Senin, 21 Oktober 2019

Naik KA Ekonomi Serasa Pesawat

Cukup lama saya tidak naik kereta api. Khususnya kelas ekonomi. Karena itu, saya takjub bukan main dengan perubahan manajemen layanan di perusahaan plat merah itu. Benar-benar revolusioner.

Karcis KA Maharani dari Pasar Turi ke Semarang cuma Rp 49 ribu. Inilah kereta kelas terbawah yang dulu disebut Gaya Baru alias kelas kambing itu. Tapi pelayanannya di tahun 2019 ini boleh dikata gak kalah dengan kelas atas.

Gerbongnya pakai AC. Tidak ada lagi penumpang duduk atau tidur di sela-sela kaki seperti yang sering saya alami dulu. Tidak ada pedagang asongan yang wira-wiri seenaknya di dalam gerbong. Semuanya bersih dan tertata. Ada juga nona-nona manis pramugari resmi yang jualan kopi dan makanan.

Jadwal keberangkatan pun tepat waktu. On time schedule. Tiba di Stasiun Tawang Semarang juga persis jadwal. Bahkan lebih cepat dua menit. Bandingkan dengan pesawat-pesawat terbang yang masih sering delay atau cancel.

Ada lagi yang bikin saya kagum. Tiket KA itu langsung boarding. Beda dengan naik pesawat yang harus check in, antre panjang, untuk mendapatkan nomor tempat duduk.

Di KA Maharani yang kelas super ekonomis ini semuanya serba otomatis. SSW: set wet wet.

Luar biasa perubahan yang dilakukan manajemen PT KAI. Diawali gebrakan Ignasius Jonan saat menjabat dirut PT KAI. Revolusi layanan pelanggan itu dipertahankan sampai sekarang.

Kalau kereta yang 49 ribu saja layanannya sangat modern, bagaimana dengan KA kelas premium yang tiketnya Rp 1,2 juta? Saya belum coba.

Mungkin dua atau tiga kali lebih cepat daripada kelas ekonomi. KA Maharani harus singgah di 8 stasiun kecil, sedang, dan besar. Kereta eksekutif premium bisa jadi cuma singgah di 2 atau 3 stasiun saja.

Selamat untuk PT KAI!

22 komentar:

  1. Ignasius Jonan arek Sinluis biyen. Lulusan 1978 kalo ga salah.

    BalasHapus
  2. Nah ini ada artikel yang menulis tentang kebagusan Indonesia. Berarti Indonesia tidak selalu jelek, kan? Berarti kemajuan itu bisa pesat, jika pemimpinnya bagus. Jonan memberikan kuliah umum di ITB, memberikan anekdot2 masalah yang dia temui di PT KAI (dulu PJKA). Dia mau memberikan penumpang kenyamanan. Salah satunya dengan membuat WC yang dengan septic tank (yang tidak sekedar buang di sepanjang rel). Dia minta kepala teknik yang lulusan ITB untuk bikin bujet. Rp puluhan juta per toilet. Itu lulusan ITB. Jonan bo hwat, dan cari proposal dari orang lain yang anak muda. Bisa jadi hanya beberapa juta per toilet. Berkali-kali seperti itu untuk setiap masalah yang dia hadapi. Tetapi dia konsisten dan tidak mudah menyerah. Makanya jangan sia2kan minoritas. Jonan turunan Tionghoa dan Katolik.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Menarik banget Jonan ini. Bisa memecahkan masalah yg rumit dengan sederhana.

      Hapus
  3. dari 2014-2019 sudah bolak balik jakarta pakai kreta ekonomi pak hurek, armadanya memang bagus, tapi untuk makanan tidak sesuai dengan kantong kelas ekonomi, nasi goreng 35 ribu, kalau saja masih memberdayakan pedagang kecil tapi lebih diatur lagi manajemennya lebih baik..hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bawa sangu sendiri dari rumah, paling beres. Hemat, sehat, dan bersih pula.

      Hapus
    2. Isna arek Pagerwojo, terima kasih sudah mampir dan komen. Saya baru nyoba naik sepur kelas ekonomi meskipun sudah lama membaca perubahan tata kelola KAI yg dahsyat.

