Jumat, 31 Mei 2024

Kelembaban vs Kelembapan dan Merubah vs Mengubah

Saban hari BMKG Tanjung Perak mengirim rilis prakiraan cuaca. Namanya juga ramalan, kadang tepat kadang meleset. Diramalkan hujan ternyata terang. Beda dengan ramalan cuaca di Jepang atau USA yang katanya sangat akurat.

Aku perhatikan sejak dulu BMKG Perak Surabaya dan BMKG Juanda Sidoarjo menyebut "kelembaban, lembab" untuk humidity dan humid. Kelembaban Surabaya besok 80 persen, tulis BMKG.

Kata bahasa Indonesia yang baku itu lembab atau lembap?

"Lembab," kata Fulan sarjana sospol.
"Lembab," kata Ana sarjana hukum.
"Lembab," kata Wawan lulusan SMK.
"Sama saja," kata Mamat DO karena terlalu sering unjuk rasa.

"Saya cek kamus dulu," kata Anis sarjana bahasa.

Setelah mengecek kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) dan kamus daring, dipastikan kata baku adalah "lembap", bukan "lembab". 

kelembapan, bukan kelembaban.
pelembap, bukan pelembab. 
melembapkan, bukan melembabkan.

Begitu banyak orang Indonesia yang berpendidikan tinggi tidak pernah buka kamus. Termasuk para pegawai BMKG yang saban hari mengukur kelembapan udara. Mereka tidak sadar bahwa "lembab" dan "kelembaban" itu kata yang tidak baku.

Pagi ini Susan teman SMA membagi tulisan di WAG Alumni Grafiti Smansa Ngalam alias A1 (Fisika). Kalimat pertama ada kata "merubah". 

Rupanya masih banyak orang Indonesia yang lupa atau tertidur saat pelajaran bahasa Indonesia di SMP dulu. Ilmu dasar pembentukan kata berimbuhan, morfologi, tidak dikuasai dengan baik. Termasuk kawan yang sudah bergelar doktor (S-3).

me + ubah  jadi mengubah ✅
me + ulang jadi mengulang ✅

me + ubah jadi merubah ❌
me + rubah jadi merubah ✅ (menjadi rubah, sejenis binatang buas)

Uklam Tahes Edisi 112 Ikamisa Malang, Nostalgia SKJ hingga Ruth Sahanaya

Makin tua makin senang reuni. Karena itu, Uklam Tahes Ikamisa atau Mitreka Satata sudah berjalan 112 edisi. 

Dalam setahun bisa tujuh atau delapan kali Uklam Tahes = Mlaku Sehat. Lokasinya bisa di dalam Kota Malang, di kompleks SMAN 1 Malang, Batu, hingga dekat Gunung Kawi nun jauh di sana. Terserah panitianya.

Minggu 26 Mei 2024, Ikatan Alumni Mitreka Satata (Ikamisa) mengadakan Uklam Tahes edisi 112. Lokasinya di Lapangan Basket Smansa yang sangat terkenal itu. Sekaligus mengenang masa muda menuntut ilmu di gedung sekolah tua peninggalan Belanda itu.

Uklam Tahes ini ibarat reuni tipis. Khususnya bagi angkatan yang ketiban pulung jadi host. Kali ini Ikamisa 91 jadi panitia. Nawak-nawak 91 sekaligus reuni 33 tahun tidak kopi darat setelah tamat SMAN 1 Malang di depan Alun-Alun Bunder dan Balai Kota Malang itu.

Ada yang ngangeni pada uklam tahes ini. Senam kesegaran jasmani (SKJ). Senam pagi khas Orba yang dulu wajib dihayati dan diamalkan oleh pelajar di Indonesia. Mulai SD sampai SMA. Anak kuliahan jarang senam pagi.

Nawak-nawak 91 juga menyiapkan band lagu-lagu lawas. Semut Hitam dari Godbless, Heaven Knows - Rick Price, Jump - van Halen, Memori - Ruth Sahanaya.

Ayas perhatikan dulu saat sekolah di kompleks Tugu Ngalam ini musik rock sangat dominan. Dangdut atau koplo jadi bahan guyonan. Pop cengeng ala Pance atau Obbie Messakh jadi bahan tertawaan. Jazz ala Karimata dan Krakatau atau Dian Pramana Poetra dikasih jempol.

Ayas punya nawak, Ratno, sangat jago mukul drum. Spesialis musik rock progresif ala Genesis. Ratno sudah pulang ke rahmatullah saat musim covid lalu. Melihat nawak-nawak main lagu-lagu rock ayas jadi ingat Ratno ini. 

Uklam Tahes membuat sam-sam, nawak-nawak, kida-kida serasa kembali muda 20 atau 30 tahun. Ketika masih kuat uklam jauh menyusuri Ngalam City yang waktu itu masih sejuk.

Sekarang nawak-nawak Ikamisa makin kewut. Senam SKJ yang tidak seberapa lama pun bikin ngos-ngosan. Kecuali Ikamisa generasi Z yang masih full energi.

Rabu, 29 Mei 2024

Blog Pribadi Makin Tidak Populer - 100 PV Sudah Bagus

Masa jaya blog atau website sudah lama berlalu. Orang beralih ke media sosial. Khususnya Instagram dan X. YouTube juga populer. Facebook masih bagus untuk yang agak berumur.

Statistik bicara. Kemarin blog ini dikunjungi 111 orang. Mungkin cuma klik. Belum tentu dibaca. Hari ini cuma 63 pengunjung. Angkanya terus bergerak hingga update hari pada pukul 07:00 WIB.

Tidak mudah mendapat 100 PV saban hari. Kecuali blog atau website yang benar-benar bermutu. Atau si blogger sengaja mengundang kawan-kawannya lewat medsos untuk mengklik artikel-artikelnya. 

Praktik macam ini sangat umum di era digital yang mendewakan PV atau algoritma. Tidak perlu membaca. Cukup klik banyak kali artikel tertentu terindeks google. Dianggap populer dan bermutu.

Amahurek ini tidak main akal-akalan algoritma, SEO, dan sebagainya. Biasa saja. Main generik. Pengunjung yang cuma 111, sering di bawah 100, semuanya ditanggung generik. Asli tanpa rekayasa SEO. 

