Sabtu, 08 Juni 2024

TK Katolik Santa Clara Surabaya Lepas 90 Murid - Serahkan STTTK dan Gelar Karya P5




Oleh Indra Wijayanto
Wali Murid TKK Santa Clara Surabaya

Sebanyak 90 murid TK Katolik Santa Clara Surabaya mengikuti perpisahan yang dikemas dalam acara penerimaan Surat Tanda Tamat Taman Kanak Kanak (STTTK) angkatan ke-54 Tahun Pelajaran 2023/2024. Sekaligus Gelar Karya Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) Kelompok B bertempat di Balai Paroki Santa Maria Tak Bercela, Jakan Ngagel Madya 1, Surabaya, Sabtu (8/6/2024).

Kepala TK Katolik Santa Clara Surabaya, Sr. Marselina Siu, MC., M.Pd. mendampingi Ketua Yayasan Puspita Kencana, Sr. Maria Lordes Uran, MC menyerahkan STTTK kepada para siswa-siswi yang dilepas untuk menempuh pendidikan ke jenjang selanjutnya.

"Pelepasan murid TK Katolik Santa Clara ini menandakan telah selesai masa pembelajaran, dan mereka bersiap-siap memasuki tahap pembelajaran berikutnya di jenjang pendidikan sekolah dasar (SD)" tutur Sr. Seli, panggilan akrabnya.





Pendidikan usia dini ini merupakan kegiatan proses belajar yang sederhana, meliputi pengetahuan umum dan agama, yang lebih banyak dilakukan dengan bermain maupun bantuan alat peraga, sesuai dengan jiwa dan usia anak-anak.

Mengambil tema "Membumi dengan Budaya dan Karya" acara dihadiri Pimpinan Regional Misionaris Claris indonesia, Sr. Rina Rosalina, MC, komite sekolah serta orang tua dan wali murid ini diisi dengan berbagai tampilan seni yang dimainkan siswa-siswi dari Kelompok B sebagai gelar karya P5.

Di antaranya, penampilan dari ekstrakurikuler menyanyi, English Club, menari (tari semut dan tari tikus pithi), serta tampilan ansamble dan angklung.

Menggemaskan sekaligus membanggakan! Anak-anak bisa tampil dengan percaya diri di hadapan publik. Mereka pun mampu menampilkan yang terbaik di hadapan orang tua.

Sr. Seli menyebut penampilan yang disuguhkan anak-anak ini merupakan hasil dari ekstrakurikuler yang ada di sekolah.

"Kreativitas yang disuguhkan anak-anak ini sangat membanggakan. Mereka bisa tampil percaya diri dan luar biasa" katanya.

Acara ini merupakan momen istimewa yang menandai akhir dari perjalanan para siswa-siswi Kelompok B bersama seluruh suster dan bapak ibu guru di bangku sekolah ini.

"Kami berterima kasih atas kehadiran bapak ibu orang tua dan wali murid yang sudah datang untuk berbagi kenangan bersama dalam momen yang berbahagia ini" pungkasnya. 

Kamis, 06 Juni 2024

Forum Kerukunan Umat Tambang, Suara KWI di Padang Pasir

Sang penguasa lengser kurang empat bulan lagi. Tapi kebijakannya masih seperti biasa. Aneh, ugal-ugalan. Out of the box, kata orang pinter.

IKN sudah dekat deadline. Upacara bendera 17 Agustus 2024 harus di sana. Apa mungkin? Dua petinggi IKN kompak mundur. Kelihatannya tak kuasa menanggung beban dan target yang sangat ambisius.

Belakangan ada lagi gebrakan di luar kotak. Ormas keagamaan diberi jatah untuk mengelola tambang. Ormas yang biasa ngurus masalah keagamaan bisa ngurus tambang batu bara, nikel, emas, dsb?

Sang penguasa biasanya tak peduli dengan masukan atau kritik. Jalan terus. Apa pun yang dilakukannya akan ada pembenaran oleh pakar-pakar dan intelektual tukang. Legislatif, yudikatif, eksekutif tak akan berani bilang tidak. 

Semalam Goenawan Mohamad menulis cuitan di X: "Menarik utk melihat, apakah organisasi Budhis juga akan bergabung."

Itu keterangan gambar atau caption berjudul Forum Kerukunan Umat Tambang.

Pagi ini saya dibagi berita CNN oleh mantan pastor. Isinya: KWI menolak kebijakan ormas diberi kewenangan untuk mengelola tambang. KWI bukan ormas.