      Saat kuliah saya sering naik sepur kelas bawah yg sumpeknya gak karuan. Begitu banyak orang berjejalan di lantai beralas koran.

      Biasanya saya dan teman2 naik untuk duduk di atas gerbong dari Jember ke Lumajang. Rasanya merdeka dan nyaman banget. Dibiarkan saja sama petugas KA karena memang sudah biasa begitu. Dulu kita orang memang sering banget piknik semalam di Ranu Klakah, Lumajang. Duduk di atas gerbong, tidur di bawah tenda.

      Peradaban sepur lawas yg ngawur itu kita nikmati selama bertahun-tahun. Untung ada Jonan yg bikin revolusi total di KAI tahun 2003/2004. Belum terlalu lama.

      Salam kupang lontong tahu petis untuk Isna Fatmawati. Selamat numpak sepur!

      Hapus
    3. Isna tiba2 nongol setelah hilang lamaaa ke Jakarta. Bikin saya jadi ingat ruko lawas di Jenggolo Sidoarjo hehehe.

      Makanya kalau numpak sepur bawa bekal sendiri dari Pagerwojo. Sing pedes iku jenenge Ceker Lapindo hehe...

      Hapus
  4. Pak Dahlan Iskan saat menjadi Menteri BUMN menulis:

    "Membenahi kereta api, saya tahu, bukan perkara yang mudah. Jonan sendiri sebenarnya "kurang waras". Betapa enak dia jadi eksekutif bank Amerika, Citi, dengan ruang AC dan fasilitas yang menggiurkan. Di BUMN awalnya dia memimpin BUMN jasa keuangan PT Bahana. Kini dia pilih berpanas-panas naik KA dari satu stasiun ke stasiun lainnya. Dekat dan jauh. Besar dan kecil. Dia benahi satu per satu. Mulai layanan, kebersihan, dan perkara-perkara teknis.

    Padahal membenahi kereta api itu musuhnya banyak dan lengkap: luar, dalam, atas, bawah, kiri, kanan, muka, belakang. Bahkan kanan-luar dan kiri-luar. Kanan dalam dan kiri dalam. Bisa saja terjadi, gawangnya jebol bukan karena hebatnya serangan bola dari musuh, tapi karena barisan belakang kereta apinya yang bikin gol sendiri."

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ini tulisan Mr Yu alias Dahlan Iskan saat jadi menteri BUMN. Saya hanya baca dan menikmati guyonan pak bos tentang wartawan2 yg kehilangan objek foto2 tragedi ala mudik lebaran.

      Tapi saya tidak pernah tertarik naik kereta karena trauma masa lalu dari Pasar Senen ke Wonokromo. Baru sekarang naik kereta api lagi karena 'dipaksa' untuk studi banding kota lama semarang yg wilayahnya dari stasiun tawang hingga kawasan bangunan2 tua khas londo yg eksotik itu.

      Hapus
  5. Berarti dari Surabaya ke Semarang hanya US$3,5? Luar biasa. Premium ke Yogya 1,2 juta idr atau “hanya” $80? Luar biasa.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dui dui... luar biasa memang. Perjalanannya juga sangat lancar, on time, nyaman....pokoke ciamik lah.

      Saya sangat pengalaman numpak sepur kelas kambing paling parah dan lambat pada masa lalu. Mulai yg jarak dekat kayak Jember-Lumajang, Jember-Surabaya, hingga Wonokromo-Pasar Senen. Jadi, saya tahu persis perubahan sistem layanan yg revolusioner.

      Sekarang disediakan colokan untuk charge HP di dekat tempat duduk. Mana ada di pesawat?

      Beli tiket KA online, bisa juga di indomaret, dan langsung milih tempat duduk. Mana bisa di pesawat terbang di NKRI?

      Hapus
    2. Aku pernah naik KA waktu SMA di pertengahan 1980-an, dari Sby ke Banyuwangi, pas mau jalan2 akhir tahun dgn kelas. Paket hemat. Di tengah jalan gerbong diisi penuh dengan penumpang tak berkarcis oleh para kondektur yang nakal. Akibatnya kita yang punya karcis tidak bisa jalan ke WC, karena lantai penuh dengan manusia.