Karena itu, sulit bagi amahurek.blogspot.com masuk di peringkat atas google index. Bisa masuk halaman 3 atau 7 saja sudah bagus. Apalagi ternyata banyak sekali artikel di blog ini tidak terindeks google. Ada saja alasan mbah gugel itu.

Beta perhatikan artikel populer dalam dua pekan ini masih terkait Lamaholot atau Flores Timur dan Lembata. Pantun Dolo-Dolo Lamaholot masih nomor 1. Barangkali banyak anak muda di NTT, suku Lamaholot, yang ingin belajar pantun berbahasa daerah Lamaholot.

Nomor 2 dan 3 doa Bapa Kami dalam bahasa Lamaholot. Sembahyang Ama Dewa Lera Wulan sebenarnya tulisan iseng saja. Tapi rupanya sangat langka dan sering dicari orang NTT asal Kabupaten Flores Timur dan Kabupaten Lembata.

Padahal, sembahyang Ama Dewa Lera Wulan atau Bapa Kami bahasa Lamaholot itu bukan doa resmi Katolik di Keuskupan Larantuka. Tidak pernah ada naskah doa bahasa daerah di beta punya daerah 

Ama Dewa Lera Wulan itu dikarang sendiri oleh seorang mantan frater asal Pulau Lembata. Ada lagi doa Bapa Kami bahasa daerah karangan orang Adonara, Solor, Larantuka pakai bahasa Lamaholot versi kampungnya. Sebab bahasa Lamaholot itu ada banyak versi atau dialek.

Sejarah pabrik paku di Waru Sidoarjo juga masuk daftar pencarian tertinggi. Kemudian Doris Sunardi mantan penyanyi Twin Sisters yang kini jadi pendeta Gereja Allah Baik (GAB) di Sidoarjo.

 Rupanya banyak orang penasaran dengan istri musisi dan penyanyi Deddy Dores. Kembarannya Doris bernama Dagmar memang pernah jadi istri Deddy Dores. Gara-gara Dagmar sering masuk infotainmen, artikel tentang Doris pun ikut populer.

Beta jadi teringat Pramoedya Ananta Tour. Saat dibuang di Pulau Buru Pram saban hari menulis di atas kertas bekas bungkus semen. Atau kertas apa saja. Tidak ada buku tulis. Tidak ada mesin ketik. Masih serba kekurangan dan primiti.

Tapi Pram tetap bergairah menulis, menulis, menulis... pakai tulisan tangan. Dia tidak pernah berpikir tulisan-tulisannya itu kelak jadi novel paling terkenal di Indonesia. Tetralogi dari Pulau Buru. 

Sabtu, 25 Mei 2024

RESMI! Pater Budi Kleden SVD Ditunjuk Jadi Uskup Agung Ende

Di akhir pekan ini, Sabtu 25 Mei 2024,  ada kabar menarik. Paus Fransiskus akhirnya memilih Pater Paulus Budi Kleden SVD sebagai Uskup Agung Ende. 

Dengan demikian, takhta lowong di Keuskupan Agung Ende terisi. Pater Budi Kleden menggantikan Uskup Agung Ende Mgr Vincentius Sensi Potokota yang meninggal dunia pada 19 November 2023 di Jakarta pada usia 72 tahun.

Saat ini Pater Budi Kleden yang asli Waibalun, Flores Timur, menjabat  Superior General SVD di Vatikan, Roma. Dialah orang Indonesia pertama yang menjabat superior general kongregasi di Vatikan.

Pater Budi telah menjabat sebagai Superior  General SVD satu periode (enam tahun). 

"Karena sudah terpilih sebagai Uskup Agung Ende, maka tentu di akhir jabatannya sebagai Superior SVD nanti bulan Juli 2024, ia akan kembali ke Indonesia dan mengemban tugas baru sebagai Uskup Agung Ende," kata Pater Fritz Meko SVD di Surabaya.

Selamat untuk Pater Budi Kleden SVD sebagai Uskup Agung Ende yang baru.

Sembahyang Ama Dewa Lera Wulan - Bapa Kami Bahasa Lamaholot

Tite ata Lamaholot toi sembahyang Pater Noster bahasa Latin, Bapa Kami bahasa Indonesia, Rama Kawula bahasa Jawa, Our Father Who Art In Heaven bahasa Inggris.

Bapa Kami bahasa Lamaholot? 

Go hapal hala. Go koi hala. 

Tuan-tuan pater, katekis rae lewo nolo ajar ribu ratu sembahyang bahasa Melayu (Indonesia). 

Koda kiring sembahyang lohumen pe take. Ata Jawa Katolik nong misa bahasa Jawa. Ata Batak misa bahasa Batak. 

Ata kiwanen Lamaholot misa bahasa Lamaholot? Ehhh... take paera.

Versi Bahasa Indonesia:

Kita orang Lamaholot (Flores Timur dan Lembata) saban hari sembahyang Bapa Kami pakai bahasa Indonesia. Dulu biasa disebut bahasa Melayu oleh orang-orang tua di kampung.

Selain bahasa Indonesia, orang Katolik di seluruh dunia hafal Pater Noster bahasa Latin. Kalau tidak hafal bisa baca di buku Puji Syukur atau Madah Bakti. Di internet lebih gampang menemukan teks Pater Noster.

Saya yang sudah lama di Jawa pun sudah biasa berdoa Rama Kawula di misa bahasa Jawa. Our Father Who Art in Heaven - Bapa Kami bahasa Inggris - pun saya hafal. 

Tapi Bapa Kami bahasa Lamaholot?

Saya tidak hafal. Bahkan saya tidak pernah tahu ada Bapa Kami dalam bahasa Lamaholot. Di buku-buku pun tidak ada. Angkatan bapak dan kakek saya pun tidak tahu sembahyang pakai bahasa daerah.

Belakangan baru ada beberapa orang Lamaholot yang mengarang sendiri sembahyang Bapa Kami dalam bahasa Lamaholot. Ada Lamaholot versi Ile Boleng (Adonara), Ile Mandiri (Larantuka), Ile Ape (Lembata), Solor dan sebagainya.

Tidak ada Bapa Kami versi resmi dalam bahasa Lamaholot. Misa dalam bahasa daerah Lamaholot pun tidak ada. Semuanya dalam bahasa Melayu, kemudian bahasa Indonesia.

