Gara-gara menulis catatan ringan tentang Lian Gouw, saya akhirnya jadi akrab dengan novelis, penulis, dan penerbit buku-buku sastra itu. Lian Gouw tinggal di Amerika Serikat. Sudah puluhan tahun jadi orang Amerika. Tapi kecintaannya pada bahasa Indonesia luar biasa.
Kadar kecintaan Lian Gouw boleh dikata sudah di atas 24 karat. Karena itu, Lian tidak suka ada kata-kata asing dalam ujaran atau tulisan berbahasa Indonesia. Bahkan kata-kata serapan pun dia elakkan.
Sebagai penyunting (Lian tidak setuju "editor" atau "redaktur" karena serapan), saya pun berusaha menuruti saran dan nasihat Lian Gouw. Hindari kata-kata serapan sedapat mungkin! Tidak perlu kata-kata bahasa Inggris.
"Tapi sulit menghindari kata-kata seperti flyover, frontage road, traffic light, dsb dalam berita surat kabar? Saya rasa bahasa Indonesia kekurangan kosa kata. Jadi, kita terpaksa pinjam istilah asing," saya menulis di WA.
Lian Gouw langsung menjawab:
"Oh, TIDAK -- SAMA SEKALI TIDAK. Yang miskin itu penggunanya karena kurang jati/harga diri," kata wanita peranakan Tionghoa yang pindah ke USA seusai perang itu.
Kata-kata Lian Gouw selalu saya ingat. Saya berusaha praktikkan, eh, laksanakan meski tidak mudah. Kata "praktik" atau "praktek" sudah sangat lazim. Tapi bagi Lian Gouw tetap kata serapan dari kata asing practice.
Sambil membaca cuplikan novel karangan Lian Gouw, Rabu malam, tiba-tiba muncul pesan dari Amerika.
Lian Gouw menulis:
"Barusan SELESAI naik cetak karya asli novel NTT berjudul "Pasola" karya penulis NTT Maria Matildis Banda. Dan terjemahannya juga sudah diserahkan kepada penyunting USA ... legaaaaa."
Saya ucapkan selamat. Lalu diskusi jarak jauh bergulir lagi. Masih soal bahasa Indonesia yang makin sarat muatan kata-kata asing. Padahal kosa kata bahasa Indonesia atau bahasa Melayu sebetulnya ada. Kosa kata bahasa daerah pun bisa dipinjam.
"Nah, Hurek seperti Ibu tidak ada berhentinya mengomeli perkosaan bahasa kita ini - tetapi apa yang dilakukan untuk memperbaiki keadaan parah itu???
Ketika ibu masih remaja ada yang mengingatkan: jangan mengeluh jika tidak ada yang dilakukan untuk memperbaiki keluhan itu!"
Lian Gouw melanjutkan:
"Ibu berterima kasih atas pandangan dan pujian Hurek -- tetapi yang diharapkan adalah sesuatu yang membangunkan bangsa tidak percaya diri dan dengan sukarelela menjajahkan diri sendiri."
Weh ada foto si Gemah. Itu turunan Surabaya
BalasHapusTim kerjanya Bu Lian yang setia di Penerbit Dalang.
HapusBahasa Cina hampir murni; kata2 asing semua diterjemahkan. Jika perlu huruf baru pun diciptakan. Ketika listrik ditemukan, aksara "dian" yang awalnya berarti "petir" didwifungsikan menjadi "listrik" atau "elektro" karena toh petir merupakan bentuk dari listrik. Ketika komputer diciptakan, kata majemuk "diannao" dibentuk, yang berarti "otak elektronik".
BalasHapusSedang Bahasa Jepang dengan menggunakan katakana dengan mudah menyerap berbagai kata asing, sehingga komputer dalam Bahasa Jepang lebih lazim dikenal sebagai "konpyuta".