Jumat, 31 Mei 2024
Kelembaban vs Kelembapan dan Merubah vs Mengubah
Uklam Tahes Edisi 112 Ikamisa Malang, Nostalgia SKJ hingga Ruth Sahanaya
Rabu, 29 Mei 2024
Blog Pribadi Makin Tidak Populer - 100 PV Sudah Bagus
Sabtu, 25 Mei 2024
RESMI! Pater Budi Kleden SVD Ditunjuk Jadi Uskup Agung Ende
Sembahyang Ama Dewa Lera Wulan - Bapa Kami Bahasa Lamaholot
Selasa, 21 Mei 2024
Nostalgia Surabaya: Viaduk Pengampon, Stasiun Semut, Pasar Turi
Cukup banyak viaduk warisan Hindia Belanda di Surabaya. Salah satunya di Jalan Pengampon. Persis di perlintasan kereta api ke Jalan Bunguran.
Sejumlah sumber menyebut Viaduk Pengampon dibangun pada 1926. Resmi beroperasi pada 28 Oktober 1926 - dua tahun sebelum Soempah Pemoeda.
Viaduk atau jembatan di atas jalan ini merupakan proyek dari perusahaan Staatssporweegen (SS), perusahaan kereta api pada masa Hindia Belanda.
Viaduk Pengampon dibangun untuk menghubungkan Sidotopo dengan Kalimas. Pada 1920-an juga dibangun viaduk-viaduk lain di Surabaya.
Meski sudah sangat tua, hampir satu abad, Viaduk Pengampon masih kuat. Bangunannya juga masih original. Karena itu, ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya berdasar SK Wali Kota Surabaya No.188.45/505/436.1.2/2013.
Tak jauh dari Viaduk Pengampon terdapat Stasiun Kereta Api Surabaya Kota. Biasa disebut Stasiun Semut. Sayang, stasiun itu sudah lama digunakan oleh PT Kereta Api Indonesia.
Bangunan Stasiun Semut juga ditetapkan sebagai cagar budaya. Namun sampai sekarang mangkrak. Bahkan, ada yang bilang sudah dijual ke pihak ketiga.
Penutupan Stasiun Semut berdampak luar biasa pada bisnis perhotelan dan wisata di kawasan Surabaya Utara. Puluhan losmen, hotel kelas melati, bintang dua atau tiga jadi lesu dan akhirnya gulung tikar.
Padahal, dulu ketika Stasiun Semut masih aktif ada banyak hotel di dekat stasiun, Pasar Turi, Kapasan, Cantian, Bongkaran, hingga Ampel dan Nyamplungan.
Bangunan Hotel Slamet di Jalan Bongkaran sedang dibongkar. Hotel-hotel lain di kawasan itu pun kelihatan merana. Masih lumayan ada hotel baru di Slompretan yang lumayan berhasil bisnisnya.
Senin, 20 Mei 2024
Merokok Mati, Tidak Merokok juga Tetap Mati - Budaya Golo Bako di Lamaholot NTT
Minggu, 19 Mei 2024
Gereja Katolik Bebas St Bonifacius dan Perhimpunan Theosofi di Surabaya
Jumat, 17 Mei 2024
Dr Daniel Rohi Gagal Pertahankan Kursi di DPRD Jawa Timur
Monggo Dipun Badhog bersama Dukut Imam Widodo - Nostalgia Kuliner Surabaya
Kamis, 16 Mei 2024
Lihat Syutingnya di Surabaya lalu Dapat Undangan Nonton Film Possession (Kerasukan), Cerita Rumit dan Horor
Sudah lima atau enam tahun saya tidak nonton film di bioskop. Bukan karena covid tapi memang tak minat lagi.
Padahal dulu saat SMA di Malang biasanya nonton 2 kali seminggu di bioskop kelas bawah macam Mutiara di dekat stasiun, Merdeka dekat Gereja Katolik Kayutangan (parokiku), atau Dulek alias Kelud gerimis bubar (misbar).
Rabu, 15 Mei 2024
Pelukis Jansen Jasien Berpulang, Jelajah Jagat Abadi Bersama Leluhur
Minggu, 12 Mei 2024
Surabaya dan Malang Sudah Jadi Kota Besar Sejak Zaman Hindia Belanda, Berikut 10 Kota dengan Populasi Eropa Terbanyak Tahun 1930
Sabtu, 11 Mei 2024
Benarkah Misa Dolo-Dolo Dilarang Dinyanyikan di Gereja? Begini Penjelasan Direktur PML Pastor Karl Edmund Prier SJ
Prabowo Muda Sering Dikejar-kejar Gadis-Gadis di London, Mengapa Bowo malah Membentak Cewek-Cewek Bule?
Jumat, 10 Mei 2024
Pendeta Gunawan Gagal di Pileg, Coba Maju Pilwali lewat Jalur Independen, Syarat Terlalu Berat, Waktunya Sangat Mepet
Hotel Tanjung Surabaya Tinggal Kenangan, Dijual setelah Kalah Bersaing di Era Milenial
Rabu, 08 Mei 2024
BMKG Tanjung Perak Minta Warga Waspada Banjir Rob di Kawasan Pesisir Surabaya 7--12 Mei 2024
Selasa, 07 Mei 2024
Suster Maria Lourdes Uran MC dari Lembata Ketua Yayasan Santa Clara di Surabaya
Bapaknya suster ini sebetulnya satu desa dengan saya di Lomblen Island alias Pulau Lembata, NTT. Cuma beda kampung atau dusun. Kami di bukit, mereka di tepi pantai.