 Tempo doeloe semua misa pakai bahasa Latin.

Karena itu, saya kagum dengan orang Katolik di Jawa yang ada liturgi dalam bahasa Jawa. Semua doa-doa resmi Katolik ada versi bahasa Jawa. 

Bulan Mei ini bulan Maria. Sebulan penuh ada sembahyang rosario. Saya jadi teringat sembahyang Bapa Kami dalam bahasa Lamaholot.

Saya sendiri tidak hafal meski pernah berusaha mengulang-ulang Bapa Kami ratusan kali. Selain faktor usia yang kian menua, daya ingat berkurang, kata-kata Lamaholot yang dipakai dalam doa Ama Dewa Lera Wulan bukan bahasa sehari-hari tapi bahasa sastra kelas tinggi. Semacam krama inggil di Jawa.

Yang jelas, doa Bapa Kami versi Latin, Indonesia, Inggris, Jawa, Batak, Lamaholot dsb sebenarnya sama saja. Yesus dan murid-muridnya dulu pun tidak berdoa dan berkomunikasi dalam bahasa Latin atau Inggris.

Anehnya, kita tidak pernah diajari teks doa asli Bapa Kami dalam bahasa asli yang diucapkan Yesus Kristus saat mengajarkan doa itu kepada para muridnya. Makanya dulu waktu masih usia SMP saya mengira Yesus berbahasa Latin.


Selasa, 21 Mei 2024

Nostalgia Surabaya: Viaduk Pengampon, Stasiun Semut, Pasar Turi

Cukup banyak viaduk warisan Hindia Belanda di Surabaya. Salah satunya di Jalan Pengampon. Persis di perlintasan kereta api ke Jalan Bunguran.

Sejumlah sumber menyebut Viaduk Pengampon dibangun pada 1926. Resmi beroperasi pada 28 Oktober 1926 - dua tahun sebelum Soempah Pemoeda.

Viaduk atau jembatan di atas jalan ini merupakan proyek dari perusahaan Staatssporweegen (SS), perusahaan kereta api pada masa Hindia Belanda.

Viaduk Pengampon dibangun untuk menghubungkan Sidotopo dengan Kalimas. Pada 1920-an juga dibangun viaduk-viaduk lain di Surabaya.

Meski sudah sangat tua, hampir satu abad, Viaduk Pengampon masih kuat. Bangunannya juga masih original. Karena itu, ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya berdasar SK Wali Kota Surabaya No.188.45/505/436.1.2/2013.

Tak jauh dari Viaduk Pengampon terdapat Stasiun Kereta Api Surabaya Kota. Biasa disebut Stasiun Semut. Sayang, stasiun itu sudah lama digunakan oleh PT Kereta Api Indonesia.

Bangunan Stasiun Semut juga ditetapkan sebagai cagar budaya. Namun sampai sekarang mangkrak. Bahkan, ada yang bilang sudah dijual ke pihak ketiga.

Penutupan Stasiun Semut berdampak luar biasa pada bisnis perhotelan dan wisata di kawasan Surabaya Utara. Puluhan losmen, hotel kelas melati, bintang dua atau tiga jadi lesu dan akhirnya gulung tikar.

Padahal, dulu ketika Stasiun Semut masih aktif ada banyak hotel di dekat stasiun, Pasar Turi, Kapasan, Cantian, Bongkaran, hingga Ampel dan Nyamplungan.

Bangunan Hotel Slamet di Jalan Bongkaran sedang dibongkar. Hotel-hotel lain di kawasan itu pun kelihatan merana. Masih lumayan ada hotel baru di Slompretan yang lumayan berhasil bisnisnya.

Senin, 20 Mei 2024

Merokok Mati, Tidak Merokok juga Tetap Mati - Budaya Golo Bako di Lamaholot NTT

Merokok itu sudah jadi budaya di Nusantara sejak zaman purbakala. Laki-laki Lamaholot di NTT kalau tidak merokok dianggap aneh. Setiap tamu yang datang ke rumah pertama kali disuguhi rokok klobot atau lintingan.

"Ama, pai golo bako ki," begitu sapaan orang kampung di Lembata Island, NTT, yang lewat di depan rumah, pondok, gubuk dan sebagainya.

"Golo bako ki" (ngelinting tembakau dulu) menjadi sapaan santun. Semacam unggah-ungguh. Bako arti awalnya tembakau tapi bisa juga rokok.

Siapa saja yang lewat diajak "golo bako" meski orang baru atau belum kenal. Kita dianggap tidak sopan di Lembata (dulu) kalau tidak mengajak orang laki untuk merokok sejenak di rumah.

Bagaimana kalau tidak ada "bako" di rumah? Jangan khawatir. Bisa minta atau pinjam di tetangga sebelah. Nanti dikembalikan atau tidak urusan belakang.

Begitu berakarnya "budaya golo bako" sehingga sulit melarang orang-orang kampung untuk berhenti merokok. Meskipun dikasih tahu ada banyak racun, bahaya nikotin, tar dsb, orang kampung sulit percaya. 

Karena itu, peringatan pemerintah di bungkus rokok, gambar orang yang mulutnya rusak, kena kanker dsb dianggap angin lalu. Golo bako (merokok) dianggap sudah dilakukan nenek moyang.. dan bukan masalah.

Para perantau Lamaholot yang mudik biasanya didatangi orang kampung. Pertanyaan pertama, "Bako tega nai?" (rokoknya mana?)

Kalau lupa membawa oleh-oleh rokok, ya, terpaksa beli rokok di kios. Budaya golo bako (ngelinting rokok) tidak lagi harfiah seperti dulu. Sekarang rokoknya kebanyakan buatan pabrik di Kediri atau Kudus atau Surabaya. 

Golo bako koli - ngelinting daun siwakan - sudah jarang dilakukan generasi muda. Sebab, Gudang Garam, Wismilak, 234, Djarum jauh lebih nikmat dan nagih, katanya.

Saya teringat budaya golo bako di Lembata setelah ngobrol dengan Dukut Imam Widodo di Surabaya. Lelaki asal Malang ini sangat terkenal sebagai penulis buku-buku berbau tempo doeloe. Soerbaia Tempo Doeloe, Malang Tempo Doeloe, Djember Tempo Doeloe... dan masih banyak lagi.

