Pesan langsur bayar.
Begitu tulisan di salah satu warkop di Rungkut Menanggal Surabaya yang saya baca pagi ini. Tulisan sejenis pun makin marak di warkop-warkop lain di Surabaya dan Sidoarjo.
Rupanya ada perubahan tata kelola warkop atau warung di Indonesia. Biasanya sistem "pesan langsung bayar" hanya kita temui di KFC, MacD, atau resto-resto besar di plaza atau hotel. Tapi sekarang mulai merambah ke usaha kecil dan menengah.
"Lebih aman kalau langsung bayar. Soalnya tidak semua pelanggan dan pembeli itu jujur," kata Cak Mamat, pengusaha warkop di Surabaya Utara.
Cak Mamat sangat jengkel karena beberapa pelanggannya punya utang tapi tidak ngaku. Atau makan 5 gorengan tapi cuma lapor makan 3 jajan. Pelanggan-pelanggan mokong ini cukup banyak.
"Saya rugi. Makanya, kalau beli rokok wajib bayar langsung," katanya.
Kalau kopi, teh, atau gorengan? "Sekarang sih belum. Tapi nanti akan saya terapkan sistem bayar langsung," katanya.
Memang ada pergeseran budaya orang Indonesia. Budaya kita makan minum dulu bayar belakangan. Sebab makanan dan minuman yang dinikmati itu jumlahnya belum jelas. Bisa 2 atau 3 atau 5. Tergantung kapasitas perut. Kopinya juga bisa nambah 2 gelas lagi.
Maka, setelah ditotal baru bayar kopi dsb itu. Beda dengan budaya Barat yang modern. Mereka sudah lama pakai sistem langsung bayar. Ada uang ada ayam tepung KFC. Tidak ada ceritanya makan dan minum baru bayar belakangan di MacD.
Persoalan kita ya itu tadi... makin lama kejujuran makin tergerus. Uang yang dibayar lebih sedikit daripada makanan dan minuman yang sudah masuk perut.
Saya sendiri cocok dengan sistem modern ini. Lebih praktis. Transaksi cukup sekali, makan minum, lalu cabut. Tidak perlu lagi berurusan dengan si pedagang kopi itu.
Sistem itu namanya honour system. Tetapi, ternyata jaman sekarang orang Indonesia sudah tidak punya honour lagi hehehehe
BalasHapusDui dui... tidak punya kehormatan lagi. Alias krisis kejujuran.
BalasHapusHonor system hanya jalan kalau ada kejujuran dan saling percaya.
Masalahnya balik lagi ke catatan di blog lama tentang Low Trust Society. Pedagang curiga pembeli tidak jujur. Makanya model makan minum dulu baru bayar makin lama makin hilang.
Dulu di sekolah ada kantin kejujuran. Anak sekolah makan minum dan membayar dengan memasukkan uang ke dalam kotak. Tidak ada yg jaga kantin itu.
Tapi ya begitulah... lama2 karakter manusia yg jujur dan polos berubah. Dan itu dikasih contoh oleh politisi2 yg culas.
Polos nya orang Indonesia memang sudah kelewatan batas.
BalasHapusDulu di BR dan Kremil, nunggang dulu, baru bayar. Bahkan kalau sudah langganan lama, bisa terus-terang bilang, Mbak, duit-ku cuma seket. Wis rapopo, mbesuk-mbesuk lek duwe duit teko-o maneh, yo Mas.
Kalau orang eropa, bayar dulu baru senang2.
Ada macam2 cara Marketing mereka, Flatrate Restoran: Bayar dulu, setelah itu All you can eat.
Sejak lima tahun terachir berjamuran rumah bordil, beristilah Flatrate Bordell. Bayar dulu, setelahnya All you can fuck.
hehehe BR dan Kremil.. Sememi, Jarak dsb sudah ditutup semua oleh Wali Kota Risma tahun 2013.
BalasHapusTapi ya namanya bisnis gituan ya tidak bisa hilang 100%. DPRD yg lama mau mencegah bisnis lampu merah dengan pasal2 KUHP. Tapi bikin kisruh karena demo di mana2.
Asem, aku iki wis ketinggalan jaman. Jadi tidak ada lagi kalimat merdu yang menggoda : Monggo pinarak, Mas !
Hapus