa-apanya," ujar Amang merendah.

Amang tidak berlebihan. Kita-kita perlu belajar dari Bos Yu. Bahwa menulis itu seperti ibadah. Menulis tak ubahnya kebutuhan makan, minum, ngopi, merokok saban hari. Bos Yu sangat anti dua yang terakhir itu.

3 komentar:

  1. Bos Yu adalah contoh nyata. Setiap orang kalau punya Renjana dalam berusaha, pasti bisa sukses, tanpa perduli apa suku nya, apa agama nya, atau tidak beragama pun.
    Dekat rumah saya di Quanzhou Tiongkok ada sebuah desa muslim, semua penduduknya memeluk agama Islam, dan mayoritas orangnya bermarga Kwee atau Kwik. Masya Allah, semua rumah2 mereka besar2, luxurius, tidak kalah megah daripada rumah2 mewah di jalan Kertajaya Surabaya. Di gerbang masuk desa dipasang baliho besar tertuliskan; " Desa muslim keluarga Kwee, kami sama-sama satu bangsa Tionghoa ". Sedangkan rumah2 di desa sekitarnya, milik mayoritas pribumi suku Han, elek2 tuwek2 sederhana.
    Saya kelilingi desa muslim itu dengan sepeda onthel, ingin tahu mereka usaha apa kok bisa kaya2. Ternyata seluruh desa buka pabrik2 sepatu dan tas.
    Saya mengungkit thema ini, karena ada capres yang bilang, kalau dia terpilih menjadi RI-1, maka dia akan membantu pengusaha pribumi, yang nota bene muslim.
    Kalau seandainya dia pidato begitu di Lomblen, pasti beta angkat topi buat dia. Orang asal kecamatan Kameluspura bisa bikin usaha apakah, kecuali jago bikin anak, cengengesan, teriak-teriak, membual kelas dewa.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kamsia atas komentar dan cerita siansen bikin kita jadi makin terbuka wawasan. Renjana: passion, semangat dan motivasi yang besar. Kampanye politik memang selalu jualan kecap. Bantu pribumi, kuliah gratis, lapangan kerja akeeeh dsb.

      Rinto: Kau janjikan sepatuku dari kulit rusa...

      Hapus
    2. Jangan salahkan Rinto, sebab dia orang laki, berani sumpah tapi takut mati. Sejak zaman Soekarno para nenekmoyang sudah kasih nasehat; jangan percaya mulut orang laki.
      Yang goblok kuwi: Si Maya, sampai badannya kurus kering nunggu hadiah sepatu kulit rusa. Si Diana, wis dikotoki tapi tetap rindu. Si Hetty, sampai jadi es kedinginan, hanya gara2 mau berbulan madu. Ada lagi Si Iis, si petani bunga sedap malam.
      Yah, Si Rinto juga sudah dapat Karma nya, Gusti Mboten Sare.

      Hapus