Dukut sedang mempersiapkan buku berjudul Ngrokok Matek, Gak Ngrokok Matek". Judul yang menarik meski berlawanan dengan peringatan pemerintah.

"Saya memang sengaja memilih judul yang kontroversial," katanya enteng.

Dukut Imam Widodo kemudian menulis:

"Saya sudah berhenti merokok sejak usia 50 tahun.

Lantas melalui buku ini apakah saya akan menganjurkan Sampeyan untuk berhenti merokok? Nggak blas!

Sampeyan katene ngrokok, yoo sak karepmu. Gak katene ngrokok, yoo sak karepmu.

Masalahnya, saya punya saudara sepupu perokok berat. Ia meninggal di usianya yang relatif masih sangat muda 40 tahun. Padahal kariernya sedang menanjak.

Di samping itu saya pun mempunyai saudara sepupu pula yang meninggal pada usia 40 tahun juga. Padahal dia sama sekali bukan perokok.

Mbah Sumo, mbahnya kerabat saya, sepanjang hidupnya adalah perokok berat. Rokoknya klobot, mbakonya rajangan yang dibeli di Pasar Bandar.

Suatu ketika salah seorang cucunya, menemukan Mbah Sumo sudah wafat di gubug sawah. Jari-jarinya masih menjepit sebatang rokok klobot yang masih menyala.

Usia beliau ketika meninggal menginjak 80 tahun. Sudah jelas kiranya bahwa: Hidup dan matinya manusia itu hanya ada di tangan Tuhan.

Kesimpulannya: "Ngrokok Matek, Gak Ngrokok yoo Tetep Matek".

Minggu, 19 Mei 2024

Gereja Katolik Bebas St Bonifacius dan Perhimpunan Theosofi di Surabaya

Di Surabaya, dekat Taman Bungkul, ada Gereja Katolik Bebas St Bonifacius. Bangunannya khas gereja zaman Hindia Belanda. Tidak besar tapi menarik.

Banyak orang Katolik Roma heran ada Gereja Katolik Bebas? 

Apakah ada hubungan dengan Katolik biasa (yang tidak bebas)? 

Liturginya bagaimana? 

Kolom agama di KTP jemaatnya ikut agama apa? Katolik atau Kristen Protestan?

Dulu saya pernah menulis agak panjang Gereja Katolik bebas. Tapi hilang di blog lama. Saya pernah dua atau tiga kali ikut misa di Katolik Bebas itu. Ingin tahu liturginya seperti apa.

Ternyata secara umum hampir sama dengan ekaristi di Katolik Roma. Bahkan sama dengan misa di Gereja Katolik sebelum Konsili Vatikan II. Pastornya membelakangi umat. Ada pagar pembatas area altar dengan jemaat.

Kata-kata liturgi pun boleh dikata 11/12 dengan Katolik Roma. Cuma beda terjemahan saja. Lagu-lagunya tenang, meditatif, banyak pendarasan Mazmur macam di biara-biara.

Bedanya, Gereja Katolik Bebas tidak mengakui Paus di Vatikan. Pusat gerejanya di Belanda kalau tidak salah. Gereja ini sangat mirip Katolik Roma meski di Indonesia digolongkan sebagai Kristen (Protestan). Sebetulnya kurang cocok disebut Protestan.

Gak nyangka, Stefanus Nuradhi, anggota komunitas tempo doeloe, ternyata tahu banyak tentang Gereja Katolik Bebas. Bahkan, dia pernah jadi misdinar alias putra altar di GKB St Bonifacius.

"Berkunjung ke dua bangunan berdampingan di Jalan Serayu 9 dan 11  sama saja kembali ke kenangan waktu remaja dulu. Bagaimana tidak, karena waktu itu saya aktif sebagai anggota PPTI (Perhimpunan Pemuda Theosofi Indonesia Cabang Surabaya "JYOTI", dan juga misdinar di GKB St. Bonifacius," tulis Stefanus.

Gereja Katolik Bebas St Bonifacius Surabaya dibangun tahun 1923. Peletakan batu pertama dilakukan oleh Loji Mason St Germain, dibangun oleh Nedam dan didesain oleh Jo & Sprey.

Tahun 1926 Gereja Katolik Bebas St Bonifacius diresmikan oleh Bishop (Uskup) regional Hindia Belanda waktu itu J.L. Mazel. Gedung itu secara terus-menerus dipakai untuk ibadah hingga sekarang.

"Bentuk bangunan gereja sendiri sepertinya terinspirasi gereja kecil distrik di Eropa," kata Stefanus yang kini anggota Gereja Katolik (Tidak Bebas) di Jalan Kepanjen, Surabaya.

Di sebelahnya, pada tahun 1929 dibangun gedung loji  St. Germain. Peletakan batu pertamanya dilakukan oleh C.W. Leadbeater pada hari Sabtu 3 Agustus 1929. Peresmiannya oleh A.G. Vreede pada 23 Agustus 1930.

"Dua gedung ini merupakan warisan heritage buat Surabaya, yang sarat dengan sejarah gerakan Theosophical Society yang didirikan oleh Helena Petrovna Blavatsky dan Col. Olcott di NY 1875 dan menyebar ke seluruh dunia termasuk Indonesia. Tahun 1882 pusat pindah ke Adyar, India."

Dalam perkembangannya Theosofi memiliki dua sanggar. Satunya di Jalan Kedungdoro 4 dengan status sewa untuk kegiatan organisasi dan gathering.

Sedangkan gedung di Jalan Serayu 9 untuk pendalaman esoteris theosofi. Saat ini Perhimpunan Theosofi Tjabang Indonesia (PTTI) telah berubah jadi Perhimpunan Warga Theosofi Indonesia Sanggar Penerangan. 

Jumat, 17 Mei 2024

Dr Daniel Rohi Gagal Pertahankan Kursi di DPRD Jawa Timur

Tidak banyak orang NTT yang berhasil duduk di kursi DPRD Jawa Timur. Khususnya di era reformasi yang pakai pemilihan langsung. Beda dengan pemilu lama yang cuma tusuk gambar partai.

