Oleh DAHLAN ISKAN
(Artikel lama tahun 2009)
Tidak lebih dari 500 kilometer persegi. Lebarnya hanya sekitar 10 kilometer dan panjangnya 50 kilometer. Kalau di Jatim, kira-kira hanya sama dengan dari Bangil ke Probolinggo. Lebarnya hanya sama dengan Probolinggo-Leces dan Bangil-Beji. Atau sama dengan dari Tanjung Kodok ke Tuban.
Wilayah itu berbukit, tapi tidak bergunung. Dataran paling tinggi hanya 150 meter. Meski punya pesisir sepanjang 45 kilometer, seluruh akses ke Laut Tengah itu dikuasai Israel.
Bandaranya juga dikuasai Israel. Satu-satunya batas yang bukan Israel adalah bagian selatannya sepanjang 12 kilometer: berbatasan dengan Mesir.
Meski Gaza ini bagian dari wilayah negara Palestina, kalau mau ke ibu kota harus melalui daratan Israel sejauh kira-kira 40 kilometer. Ini berarti orang Palestina di wilayah Gaza kalau mau ke wilayah Palestina yang lain di Tepi Barat harus mengantongi paspor dan harus mendapat izin Israel.
Luas wilayah Palestina yang di timur (disebut Tepi Barat, karena letaknya di tepi barat Sungai Jordan) itu sekitar lima kali lebih besar dari Gaza. Di wilayah Tepi Barat ini penduduknya sekitar 2,5 juta orang. Dengan demikian, kalau Gaza dan Tepi Barat dijumlah, penduduk Palestina 4 juta orang (wilayah Gaza berpenduduk 1,5 juta).
Israel memang berjanji menyerahkan wilayah Palestina kepada orang Palestina secara bertahap. Mula-mula hanya Jericho, satu kota sebesar Kecamatan Tulangan (Sidoarjo, Jatim) di timur Jerusalem. Lalu sebagian lagi wilayah di utara Jerusalem. Lalu bagian lain Tepi Barat.
Tiga tahun lalu barulah wilayah Gaza yang diserahkan. Masih banyak lagi yang mestinya diserahkan, tapi diragukan apakah Israel masih mau menyerahkan sisanya. Termasuk Dataran Tinggi Golan yang harus dikembalikan ke Syiria.
Sejak diserahkan ke Palestina tiga tahun lalu, status Gaza tidak jelas. Bukan provinsi, bukan juga negara bagian. Bahkan, antara Gaza dan Tepi Barat hampir tidak ada hubungan sama sekali. Baik hubungan transportasi maupun hubungan politik. Gaza seperti tidak ada hubungan apa-apa dengan pemerintah pusat di wilayah Tepi Barat.
Di wilayah Gaza hampir 100 persen penduduknya pengikut Hamas. Yakni, aliran yang tidak mau menggunakan jalan diplomasi dalam merebut semua wilayah Palestina. Hamas tidak percaya Israel mau secara suka rela mengembalikan wilayah Palestina, termasuk Jerusalem.
Hamas pernah minta agar seluruh wilayah Palestina dan Israel itu jadi satu negara saja: Negara Palestina. Bahwa sebagian besar penduduk negara "baru" itu beragama Yahudi, tidak apa-apa. Demokrasi yang akan mengatasi hubungan mayoritas-minoritas itu (Yahudi 7 juta, Palestina 4 juta). Israel menolak, karena khawatir lama-lama penduduk Arab (Palestina) akan mayoritas.
Kalau di Gaza penduduknya adalah pengikut Hamas, di Palestina wilayah timur (Tepi Barat) penduduknya mayoritas pengikut kelompok Fatah. Yakni, kelompok yang juga berjuang mengembalikan seluruh wilayah Palestina, tapi melalui jalan perundingan.
Dua kelompok ini sering terlibat dalam perang bersenjata secara terbuka dan menelan banyak korban. Dengan demikian, meski Negara Palestina itu satu, pemerintahannya sebenarnya ada dua. Pemerintahan di Tepi Barat dipegang Fatah dan pemerintahan di Gaza dipegang Hamas.
Israel memang kelihatan tidak mau kehilangan kontrol. Wilayah timur (Tepi Barat) itu diserahkan ke Palestina tidak secara utuh. Wilayah Jericho, ibarat satu pulau kecil di tengah-tengah Israel.
Wilayah utara juga seperti pulau besar di tengah-tengah Israel. Wilayah selatan juga berada di tengah-tengah wilayah Israel. Wilayah utara yang agak luas pun, bentuknya lucu karena banyak wilayah Israel yang menjorok ke wilayah Palestina di sana-sini.
Jadi, Palestina yang sekarang sebenarnya bukan terbagi dua wilayah (Gaza dan Tepi Barat), tapi terbagi empat atau lima wilayah yang tersebar di tengah-tengah negara Yahudi.
Israel ancen nakalan. Mereka banyak mengirim pendatang2 Yahudi yang baru untuk menduduki perkampungan2 yg baru dibangun di wilayah Palestina , menjadikan duri dalam daging rakyat Palestina.
BalasHapusMakanya... Israel itu jadi musuh bersama negara2 ketiga macam Indonesia, Malaysia, dsb. USA mestinya cari jalan damai agar perkelahian itu segera berakhir. Bukan malah memihak Israel.
HapusTetap saja serangan Hamas itu barbar. Saya tdk akan mau hidup di bawah pemerintahan Hamas.
BalasHapusSayangnya, Israel membalasnya dengan serangan yang juga barbar. Hamas membalas penjajahan dengan barbarisme. Israel membalas barbarisme dengan barbarisme juga. Yang bisa menghentikan hanyalah USA. Seperti USA dulu menghentikan Belanda mengagresi Indonesia dua kali dalam Perang Kemerdekaan NKRI 1945-1949, dengan ancaman tidak akan diberi uang Marshall Plan untuk pembangunan kembali.
BalasHapusEntah sampai kapan.
Ada sebab, ada akibat. Intelijen Israel ternyata tidak pinter amat. Mudah ditembus hamas.
HapusPerang terus lama2 capek sendiri. Mati banyaaak.
Sebagai orang yang besar di lingkungan gereja dan sekolah Katolik, dan sebagai penggemar sejarah yang mempelajari latar belakang munculnya Yesus sebagai guru dan juruselamat pengikutnya, saya pernah terbersit keinginan mengunjungi tanah yang dianggap suci oleh tiga agam besar dunia. Tetapi tingkah polah para pengikutnya membuat saya muak dan kehilangan keinginan tersebut.
BalasHapusBisa dimengerti. Banyak yg muak memang. Khususnya orang Barat. Orang Asia justru makin fanatik agamanya dan anti agama lain.
Hapus