      Di 1990an setiap bulan naik KA dari Jakarta menengok calon istri yang masih kuliah di Sby. Lebih lumayan tetapi banyak terganggu tengah malam setiap berhenti di stasiun2 oleh penjual2 makanan.

      Hapus
    3. Aha.. itu yg dihabisin sama cak jonan. Penumpang2 tak berkarcis itu jadi objekan oknum2 orang dalam. Misalnya kapasitas gerbong 200 seat diisi 260 orang. Duit yg disetor ke perusahaan ya cuma 200 seat itu. Sisanya 60 karcis buat bancakan.

      Puluhan pedagang asongan lalu lalang di gerbong juga tentu sudah koordinasi dengan orang dalam. Kudu nyetor agar bisa jualan.

      Begitu pula calo2 yg berkeliaran di stasiun. Pasti ada main sama oknum2 di dalam. Manajemen jelek itulah yg dibersihkan ketika Jonan jadi dirut KAI.

      Setelah digebrak Jonan, jumlah penumpang turun drastis. Tapi keuntungan justru naik dua kali lipat, kata Mr Yu mantan atasannya Jonan saat itu.

      Hapus
  6. Jonan (dan Susi) yang tjiamik soro pun terpental dari kabinet

    BalasHapus
    Balasan
    1. karena gerbongnya penuh sesak. penumpangnya kebanyakan. maka harus ada yg diturunkan.

      Hapus
    2. Betul. Ada penumpang2 yang naik tengah jalan tanpa beli karcis, wkwkwk.

      Hapus
    3. Susi dulu juga sering konflik terbuka dengan Luhut. Susah lah.

      Hapus
    4. Yah, Luhut kan semacam perdana menterinya Jokowi. Mereka berdua ada hubungan bisnis sejak dulu.

      Hapus
    5. Luhut juga hoping akrab satu kamar dengan Prabowo saat akademi militer. Jenderal cum pengusaha ini sangat penting untuk diplomasi dan lobi2 ke atas bawah dan kiri kanan. Luhut sebagai businessman tahu banget perasaan pengusaha2 ikan yg kapalnya ditenggelamkan Susi.
      Ngono yo ngono tapi ojo banter2 jarene wong Jowo. Luhut iku batak tapi diplomasi dan unggah ungguhnya kayak Jowo.

      Kalau Susi gayanya kayak Mbah Trump yang lurus dan kenceng ala koboi di texas. Tapi mayoritas warganet sangat senang dengan gaya Susi yg sangat informal tapi tegas dan keras. Banyak yg nangis ditinggal Mak Susi.

      Hapus
  7. Susi ini kayak mr yu dan mr jonan. Orang swasta yg gak suka rapat rapat rapaaat. Kalaupun rapat mr yu batasi paling lama satu jam saja. Yang penting kerja cepat dan cerdas dengan KPI yg jelas. Hasilnya nyata.

    Beda dengan birokrat lawas yg sangat prosedural, banyak SOP, meeting tapi gak peduli hasilnya seperti apa. Aman kalau sudah prosedural.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau di Amrik manajer yang prosedural itu istilahnya "CYA" (cover your ass).

      Hapus
    2. Mr Yu bikin gebrakan saat menata banyak perusahaan daerah yg mangkrak di Jatim. Hasilnya bisa untung setelah puluhan tahun rugi dan rugi. Aset2 yg mati dihidupkan. Ada yg tukar guling dsb.

      Tapi belakangan strategi Mr Yu ini dianggap tidak prosedural. Mr Yu sempat ditangkap dan diadili. Syukurlah, majelis hakim menyatakan Mr Yu tidak bersalah. Mr Yu bebas.

      Kalau orang korporasi masuk birokrasi sering ada risiko seperti itu. Jonan itu juga banyak musuhnya. Susi juga begitu. Mafia2 di laut dan oknum2 tukang beking pasti marah karena kehilangan aliran fulus yg tremendeous - pinjam istilah Mr Trump.

      Hapus