Salah satu dari sedikit orang NTT yang mampu menembus Indrapura - gedung DPRD Jawa Timur - adalah Dr Daniel Rohi. Politikus PDI Perjuangan itu tercatat sebagai anggota DPRD Jawa Timur periode 2019-2024. Daerah pemilihannya Malang Raya.

Karena itu, dulu Daniel Rohi sering blusukan ke Malang Raya. Salah satunya kawasan Malang Selatan yang umat kristennya banyak. Itu yang membuat dosen UK Petra ini lolos.

Sebagai petahana mestinya Daniel bisa mempertahankan kursinya di Malang Raya. Lebih muda ketimbang caleg-caleg muka baru.  Tapi kali ini Daniel Rohi gagal. Kursinya hilang.

"Saya masuk rangking 5, sementara PDI Perjuangan hanya dapat tiga kursi. Berkurang satu kursi," katanya.

Perolehan suara Bung Rohi sebetulnya  meningkat 24,80% dibanding tahun 2019.

Tahun  2014 mendapat 20.400
Tahun 2019 mendapat  34.749
Tahun 2024 mendapat  43.366

Namun caleg lain lebih unggul perolehan suara. Kalaupun PDIP dapat empat kursi pun Daniel tetap terpental.

"Dengan demikian, saya tidak mendapat kursi/tidak lolos dalam Pileg 2024," kata lelaki asal Kupang, NTT, itu.

"Mohon maaf atas segala kesalahan/kekilafan  dalam proses tersebut. Saya percaya bahwa Tuhan punya rencana yang terbaik bagi saya," tulis Dr. Ir. Daniel Rohi, M.Eng.Sc, IPU dalam surat elektroniknya.

Gagalnya Daniel Rohi masuk parlemen berarti tak akan ada lagi baliho besar dipajang di kawasan Jalan Basuki Rahmat, Kayutangan, pusat Kota Malang. Biasanya saban jelang Natal, Tahun Baru, Paskah ada saja baliho Daniel Rohi di tengah kota.

Apa rencana Tuhan untuk Daniel Rohi? Kembali lagi ke kampus? Bersiap maju lagi pada pileg mendatang?

Yang pasti, saya lihat DPRD Jawa Timur selama ini antara ada dan tiada. Ada atau tiada sama saja.

Monggo Dipun Badhog bersama Dukut Imam Widodo - Nostalgia Kuliner Surabaya

Sesekali Ayas nyambangi Dukut Imam Widodo di Wiguna Tengah, Gunung Anyar, Surabaya. Kera Ngalam asli ini dikenal sebagai penulis buku-buku tempo doeloe di Jawa Timur. Kebetulan dia menguasai bahasa Belanda, Inggris, Arab (pernah kerja di Saudi), sedikit Prancis.

Sam Dukut ini kebetulan satu alumni dengan Ayas di Mitreka Satata alias SMAN 1 Malang. Ayas kasih tau ada acara Uklam Tahes - jalan sehat - semacam reuni tipis di Oud School van Ngalam. Sam asli Lowokwaru ini biasanya males ikut uklam tahes atawa reuni-reunian.

Obrolan pun apa lagi kalau bukan buku-buku karangan Dukut Imam Widodo. Salah satunya MONGGO DIPUN BADHOG. Ayas dulu kaget dengan kata badhog. Banyak orang bilang kasar. Tidak sesuai dengan tata krama dan unggah-ungguh Jowo.

Tapi bukan Sam Dukut kalau tidak bisa membuat alasan yang tokcer. Pertanyaan soal "badhog" juga disampaikan saat peluncuran buku itu di CCCL Surabaya.

Ada seorang ibu komplain. Mengapa judul bukunya kok kurang sopan? Kata badhog atau mbadhog itu gimana gitu.

Sam Dukut mengenang:

"Saya tanya ke Ibu itu: Buk, Sampean pernah blusukan di kampung-kampung Suroboyo? Ibu itupun njawab, ndak pernah. Itulah masalahnya.

Untuk soal 'makan', Wong Suroboyo ndak ada yang bilang 'dahar'. Lazimnya mereka bilangnya 'mbadog'. Yang agak kasar sedikit 'nyosrop', atau 'njeglak'. Jadi, itulah alasannya mengapa buku ini judulnya Monggo Dipun Badhog yg nyritakan kuliner tempo doeloe di Surabaya."

Kata-kata bahasa Jawa memang banyak sinonimnya. Dan rasa bahasanya beda. Ada yang netral, biasa, kasar, kasar banget, halus, hingga halus bangeeet. Badhog ini termasuk kata kasar banget, kata ibu itu dan banyak orang Jawa umumnya.

Dukut Imam Widodo menceritakan dengan gaya khas jenaka aneka makanan khas Suroboyo. Bikang, onde-onde, nogosari, kucur, getas, klepon, lopis, klanting, gethuk.

Ada lagi badhogan berkuah seperti soto, rawon, tahu campur, lontong balap, kupang lontong.

"Tapi, Dulur, pernahkah Sampèyan mendengar nama mageli, santinet, gempo, kulpang, klethikan, juwawut, roti benthel, bubur manggul, bongko, selong, lempang-lempung, srebe, kompolan, bledus, bobohan, kreco, jemunek, srinthil, gebedel, dumbleg, grobyak, dan masih banyak lagi nama-nama aneh lainnya.

Bisa jadi Sampean sudah pernah dengar bahkan sudah pernah merasakannya. Tapi bagi yang belum, mungkin akan bertanya-tanya dalam hati: Iki ngono jenenge badhogan opo limbah pabrik?"

Kamis, 16 Mei 2024

Lihat Syutingnya di Surabaya lalu Dapat Undangan Nonton Film Possession (Kerasukan), Cerita Rumit dan Horor


Sudah lima atau enam tahun saya tidak nonton film di bioskop. Bukan karena covid tapi memang tak minat lagi. 

Padahal dulu saat SMA di Malang biasanya nonton 2 kali seminggu di bioskop kelas bawah macam Mutiara di dekat stasiun, Merdeka dekat Gereja Katolik Kayutangan (parokiku), atau Dulek alias Kelud gerimis bubar (misbar).


Rabu malam, 15 Mei 2024, akhirnya nonton lagi di Delta XXI Surabaya. Film Possession atawa Kerasukan.

Nonton karena ada undangan khusus dari produsernya. Sebuah penghargaan karena sedikit banyak saya dan kawan-kawan ikut menemani para kru dan pemain saat syuting di Surabaya awal tahun 2023 lalu.