KWI berdiri pada 1927 sebagai lembaga keagamaan Katolik. Urusan KWI hanya berkaitan dengan tugas-tugas kerasulan diakonia (pelayanan), kerygma (pewartaan), liturgi (ibadat), martyria (semangat kenabian).

Haleluya! 

KWI masih berani bersikap beda dengan penguasa yang super power. Tapi KWI hanyalah umat minoritas. Cuma 3%. Mungkin kurang. Jauh di bawah Protestan.

 Apalah arti suara KWI yang cuma segelintir itu. Ibarat orang berteriak di padang pasir.

Lagu Bunda Pembantu Abadi Jadi Bunda Penolong Abadi... Lama-Lama Bunda Asisten Abadi

Lagu lama Bunda Pembantu Abadi sangat terkenal di kalangan umat Katolik. Khususnya di NTT. Khususnya lagi di Flores, Lembata, Adonara, Solor, Alor. Diciptakan orang Flores.

 Melodinya manis khas lagu-lagu liturgi dari NTT. Tingkat kesulitannya rendah. Mudah dibawakan kor-kor di stasi atau kampung tanpa perlu latihan berjam-jam.

Lagu Bunda Pembantu Abadi kemudian menyebar ke mana-mana. Di gereja-gereja katolik di Jawa pun sering dinyanyikan paduan suara. Biasanya kor yang dirigennya orang NTT. Lama-lama Bunda Pembantu Abadi tersebar juga ke luar NKRI.

Saya lihat di YouTube lagu Bunda Pembantu Abadi ini juga dibawakan di Italia, Jerman, Belanda dsb. Biasanya dibawa pater-pater atau suster-suster asal Flores NTT yang bertugas di Eropa, Amerika, Afrika dsb.

 Di Tiongkok tidak ada pater atau suster asal Indonesia. Bisa diusir Tuan Si Chin Ping yang agak anti Barat. Katolik Roma dianggap berbau Barat. Maka Tiongkok bikin Gereja Katolik Tiongkok Cinta Tanah Air.

Belakangan ini sering ada diskusi di grup-grup katolik yang saya ikuti. Salah satunya grup lagu misa dan musik liturgi. Polemiknya bukan tentang musik, aransemen, tata suara.. tapi frase "pembantu abadi". Istilah Inggrisnya: perpetual help.

Rupanya banyak orang Katolik keberatan kalau Bunda Maria disebut pembantu abadi. Kesannya kurang sopan. Kasar. "Kata pembantu tidak cocok. Mestinya diganti penolong," kata seorang Katolik dari Jawa Tengah.

Banyak anggota grup yang sepakat bahwa kata "pembantu" kurang cocok. Konotasinya kayak pembantu rumah tangga (PRT). Wong PRT saja sudah lama diganti jadi ART: asisten rumah tangga. ART lebih halus, keren, modern. Pembantu masih ada nuansa baboe macam zaman Hindia Belanda.

Saya akhirnya cek video-video di YouTube. Ternyata banyak padus sudah lama menggunakan penolong abadi, bukan pembantu abadi. Pertimbangannya karena itu tadi.. kesopanan dan kepantasan. Masak, Bunda Maria disamakan dengan ART.

Sebagai penyunting naskah dan mantan dirigen padus, meski cuma level mudika dan lingkungan, saya sendiri tidak keberatan dengan syair asli lagu Bunda Pembantu Abadi. Kata bantu sama artinya dengan tolong. Pembantu = penolong. Sama saja. Sinonim.

Cuma memang ada nuansa kata yang berubah seiring perkembangan zaman. Kata-kata yang tempo doeloe netral mungkin sekarang dianggap tidak sopan. Itu disampaikan Prof Gorys Keraf di buku tata bahasa zaman dulu.

Gorys Keraf yang asli Pulau Lembata, NTT, kampung pemburu ikan paus di Lamalera, menyebut gejala bahasa peyorasi vs ameliorasi. Rupanya kata pembantu dan babu mengalami peyorasi. Kata asisten dianggap lebih sopan dan bermartabat. Jadilah ART.

Yang jadi masalah, komposisi musik paduan suara garapan Frater Albert SVD (tentu sudah lama jadi pater) tidak bisa diubah seenaknya baik satu dua not maupun satu dua kata. 

Revisi lirik harus sepengetahuan komposer aslinya. Lebih bagus lagi kalau sang komponis sendiri yang mengubah syair atas masukan dari sana sini.

Itulah yang dilakukan Komisi Liturgi KWI ketika merevisi syair lagu-lagu Madah Bakti untuk dimuat di buku Puji Syukur. Sebagian besar komposer setuju syair lagu karangannya direvisi sesuai keinginan KWI. Tapi ada juga komposer yang menolak lagu-lagunya dirombak syair dan melodinya. 

