Sabtu, 05 Oktober 2019

Rokok Bentoel Tinggal Kenangan



Pagi ini saya mampir di warkop dekat Bandara Juanda, Sedati, Sidoarjo. Mengaso sejenak setelah nggowes sepeda jengki lawas cukup jauh. Sekalian baca koran. Sebagian warkop di Surabaya dan Sidoarjo memang abonemen surat kabar terbitan Surabaya.

Saya tertarik dengan Ardath milik seorang pria 40an tahun. Asal Lowokwaru, Malang. Aha, kebetulan cocok. Mau saya tes pengetahuan mas itu. Tentang rokok Bentoel yang identik dengan Kota Malang itu.

"Mas, rokok kretek Bentoel apa masih ada? Saya kok gak pernah lihat di Surabaya," tanya saya. Jujur... saya tidak pernah lihat rokok Bentoel di lapak-lapak di Surabaya dan Sidoarjo.

"Saya juga gak pernah lihat Bentoel. Mungkin masih ada, tapi kurang diminati di sini," kata arek Lowokwaru yang sudah lama jadi warga Sidoarjo itu.

Saya lalu cerita nostalgia tentang Bentoel. Kisah masa kecil saya di Lembata yang tidak ada listriknya. Betapa rokok Bentoel lakunya luar biasa. Rokok yang paling disukai masyarakat saat itu. Gudang Garam kalah jauh.

Situasinya berubah drastis sejak reformasi. Bentoel hilang. Orang-orang kampung kecanduan Surya. Tidak lagi ngelinting tembakau pakai daun koli (siwalan). Hem... nikmatnya Surya.

"Ardath itu produksi mana?" tanya saya lagi.

Mas asal Malang penggemar Ardath -- kenikmatan sukses -- bilang tidak tahu. Rupanya dia tidak pernah baca tulisan di bawah bungkus rokok Ardath. Dibuat di Malang. Yang bikin ya perusahaan rokok Bentoel itu.

Sudah lama Bentoel diakuisisi BAT. Makanya rokok-rokok buatan Bentoel, eh BAT, dominan rokok putih. Kretek khas Ong Hok Liong tidak lagi jadi andalan. Karena itu, sangat wajar kalau kretek Bentoel tak ada lagi di pasar.

Beberapa waktu lalu saya mlaku-mlaku di Malang. Lewat di bekas rumah Ong Hok Liong, laopan pendiri Bentoel Malang, di Wiromargo 32, Klojen. Rumah yang 6 tahun lalu dijadikan museum sejarah Bentoel itu sepi jali. Ada spanduk bertulisan "dijual". Patung Tuan Ong juga sudah tidak ada lagi.

Lengkap sudah. Bentoel yang pernah mengebulkan asap nan harum ke seluruh Nusantara itu kini tinggal cerita. Bahkan, orang Malang sendiri kayak mas dari Lowokwaru itu pun tidak tahu kalau salah satu ikon di kotanya sudah tiada lagi.

Mas itu menyedot rokok Ardath dalam-dalam. Ah... kenikmatan sukses!

7 komentar:

  1. Tempo doeloe rokok kretek yang jadi Favorit-nya orang Blambangan adalah tjap Bentoel dan tjap Grendel, ke-dua2-nya berasal dari Malang. Mula2 bungkusan-nya terbuat dengan kertas minyak yang tembus pandang. Grendel sudah kukut duluan, sedangkan konon kukut-nya Bentoel gara2 campur tangan keluarga cendana.
    Orang NTT ngelinting tembakau dengan daun koli ( siwalan ), sedangkan orang Banyuwangi ngelinting tembakau dengan kulit jagung ( klobot ). Adonan tembakau-nya juga bermacam, ada yang diberi kemenyan, cengkeh, gambir, entah apalagi, sesuai resep pribadi masing2.
    Orang kampung lebih suka menghisap rokok klobot, karena lebih awet, tidak seperti rokok putih yang cepat habis.

    BalasHapus
  2. Orang kampung pun sudah lama kecanduan kretek pabrikan besar. Mereka punya racikan dengan bumbu2 saos rahasia yg rasanya bikin gila. Rokok industri rumahan juga kalah enak. Begitu pengakuan orang2 yg biasa merokok.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yo ngono kuwi, dadi wong kampoeng dikotoki terus-terusan.
      Mendiang ayah mertua saya adalah mantan direktur sebuah perusahaan rokok kretek. Pabrik rokoknya memproduksi 3 merek rokok; yang murah, yang menengah dan yang termahal.
      Adonan-nya sama semua, yang beda hanyalah bungkus dan kadar gula pemanis yang nempel di bibir.
      Seorang nasabahnya, dealernya, berkata : Oom, wee ini dengan mata tertutup bisa membedakan rasanya rokok2 produksi-nya Oom !
      Mertua-ku hanya senyum simpul. Nasabah yang keminter itu, tentu saja bisa membedakan kadar manis-nya ujung rokok.
      Demikian pula dengan onderdil mobil, pabrik2 mobil terkenal tidak memproduksi knalpot atau filter sendiri, tetapi membeli dari pabrik spesial yang khusus memproduksi knalpot atau filter.
      Kalau diberi cap mobil terkenal itu, diembel-embeli tulisan genuine spare parts, maka harganya berlipat ganda dibandingkan dengan onderdil yang sama, tetapi pakai cap pabrik itu sendiri.
      Manusia memang suka sekali kalau dikotoki, malah merasa bangga, mampu membeli barang yang dimahalkan.