Bahkan, artis-artis didandani, ganti pakaian, makan minum dsb dilakukan di kantor tempat kerja saya di kawasan Kembang Jepun, Surabaya. Gedung tua eks Belanda disulap jadi Nite Club tempat si Faris (Darius Sinathrya) ngamuk sama Wahyu karena dicurigai ada main dengan Ratna istrinya.

Lokasi syuting film garapan sutradara Razka Robby Ertanto ini sekitar 60 persen di Surabaya. Mulai dari Kembang Jepun, Kalimalang, Gemblongan, Jembatan Merah, Balai Pemuda hingga Pangkalan Armada 2 TNI AL. 

Gara-gara ikut mendampingi sutradara, produser, pemain, kru bus, properti dsb, saya jadi paham betapa rumitnya proses produksi film. Betapa mahalnya bikin film yang bagus.

Saya pun bisa ngobrol santai dengan aktor dan aktris macam Darius Sinathrya, Carissa Perusset, Sara Fajira, Arswendy Beningswara, Nugie.

Saya tidak pernah membayangkan syuting yang panjang di Surabaya dengan fokus di bangunan-bangunan tua bakal jadi film seperti ini. Jadi horor, aneh, menegangkan selama 90 menit. 

Nonton film ini nyaris tak ada guyonnya sama sekali. Yang agak menggelitik si Faris yang baru pulang tugas selama 3 bulan terpaksa onani karena Ratna menolak "melayani" suami karena datang bulan dan alasan lain yang jadi benang merah film ini.

Rabu, 15 Mei 2024

Pelukis Jansen Jasien Berpulang, Jelajah Jagat Abadi Bersama Leluhur

Subuh ini (15/5/2024) aku buka medsos. Biasanya dapat cerita lucu atau lagu-lagu liturgi khas NTT. Tapi malah dapat kabar duka. Mas JJ Jansen Jasien  berpulang.

Seakan tak percaya. Mas JJ pergi secepat ini. Bulan lalu usianya gebap 50 tahun.

Terakhir aku nyambangi JJ saat pameran tunggal di Gedung PWI Jawa Timur, Jalan Taman Apsari, Surabaya, 10 Maret 2024.

Pagi itu aku nggowes sepeda pancal ke Balai Wartawan. Aku sambangi JJ. Hanya kami berdua di situ. Masih ada sisa kopi di gelas khas arena pameran lukisan.

JJ memang menunggui lukisan-lukisannya tentang Kerajaan Majapahit, Singosari, dan sejenisnya.

 Ngobrol lamaaa sekali. Lebih tepatnya aku cuma mancing, lalu Mas JJhiahaha kasih kuliah tentang Ken Arok, Gajah Mada, Hayam Wuruk... hingga Terung Wetan di Krian.

Aku memotret JJ beberapa kali. Salah satu adegan adalah mengirim doa kepada para leluhur. JJ langsung praktik kirim doa, asap dupa, kembang setaman dab sebagainya.

"Kita semua akan kembali ke sana. Bertemu dengan leluhur," katanya dalam bahasa Jawa halus.

Muhammad Yasin - nama asli JJ - memang selalu berbahasa krama inggil dengan siapa pun. Termasuk dengan saya yang bukan Jowo. 

Selamat jalan, Mas JJ 🙏🏼🙏🏼
Selamat bahagia di sana 🙏🏼🙏🏼
Selamat jelajah jagat abadi 🙏🏼🙏🏼

Minggu, 12 Mei 2024

Surabaya dan Malang Sudah Jadi Kota Besar Sejak Zaman Hindia Belanda, Berikut 10 Kota dengan Populasi Eropa Terbanyak Tahun 1930

Banyak anggota kelompok gedung tua seakan heran dengan banyaknya bangunan peninggalan Belanda di Surabaya. Minggu pagi ini (12/5) Ben Malkan menulis komentar:

"Banyak jg ya Orang Europe (Belanda) yg menetap di Surabaya klu menilik dr bangunan2 yg ditinggalkannya."

Anggota dari Jogja ini rupanya kurang pengetahuan tentang perkembangan kota-kota dan persebaran penduduk pada masa Hindia Belanda. Soerabaia - atau Soerabaja, kemudian ganti ejaan jadi Surabaja dan Surabaya - sejak dulu memang sudah jadi kota besar di Nusantara. Beda tipis dengan Batavia - sekarang Jakarta.

Soerabaia adalah kota dagang utama Hindia Belanda karena ada pelabuhan di Kalimas dan Tanjung Perak. Batavia juga punya pelabuhan. Karena itu, wajarlah kalau populasi orang Belanda (Eropa) di Soerabaia sangat banyak. Sedikit di bawah Batavia.

Populasi Bangsa Eropa (Belanda) di Hindia Belanda Tahun 1930

1. Batavia        37.278 
2. Soerabaia   26.463
3. Bandoeng   19.664
4. Semarang   12.577
5. Malang         7.530
6. Djokja          5.604
7. Buitenzorg   5.239
8. Medan           4.292
9. Magelang    4.189
10. Makassar   3.600

Malang sangat menarik. Meski bukan ibu kota provinsi, kota dingin ini sejak zaman Belanda sudah jadi kota besar kelima di Hindia Belanda. Bangsa Belanda ada 7.530 jiwa di Malang. Jauh lebih banyak ketimbang Jogjakarta atau Medan atau Makassar.

Maka, pantaslah kalau di Malang ada begitu banyak gedung peninggalan Hindia Belanda yang masih bertahan hingga kini. 

Buitenzorg alias Bogor mirip Malang di Batavia. Sama-sama kota sejuk. Sama-sama dijadikan tempat tinggal dan istirahat bagi orang Belanda untuk melepas penat setelah bekerja keras di Batavia.

Sabtu, 11 Mei 2024

Benarkah Misa Dolo-Dolo Dilarang Dinyanyikan di Gereja? Begini Penjelasan Direktur PML Pastor Karl Edmund Prier SJ

Sudah lama saya tidak mendengar misa dolo-dolo dinyanyikan saat misa di gereja-gereja katolik di Jawa Timur. Misa senja, misa syukur juga tidak terdengar lagi. Mungkin sudah lima atau enam tahun ini.