"Apa yang sudah kutulis tetap tertulis!"

Kata-kata Pilatus ini jadi prinsip Paul Widyawan komposer asal Jogjakarta. Karena itu, tidak ada satu pun lagu karangan Paul Widyawan yang dimuat di Puji Syukur. Padahal lagu-lagu liturgi inkulturasi karya Paul Widyawan (+) paling banyak mengisi buku Madah Bakti.

Bisa jadi suatu ketika kata penolong pun dianggap tidak sopan di Indonesia. Maka judul lagu itu bisa berubah lagi menjadi Bunda Asisten Abadi.

Selasa, 04 Juni 2024

Makam Kembang Kuning Surabaya Jadi Tempat Mangkal PSK Tua, Prostitusi Online Makin Marak

Semalam Satpol PP merazia Makam Kembang Kuning Surabaya. Puluhan pekerja seks komersial (PSK) semburat melarikan diri. Banyak kupu-kupu malam yang lolos tapi ada juga yang apes.

Para PSK yang terjaring razia lalu dibawa ke Liponsos Surabaya di Keputih untuk menjalani pembinaan dan pendataan. Yang dari luar Surabaya dipulangkan ke daerah asalnya. Mereka juga harus menandatangani pernyataan tidak boleh praktik lagi. 

"Carilah pekerjaan yang halal. Jangan mbalon di atas kuburan. Bahaya Aids, tambah dosa dan sebagainya," pesan petugas.

Wali Kota Bu Risma dulu memang berhasil menutup semua lokalisasi pelacuran di Surabaya. Mulai Gang Dolly, Jarak, Bangunsari, Kremil, Sememi, Klakahrejo dsb pada 2013-2014.

 Luar biasa karena kompleks-kompleks ini terkenal sakti selama puluhan tahun. Diduga ada beking yang sangat kuat melibatkan oknum-oknum. Tapi Bu Risma pantang menyerah. Dolly, Jarak dan kawan-kawan akhirnya tutup.

Kembang Kuning ini yang kelihatannya sulit dihapus meski satpol PP sering menangkap para WTS (wanita tuna susila) - istilah lawas. Ada juga pekerja seks dari kalangan bencong atau waria di Kembang Kuning.

 Bolak-balik dilakukan razia, pembinaan, pemulangan, tapi tetap saja kumat lagi. Para germo dan PSK bahkan seakan tahu kapan ada razia dan kapan aman. Yang kena razia biasanya lupa atau tidak dapat "bocoran" informasi dari atasannya.

Mengapa lokalisasi di Makam Kembang Kuning sulit diberantas? Wong Dolly yang sakti saja bisa ditutup oleh Pemkot Surabaya?

Sebetulnya tidak sulit kalau ada kemauan sangat kuat. Seperti Bu Risma menutup Dolly, Jarak, Sememi, Kremil dsb itu. Apalagi kompleks makam Kristen dan Tionghoa ini mudah dikontrol. Pemainnya juga para PSK senior alias kewut (tuwek) yang itu-itu saja.

Yang sulit dikontrol sekarang adalah prostitusi online. Ratusan hingga ribuan PSK praktik di hotel, losmen, kos-kosan memanfaatkan aplikasi pertemanan. Aplikasi Ijo alias MiChat paling terkenal sebagai ajang transaksi prostitusi modern.

Bulan lalu polisi menangkap 7 tersangka perdagangan anak-anak di hotel kawasan Sukolilo Surabaya. Tujuh orang ini menjual gadis-gadis di bawah umur (18) dari Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan, sebagai pekerja seks lewat aplikasi MiChat.

Praktik prostitusi anak ini terungkap karena salah satu cewek kabur. Korban tidak dapat bayaran dari Mami Yeyen. Padahal sehari dia biasa melayani 10 pelanggan. 

Polisi bergerak karena ada TPPO atau trafficking. Bagaimana kalau PSK online itu berusia di atas 18 tahun? 

Bisnis prostitusi modern inilah yang sulit disentuh oleh satpol PP atau kepolisian. Biasanya yang ditangkap hanya joki atau makelar saja. Sementara para PSK cuma dijadikan saksi dan dianggap sebagai korban perdagangan manusia.

Yang lebih susah lagi kalau si PSK online itu tidak pakai joki atau makelar tapi menjual tubuhnya sendiri dengan membuat beberapa akun di MiChat. Kasus begini sangat banyak di era aplikasi ini.