      Hapus

  3. Mendiang mertua saya dulu supplier saus rokok dan cengkih ke pabrik2 rokok kretek. Dengan pengetahuan ilmu kimianya dari ITB, dia bisa men-sintesa sendiri bagaimana meramu saus2 tsb. Saus itu dalam bahasa Inggrisnya disebut additive alias bahan tambahan. Bahan tambahan ini berperan penting dalam berbagai hal, misalnya menyamarkan bau-bau sampingan yang gak enak dengan menambah aroma, sebagai anestesi untuk menekan rasa gatal di tenggorokan (misalnya mentol), melebarkan pembuluh2 udara (dilator) agar nikotin dapat lebih leluasa masuk ke paru2.

    Beliau berhenti ketika Tommy Suharto mendirikan BPPC untuk memonopoli perdagangan cengkeh di jaman Orde Baru. Menurut perhitungan saya, ketika monopoli itu diberlakukan, Tommy meraup uang trilyunan rupiah tanpa memberikan nilai tambah apa pun, kecuali menyediakan preman2 resmi untuk menjaga agar petani tidak menjual ke pabrik atau makelaar biasa. Semua harus lewat BPPC.

    Kerja sebagai produsen rokok kretek itu sangat menguntungkan, karena pada dasarnya seperti menjual narkoba yang berijin. Jika sampai ada pabrik rokok bangkrut, apalagi yang sudah jalan, itu penerus2nya kebangetan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kamsia banyak. Penjelasan ini menjawab pertanyaan saya sejak lama. Mengapa orang begitu kecanduan rokok. Sangat sulit berhenti merokok.

      Ternyata ada saus dan bahan2 kimia adiktif macam narkoba yg dimasukkan ke dalam tembakau. Nikotin sendiri sudah bikin ketagihan. Ditambah saus dsb... ya melayang ke langit ketujuh.

      Saya pikir2 rokok ini beda tipis dengan ganja dan narkoba lainnya. Mungkin rokok alias tembakau masih lebih jinak ketimbang daun ganja itu.

      Yang pasti, kalau ada suguhan rokok, orang2 kampung sangat semangat bicara dan kerja. Rokok ibarat doping yg manjur untuk memacu semangat.

      Betulkah demikian? Saya tak paham lah. Soalnya saya putus golo bako alias ngelinting tembakau saat kelas 3 SD karena pingsan. Hampir mati gara2 nyedot rokok asli made ini kampung itu.

      Hapus
    2. Additive (bahan tambahan) memang membuat nikotin semakin merasuk dan adiktif (mencandu). Additivenya sendiri belum terbukti adiktif. Yg macam narkoba itu nikotin.

      Rokok sendiri merusak kesehatan karena efek sampingnya berupa tar yg merupakan residu pembakaran yg masuk ke sel2 paru2 dan menyebabkan berbagai penyakit dari emphysema sampai kanker paru.

      Hapus
  4. Aha.. dui dui. Sudah lama saya sangat curiga tembakau itu kerabat dekat ganja atau narkoba sintetis. Efek candunya seperti luar biasa.

    Saya perhatikan rokok2 pabrikan besar lebih membuat orang2 kampung kecanduan ketimbang rokok lintingan murni tembakau di kampung2 di NTT tempo dulu. Rokok2 macam GG Surya, Djarum, Wismilak itu kan sangat mahal. Perlu duit banyak untuk membeli. Beda dengan isap tembakau klobot digulung pake daun siwalan itu.

    Dampaknya orang2 kampung yg perokok itu jadi sangat posesif. Tidak bisa lagi dengan enak menawarkan rokoknya kepada orang lain. Beda dengan tradisi GOLO BAKO alias linting tembakau itu.

    Sekarang baru saya sadar kalau ada saus dan bumbu2 kimia aditif dan adiktif itu. Dan, katanya rokok2 home industry yg murahan itu kalah nikmat dari GG, Djarum dkk. Jangan-jangan.....

    BalasHapus