Bisa jadi karena selera umat di Jawa Timur berubah. Kor-kor sekarang saya amati lebih suka lagu-lagu ordinarium misa yang panjang + lengkap ala Gregorian. 

Misa Kita IV paling populer di Jawa Timur meski komposisinya paling sulit ketimbang misa-misa lain di buju Puji Syukur. Dari 10 kali misa yang saya hadiri di Surabaya, Malang, Pandaan, atau Mojokerto mungkin 9 kali pakai Misa Kita IV ciptaan Romo Antonius Sutanta SJ (+).

Padahal, dulu lagu-lagu misa gaya Flores sangat populer di seluruh Indonesia. Lagunya gampang, pendek, enak, mudah diikuti siapa saja tanpa perlu menguasai notasi. Dolo-dolo ini jelas lagu hafalan tanpa teks atau partitur di Flores Timur dan Lembata.

Saya baru ngeh setelah membaca obrolan di grup liturgi media sosial beberapa bulan lalu. Ada topik tentang Misa Dolo-Dolo dilarang dibawakan dalam perayaan ekaristi karena teks atau syairnya tidak sesuai dengan TPE: tata perayaan ekaristi.

Saya cek akun Pusat Musik Liturgi (PML) Jogjakarta. Sebab, PML yang menerbitkan buku Madah Bakti yang isinya sangat dominan lagu-lagu inkulturasi. Berkat jasa PML pula lagu misa dolo-dolo dan misa gaya daerah lain sangat populer di Indonesia.

Madah Bakti kemudian diganti buku Puji Syukur pada tahun 1990-an. Sejak itu lagu-lagu liturgi inkulturasi mulai berkurang. Semua lagu inkulturasi ciptaan Paul Widyawan (+), dedengkot PML dihilangkan. Tapi misa dolo-dolo masih ada di Puji Syukur Nomor 357, 358, 395, 416.

Kalau memang ada di Puji Syukur sejak 1990-an, mengapa misa dolo-dolo dilarang? Kawan-kawan yang aktif di paduan suara, dirigen lingkungan, wilayah atau kategorial pasti lebih tahu informasi terbaru. Saya hanya umat awam.

Direktur PML Pastor Karl Edmund Prier SJ tak lama sebelum meninggal dunia sempat meluruskan isu pelarangan misa dolo-dolo ini. Sebagai penerbit Madah Bakti, komponis, mahaguru, pakar musik liturgi kelas dunia, Romo Prier menegaskan bahwa tidak ada yang salah dengan misa dolo-dolo.

Pastor asal Swiss ini menunjuk buku nyanyian liturgi di Jerman sebagai perbandingan. Syair-syairnya tidak semua mengikuti TPE tapi lebih sederhana ala dolo-dolo. Dan sampai sekarang tidak masalah di Jerman.

Romo Prier bahkan menyebut lagu misa dolo-dolo sebagai lagu yang enak dan sangat mengumat karena berisi dialog antara solis, umat, imam. Dialog seperti ini penting dalam liturgi.

Karena itu, Romo Prier tidak setuju kalau misa dolo-dolo dilarang dibawakan di seluruh Indonesia. Semua keuskupan punya otonomi dan otoritas untuk menentukan lagu-lagu liturgi di wilayahnya masing-masing.

Dus, tidak harus mengikuti Komisi Liturgi KWI di Jakarta. "Jangan membuat umat bingung," kata Romo Prier yang sepanjang hayatnya fokus menggeluti musik liturgi, khususnya inkulturasi.

Sabtu pagi, 11 Mei 2024, masih ada pertanyaan dan diskusi soal misa dolo-dolo dan puji syukur. Apakah benar sudah dilarang dibawakan di gereja-gereja?

Yos Dato, praktisi liturgi dari Timor, NTT, menulis begini:

"Benar sekali (misa dolo-dolo dan misa syujur dilarang). Lagu Ordinarium adalah salah satu bagian penting dalam liturgi Gereja Katolik khususnya, dan penempatan lagu Ordinarium searah dengan tuntutan liturgi Katolik. 

Mari kita melihat kembali bahwa liturgi adalah hal yang penting dan oleh karenanya umat butuh keheningan batin, dan liturgi itu harus khusuk. Untuk lagu Ordinarium dalam anjuran PUMR, SC, dan MS.  

Dijelaskan bahwa lagunya tidak panjang, teksnya harus berdasarkan anjuran TPE dan tidak bersifat solo.  Oleh karenanya, keempat lagu tersebut wajib menggunakan lagu Ordinarium berdasarkan anjuran dokumen resmi Gereja.

 Mengenai lagu misa dolo-dolo kita harus lihat syairnya apakah sejalan dengan TPE atau tidak.  Apakah ketika kita buat perbandingan ada perbedaan tidak? 

Nah, ketika dibedah dua lagu antara dolo-dolo dan misa senja seperti yang saya katakan bahwa syairnya tidak sesuai dengan anjuran tata musik liturgi yang benar. Oleh karenanya, lagu-lagu ordinarium yang bersifat solo saat ini dihentikan bahkan ditidakan.  

Kembali lagi bahwa lagu tersebut juga masih berbau profan walaupun enak didengar dan mudah diikuti oleh umat. Karena saking enaknya maka musik pun layaknya pesta. 

Liturgi resmi gereja KWI saat ini sedang melakukan berbagai sosialisasi di gereja-gereja lokal karena umat saat ini lebih euforia ke hal-hal yang berbau profan dibandingkan dengan musik suci."

Mudah-mudahan umat Katolik tidak bingung. Khususnya jemaat di Flores Timur dan Lembata yang menjadi daerah asal lagu dan tarian dolo-dolo. 

Prabowo Muda Sering Dikejar-kejar Gadis-Gadis di London, Mengapa Bowo malah Membentak Cewek-Cewek Bule?

Kriiiiingng....
"Can I speak with Bowo, please?"
"Who speaking here?"
"Jane."

Demikianlah telepon di rumah keluarga Dr Sumitro di London setiap saat berdering. Kebanyakan telepon-telepon itu berasal dari gadis-gadis Inggris cilik yang ingin bicara dengan Bowo - nama lengkapnya Prabowo Subianto.