Rupanya Wali Kota Bu Risma dulu tidak menyangka kalau setelah Dolly, Jarak, Kremil dan lokalisasi-lokalisasi konvensional ditutup bakal ada prostitusi online yang kian marak. Bisnis satu ini memang tidak ada matinya. 

Senin, 03 Juni 2024

Kya-Kya Kembang Jepun Surabaya Sudah Tutup Tiga Bulan, Entah Kapan Buka Lagi

Kapan Kya-Kya di Kembang Jepun buka lagi? Apakah tutup seterusnya?

Itu pertanyaan seorang ibu di kawasan Rungkut Surabaya. Ibu itu tahu kalau saban hari saya wira-wiri di Kembang Jepun. Dekat Jembatan Merah, kawasan Kota Lama Surabaya, yang terkenal itu. Juga dekat Pasar Bong, Pasar Pabean, Kelenteng Dukuh hingga kawasan wisata religi Sunan Ampel.

Wisata Pecinan Kya-Kya Reborn memang tutup sejak Maret 2024 lalu. Tepatnya sebelum bulan puasa. Sebab Pemkot Surabaya punya proyek besar box culvert atau gorong-gorong di Kembang Jepun dan sekitarnya.

 Sejak Maret dan April lalu Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menggeber proyek box culvert di mana-mana. Skala pengerjaan di Kembang Jepun, Kalimati, Karet, Songoyudan tergolong besar. Pasti lama selesainya.

Michael Wijaya, pengurus Wisata Pecinan Kya-Kya, awalnya bilang Kya-Kya buka lagi setelah Lebaran pada pertengahan April 2024. Ternyata pengerjaan gorong-gorong belum apa-apa.

"Mungkin bulan Mei baru buka. Saat musim kemarau jadi lebih bagus suasana Kya-Kya," kata Michael yang juga menangani Wisata Kampung Pecinan di Kapasan.

Bulan Mei berlalu. Proyek gorong-gorong di Kembang Jepun belum selesai. Tapi sudah jauh lebih baik kondisinya ketimbang bulan lalu. Hanya tinggal finishing, kata pemkot.

Saya pun tak lagi menghubungi Michael Wijaya karena dia tidak bisa memastikan kapan Kya-Kya buka lagi. Kuncinya ada di Pemkot Surabaya yang punya proyek. Cak Eri geber proyek karena masa jabatannya sebagai wali kota mau selesai.

Sebetulnya Pemkot Surabaya menargetkan proyek revitalisasi kota lama selesai sebelum akhir Mei 2024. Dengan begitu, wisata kota lama Surabaya diresmikan pada 31 Mei 2024. Tepat pada Hari Jadi Kota Surabaya (HJKS) ke-731.

Namun, apa hendak dikata, proyek itu belum selesai juga sampai awal Juni ini. Sekitar 60 pedagang makanan minuman yang biasa jualan di Kya-Kya sepanjang Jalan Kembang Jepun pun terpaksa harus jualan di tempat lain dulu.

Apakah setelah revitalisasi kota lama, konsep Kya-Kya masih sama atau ada modifikasi? 

"Wah, kalau itu saya belum tahu. Nanti kita lihat saja," kata Michael.

Minggu, 02 Juni 2024

Karyawan datang dan lekas pergi di era digital, belum diangkat sudah resign

Bulan lalu HS keluar dari grup. Tanpa pamit. Tapi semua anggota grup sudah paham. HS mundur. Resign.

HS masih muda dan cerdas. Lulusan PTN ternama. Peluang dapat kerja di tempat baru terbuka lebar. Atau, lebih tepat, dia sudah dapat tawaran di tempat lain sehingga berani resign.

Mundur tanpa ada backup di lahan baru jelas berisiko. Apalagi di era akhir kekuasaan Jkw yang makin ugal-ugalan itu. Semua serba tak pasti.

Pagi ini JL pamit baik-baik di grup. Karyawati paling cakep ini bulan lalu mengakhiri masa lajang. Mungkin sudah ada diskusi dengan sang suami terkait pekerjaan yang high pressure, deadline ketat, target-target tinggi dsb.

"Saya dapat pelajaran bekerja yang luar biasa selama enam tahun," begitu kira-kira kata perpisahan JL di grup karyawan.

JL boleh dikata paling bening dan modis. Mirip artis Korea - kalau dilihat agak jauh. JL juga kerap digojlok teman-teman karena pembawaannya yang periang. Murah senyum.