Senin, 06 Mei 2024
Pabrik Paku Madjid Asnoen di Waru Diresmikan dengan Pesta Rakyat pada 26 Mei 1957
Ada kawan di Malang punya koleksi Pewarta Soerabaia, surat kabar tertua di Jawa Timur. Edisi 27 Mei 1957. Ada berita singkat tentang peresmian Pabrik Paku Madjid Asnoen di Waru Sidoarjo.
Aha... koleksi koran tempo doeloe itu sekaligus menjawab pertanyaan kawan-kawan di Surabaya dan Sidoarjo. Sekaligus meluruskan informasi di buku Surabaya City of Work karya Howard Dick bahwa pabrik paku di Waru diresmikan oleh Presiden Soekarno.
Yang betul, seperti ditulis Pewarta Soerabaia, Pabrik Paku Madjid Asnoen diresmikan oleh Gubernur Jawa Timur Samadikoen pada 26 Mei 1957. Acara peresmian sangat meriah dengan pesta rakyat.
Pabrik paku di perbatasan Surabaya dan Sidoarjo ini dibangun dengan biaya Rp 20 juta. Produksi tiap hari 15 ton paku.
Bila mesin diesel dapat berjalan maka produksi bisa mencapai 30 ton paku. Saat diresmikan mesin tersebut sedang disetel. Belum dioperasikan.
Koran Pewarta Soerabaia yang terbit di Jalan Petjinan Kulon (sekarang Jalan Karet) menyebut Pabrik Paku Madjid Asnoen ini sebagai pabrik pertama di Indonesia yang menggunakan mesin-mesin otomatis dan modern.
Peresmian pabrik paku legendaris itu juga dihadiri oleh Gubernur BI Mr Sjafruddin Prawiranegara, bekas Menteri Luar Negeri Roeslan Abdulgani, Wakil Menteri Perindustrian Prof Mr Prajoedi, dan Wakil Menteri Perdagangan Mr Boerhanoeddin.
Madjid Asnoen mengatakan pendirian pabrik paku di Waru ini tidak mudah. Banyak kendala yang dihadapi, khususnya terkait PP tentang tambahan TPI sampai 50 persen.
"Tapi berkat keyakinan yang ada serta keteguhan hati yang prihatin maka cita-cita membangun pabrik paku dapat terlaksana," kata Madjid.
Pabrik Paku Madjid Asnoen kemudian jadi pabrik besar yang melayani kebutuhan bahan bangunan di seluruh Nusantara. Bahkan kawasan itu sampai sekarang dikenal sebagai Pabrik Paku. Sebelah timur Terminal Purabaya di Bungurasih.
BMKG Sebut 62 Persen Wilayah Jawa Timur Sudah Masuk Musim Kemarau pada Mei 2024
Kapan awal musim kemarau di Jawa Timur?
Kelihatannya bulan Mei 2024 ini sudah masuk kemarau meski masih sering hujan ringan. Bulan April lalu BMKG Tanjung Perak mencatat 20 hari hujan di Kota Surabaya. Hanya 10 hari yang tidak ada hujan.
Bukan Maret juga 20 hari hujan. Februari 23 hari hujan.
Suhu udara tertinggi pada April mencapai 35,6 derajat Celcius. Warga Surabaya mulai mengeluhkan panas terik pada siang hari. Rasanya seperti mendekati 40 Celcius, kata sejumlah orang.
Sumuk banget!
BMKG Juanda menulis di lamannya:
"Suhu panas yang terjadi di sebagian besar wilayah Jawa Timur dikarenakan sudah memasuki musim kemarau. Sehingga tutupan awan di langit sangat sedikit dan sinar matahari dapat sampai ke bumi secara maksimal akibat tidak adanya tutupan awan.
Sementara itu, secara karakteristik fenomena, suhu panas yang terjadi di wilayah Indonesia merupakan fenomena akibat dari adanya gerak semu matahari yang merupakan suatu siklus yang biasa dan terjadi setiap tahun, sehingga potensi suhu udara panas seperti ini juga dapat berulang pada periode yang sama setiap tahunnya."
BMKG mengonfirmasi bahwa wilayah Jawa Timur sudah mulai masuk musim kemarau. Bulan Mei ada 65 persen zone yang masuk kemarau.
April ada 27 persen memasuki awal kemarau pada dasarian ketiga. Di antaranya, Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Mojokerto.
Bulan Juni hanya ada 8 persen zona di Jawa Timur yang masuk kemarau. Artinya sebagian besar wilayah di Jawa Timur, 92 persen, sudah masuk kemarau pada bulan Mei 2024.
Rasanya musim hujan tahun 2023-2024 ini begitu lekas berlalu. Tidak terlalu lama. Intensitas hujannya juga tidak tinggi. Hampir tidak ada cuaca ekstrem yang membuat pohon tumbang, angin puting beliung dan sebagainya.
Tahun sebelumnya curah hujan sangat tinggi dan musim hujan lebih lama. Jas hujan harus ganti dua kali saking seringnya dipakai. Musim ini jas hujan jarang dipakai.
Minggu, 05 Mei 2024
Kaset Lusuh Incognito Terselip di Buku Lawas, Terkenang Wawancara Khusus dengan Jean-Paul ‘Bluey’ Maunick, Bos Incognito Band
Jumat, 03 Mei 2024
Bahasa Nagi atau Melayu Larantuka Bermula dari Bahasa Para Pengungsi dari Melaka (Malaka) Malaysia
Tiga atau empat hari ini ada diskusi menarik tentang bahasa Nagi atau Melayu Larantuka di salah satu grup media sosial. Saya baca komen-komen warganet. Ada yang bagus, ilmiah, tapi banyak juga yang asbun: asal bunyi.