Bulan September bulan kitab suci nasional. Agenda tetap di lingkungan Gereja Katolik. Ada banyak agenda yang berkaitan dengan kitab suci. Mulai anak hingga lansia.
Umat Katolik diajak untuk lebih rajin membaca Alkitab setiap hari. Minimal satu perikop. Gereja sudah menyiapkan perikop yang harus dibaca: Perjanjian Lama, Epistola, dan Injil. Tinggal klik langsung ketemu di internet atau aplikasi.
September lalu saya pun membaca Good News Bible. Alkitab berbahasa Inggris yang saya beli di lapak buku-buku bekas Jalan Semarang, Surabaya. Alkitab ini terbitan Kanada.
Versi bahasa Indonesia Good News Bible ini kalau tidak salah bernama Alkitab Kabar Baik. Kata-katanya lebih sederhana dan akrab. Berbeda dengan Alkitab TB (Terjemahan Baru) yang jadi kitab suci resmi di hampir semua gereja di Indonesia.
Sayang, Alkitab BIS (Bahasa Indonesia Sehari-hari) justru kurang populer di Indonesia. Orang kristiani lebih suka Alkitab TB yang standar dengan kata-katanya paling mendekati versi aslinya. "Alkitab BIS lebih cocok untuk katekumen," kata seorang teman aktivis gereja di Surabaya.
Kembali ke Good News Bible. Terlepas dari banyaknya kritikan tentang terjemahan yang terlalu bebas, parafrase, menurut saya, Bible ini paling cocok untuk orang Indonesia yang kosa kata bahasa Inggrisnya masih terbatas. Kata-kata Inggris yang digunakan memang sederhana dan jelas. Kalimat-kalimatnya pun tidak panjang.
Good News Bible sepertinya diterbitkan untuk pembaca yang bukan native speaker macam di Indonesia, Timor Leste, Thailand, Tiongkok, Burma dsb. Dus, kita bisa dengan mudah mengetahui isinya tanpa terlalu banyak dipeningkan oleh kata-kata sulit. Tidak perlu buka kamus.
Karena itu, bagi saya, membaca Good News Bible ibarat sambil menyelam minum air. Merenungkan sabda Tuhan sekaligus belajar bahasa Inggris. Kita dibiasakan untuk membaca kalimat-kalimat bahasa Inggris. Juga berpikir dalam bahasa internasional itu.
Jauh sebelum punya Good News Bible, saya sebetulnya sudah punya Alkitab berbahasa Inggris versi lain. Namanya King James Bible. Di berbagai kota seperti Malang, Surabaya, Jakarta, Sidoarjo juga saya temukan King James Bible. Ada stempelnya di halaman depan atau belakang: GRATIS! DARI THE GIDEONS.
Di sejumlah hotel berbintang pun sering saya temukan King James Bible. Kenapa begitu banyak King James? Karena gratis. Ada yayasan The Gideons yang menyumbang kitab suci bahasa Inggris itu ke Indonesia. Mungkin juga negara-negara lain.
Sayang, rupanya pengurus Gideons ini tidak tahu pasar. Tepatnya tidak tahu level bahasa Inggris hampir semua orang Indonesia. Bahasa Inggris yang dipakai King James Bible bisa saya nilai 10 (skala 1-10) alias super high level.
Padahal, kita tahu bahwa kemampuan berbahasa Inggris Indonesia itu rata-rata masih di bawah level 5. Saya sendiri pun mungkin cuma level 2 atau 3. Buktinya, saya tidak mengerti omongan turis-turis native speaker asal USA, Inggris, atau Australia. Beda kalau yang ngomong Inggris itu orang Belanda, Jerman, Italia, atau Prancis yang mudah dimengerti.
Karena itu, saya tidak pernah membaca King James Bible itu. Hanya disimpan saja untuk pencitraan. Seakan-akan saya pintar berbahasa Inggris. Hehehe....
Sejak membeli Good News Bible di pasar loak itu, King James Bible itu saya sumbangkan ke pedagang buku-buku bekas. Siapa tahu ada orang yang mau membeli.
Dua minggu lalu saya mampir ke Kampoeng Ilmu, pusat buku-buku bekas di Jalan Semarang, Pasar Turi, Surabaya. Ketemu lagi Lia, pedagang Madura, langganan lama. Lia menawarkan beberapa buku yang dianggap cocok dengan selera saya. Mulai buku-buku Pramoedya, roman-roman Balai Pustaka dan... King James Bible.
"Loh, kok ada buku itu (King James). Dapat dari mana?" tanya saya.
"Ada aja orang yang jual buku-bukunya di sini," kata mantan gadis manis yang kini punya dua anak itu.
Saya pun ketawa dalam hati. Lapo tuku King James. Kitab suci bahasa Inggris yang kata-kata dan susunan kalimatnya paling sulit di dunia.
Mestinya sejak dulu The Gideons membagikan Good News Bible ke NTT biar sekalian belajar bahasa Inggris tingkat dasar. Bukan King James Bible yang bahasa Inggrisnya super high level English itu.
Bukan high level, tetapi bahasa kuno yang lebih puitis.
BalasHapusOpo maneh puisi, tambah angel lan ngelu. Mangkane buku King James koleksiku tak sumbangno tukang loak.
BalasHapusWkwkwkwk. Saya malah ikut2 baca dalam bahasa Jawa, yang merupakan bahasa kuno di tanah Jawa dibandingkan bahasa Melayu / Indonesia yang baru resmi di abad ke-20.
HapusTahukah Bernie, bahwa terjemahan pertama Alkitab dalam bahasa Inggris itu memakan korban jiwa yang tidak sedikit? Gereja Katolik waktu itu sangat korup dan otoriter, dan mereka memiliki pasukan penegak doktrin yang mengejar siapa2 yang berani menyebarkan cetakan terjemahan Alkitab. Orang-orang seperti John Wycliffe dan William Tyndale dikejar-kejar, dibakar seperti sate, dan bahkan jika sudah mati ketika ketemu mayatnya digali untuk dihancurkan dan disebarkan di kali!
Sebenarnya gak beda jauh, lho Bernie. You only have to get used to the old words like ye for you, Thee, Thou yang digunakan untuk menyebut orang yang dihormati termasuk Tuhan. Lalu ada ejaan seperti believes menjadi believeth, dan macam2 anakronisme seperti itu. Begitu sudah biasa, tidak syulit.
HapusMisalnya Yohannes 3:16, yang banyak dikutip penginjil2 Haleluyah:
Dari NSRV, yang juga digunakan oleh Gereja Katolik di Amerika: For God so loved the world that he gave his only Son, so that everyone who believes in him may not perish but may have eternal life.
Dalam versi King James: For God so loved the world, that he gave his only begotten Son, that whosoever believeth in him should not perish, but have everlasting life.
Gak beda jauh kan?