Melihat tren beberapa tahun terakhir tampaknya karakter generasi baru di dunia kerja sangat berbeda dengan angkatan lawas. Mereka sangat berani keluar jika dirasa kurang nyaman atau kurang tantangan. Kurang duit juga.

Mereka berani resign meski belum ada pekerjaan baru. Mereka suka mencari tantangan di tempat lain. Mereka ogah bekerja di sebuah perusahaan atau instansi sampai pensiun. 

Bekerja dua atau tiga tahun, lima enam tahun di satu perusahaan dianggap cukup. Pindah ke tempat lain. Satu dua tahun pindah lagi. Begitu seterusnya sampai bosan.

Lebih bagus lagi jika bisa buka bisnis sendiri. Kerja lebih fleksibel di mana saja karena dunianya memang sangat digital. Bukan lagi karyawan kantoran yang harus mengisi daftar hadir digital saban hari.

 Terlambat satu menit saja hangus uang makan dsb. Kemudian dipanggil HRD, dapat surat peringatan, dan sanksi lain. Adik-adik generasi Z memang sebaiknya tidak kerja ikut orang.

Sabtu, 01 Juni 2024

Bakso Pak Sobar yang Legendaris di Kantin SMAN 1 Malang Sejak 1977

Pak Sobar

Penjual bakso ini sangat terkenal di SMAN 1 Malang alias Mitreka Satata. Pak Sobar. Mulai Ikamisa (alumni Mitreka Satata) zaman lawas hingga era milenial pasti tahu Pak Sobar. 

Bakso Pak Sobar. Hampir semua siswa SMAN 1 Malang pernah mencicipi baksonya yang khas di kantin sekolah. Siswa sekolah tetangga, SMAN 3 dan SMAN 4, pun sering membeli bakso Pak Sobar karena rasanya yang khas.

Setiap kali ada acara Uklam Tahes biasanya para alumni Mitreka Satata Malang mencari Pak Sobar untuk foto bareng. Melepas kangen dengan pria bernama asli Sabar itu. 

"Sobar itu artinya Bakso Pak Sabar. Lama-lama nama saya jadi Pak Sobar. Sobar dan Sabar ya sama aja," kata pria berusia 71 tahun asli Ngalam alias Malang itu.

Sabar muda mulai mencoba jualan bakso di kantin SMAN 1 Malang sejak 1977. Awalnya tidak banyak karena masih coba-coba. Perlahan-lahan bakso racikannya disukai para siswa. Maka porsi yang disiapkan pun terus bertambah dari tahun ke tahun.

Sobar alias Sabar meski bukan pakar marketing ternyata sangat paham selera konsumen. Selera pelajar pada tahun 70-an agak beda dengan 80-an, 90-an, kemudian di atas tahun 2000. 

Makin ke sini anak-anak sekolah tidak hanya membeli bakso. Tapi juga menu lain macam siomay, pangsit mie, cilok, sempol, es mocha. Pak Sobar pun melayani permintaan dan selera generasi Z.

"Sekarang makin banyak variasi. Anak-anak dulu pesannya cuma bakso, bakso, bakso. Sekarang macam-macam permintaan mereka. Ya, kita usahakan melayani dengan baik," kata kakek empat cucu itu.

Selain selera anak sekarang yang agak bergeser, menurut Sobar, teknologi juga membuat kebiasaan para siswa Mitreka Satata sekarang beda dengan generasi orang tuanya.

 Dulu belum ada HP, media sosial, internet, gawai. Siswa jadul angkatan 80-an dan 90-an cenderung suka iseng dan agak nakal. Khas remaja belasan tahun. Anak sekarang lebih pendiam, sibuk dengan gawai dan HP masing-masing.

"Tapi secara umum sama saja," kata Pak Sobar. 

Di usianya yang sudah 71 tahun, wis kewut, Pak Sobar masih tampak kuat dan semangat. Hanya rambutnya yang memutih. Setiap pukul 03.00 sudah bangun untuk persiapan bakso dan menu-menu lain yang akan dibawa ke kantin SMAN 1 Malang.

Pukul 08.00 Pak Sobar mulai jualan bakso hingga pukul 16.00. Rutinitas itu dilakukan Pak Sobar sejak 1977 sampai sekarang. Sudah 44 tahun Pak Sobar istikamah alias konsisten berjualan bakso untuk para peserta didik SMAN 1 Malang.

Apa rahasianya tetap sehat dan kuat jualan bakso selama puluhan tahun?

"Selalu gembira, banyak tertawa, tidak suka marah," kata Pak Sobar.

Rutam nuwus, Pak Sobar!
Salam tahes! Komes!