Anak ketiga Dr Sumitro sering dikejar oleh gadis-gadis cilik karena parasnya yang cakep. Kali ini Jane yang ingin bicara. Lima menit kemudian Margareth. Lain kali lagi Rose.

Akan tetapi gadis-gadis cilik ini kerap kali juga dibuat kecewa karena Bowo yang baru berusia 15 tahun dan belum suka cewek-cewekan sering kali membentak mereka agar jangan mengganggunya di rumah.

"I've told you many times not to call me at home!"

Bowo sudah beberapa tahun menetap di London bersama ibunya Ny Dora Sumitro, kakaknya Maryani Ekowati, dan adiknya Hasyim Suyono. 

Kakaknya yang sulung Biantiningsih yang berusia 19 tahun telah setahun lebih meninggalkan mereka untuk belajar sebagai mahasiswi tingkat II pada Universitas Wisconsin, Amerika Serikat. Sedangkan ayahnya Prof Dr Sumitro dalam enam bulan kadang-kadang hanya satu minggu tinggal bersama mereka.

Di sini nampaklah betapa beratnya kehidupan Ibu Dora Sumitro, seorang wanita Manado, sebagai seorang ibu dari 4 orang anak yang selalu harus berpisah dengan suaminya di tempat asing.

Problem-problem rumah tangga kerap kali harus dipecahkannya seorang diri. Salah satu problem misalnya Hasyim yang ketika meninggalkan Indonesia baru berusia tiga tahun kini sama sekali tidak dapat berbahasa Indonesia.

Akan tetapi, untunglah bahwa anak-anak tersebut dalam bidang pendidikan tidak banyak menimbulkan kesulitan bagi ibunya. Mereka semuanya pada umumnya mewarisi kepandaian ayahnya. 

Terutama Bowo sangat menonjol sekali kecerdasannya di sekolah, sehingga ia meloncat satu kelas dan kini duduk bersama dengan kakaknya, Maryani, di kelas dari sebuah sekolah menengah di London. Menurut rencana, keluarga Sumitro akan kembali ke tanah air setelah kedua anak ini lulus.

Kehidupan di London ini jauh lebih bahagia jika dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Pada saat permulaan hidup pengembaraan mereka, sekitar tahun 1957-1958, mereka jauh lebih banyak mengalami kesengsaraan.

Ketika meninggalkan Indonesia pada 10 Mei 1957 mereka mengungsi ke Singapura. Di sini mereka tidak tinggal lama karena kemudian Dr Sumitro kembali ke Manado untuk mondar-mandir ke di daerah-daerah, khususnya di Padang dan Palembang.

Tahun 1958 mereka untuk kedua kalinya meninggalkan tanah air untuk mengembara di Singapura, Kuala Lumpur, Zurich, dan akhirnya London. 

Di Singapura dan Kuala Lumpur mereka hanya tinggal kira-kira 1,5 tahun karena kehadiran mereka tidak dikehendaki oleh pemerintah negara-negara tersebut. Demikian pula di Zurich permintaan perpanjangan izin mereka tidak dikabulkan.

Sementara itu, Dr Sumitro sendiri mondar-mandir dari satu negara ke negara lain dan hanya kadang-kadang saja singgah ke rumah mengunjungi anak istrinya. 

Di Bangkok, Singapura, dan Kuala Lumpur Dr Sumitro sering tinggal karena di tempat-tempat itu ia membuka kantor penasihat ekonomi yang diberi nama Economic Consultant for South Asia sekadar untuk mencari nafkah bagi hidupnya.

(Kutipan dari Threes Nio, Kompas, 11 Juli 1967)

Jumat, 10 Mei 2024

Pendeta Gunawan Gagal di Pileg, Coba Maju Pilwali lewat Jalur Independen, Syarat Terlalu Berat, Waktunya Sangat Mepet

Gunawan ini pendeta + politikus di Surabaya. Dulu lebih berat pendetanya, makin ke sini makin politis. Kalau dulu biasa kutip ayat-ayat Alkitab, sekarang sudah fasih bicara ayat-ayat Surya Paloh, Grace Natalie, Harry Tanoe, Angela Tanoe, dan sejenisnya.

Ambisi Gunawan masuk jalur politik katanya demi memperjuangkan kepentingan masyarakat Surabaya. Tak pandang suku, agama, etnis, dsb. Karena itu, dia biasa bergaul dengan santri-santri keturuna n Madura di Surabaya.

Lelaki Tionghoa Surabaya ini awalnya pentolan PSI Surabaya. Partai baru yang getol menyuarakan suara kaum muda milenial dengan isu-isu menarik. PSI yang belum diambil alih Kaesang Jokowi.

Tak puas di PSI, Gunawan pindah ke Nasdem. Partainya Surya Paloh ini mengusung tema restorasi Indonesia. Apanya yang direstorasi? Semuanya, kata Gunawan dulu ketika jadi kader Nasdem.

Pendeta Gunawan blusukan ke mana-mana untuk kampanye pileg. Mengusung tema restorasi dsb. Tapi gagal terpilih jadi wakil rakyat.

Tiba-tiba Gunawan bikin kejutan. Maju sebagai calon wakil wali kota Surabaya dari jalur independen. Calon wali kotanya Moh Yasin keturunan Madura. Paslon independen Madura-Tionghoa ini nyaris lolos pertandingan Pilwali Surabaya 2020.

Setelah diverifikasi ulang, paslon Yasin-Gunawan ternyata kurang syarat dan ketentuan. Dinyatakan TMS: tidak memenuhi syarat.

Saya pikir Gunawan kapok main politik dan kembali fokus mengurus domba-domba di gereja. Susah juga kalau gembalanya terlalu sibuk di politik. Domba-domba bisa keleleran + kelaparan.

Eh, tiba-tiba muncul baliho Gunawan di mana-mana. Gambarnya disandingkan dengan Angela anaknya Harry Tanoe. Rupanya Gunawan sudah pindah ke Perindo, partainy Harry Tanoe.

Kali ini pun gagal. Perindo tidak lolos ke parlemen. Tapi Gunawan tidak patah semangat. Energinya untuk restorasi lewat jalan politik masih meluap-luap. Kalau cuma khotbah di gereja efeknya tidak ada. Apalagi Gunawan bukan pendeta kelas kakap macam Stephen Tong atau Alex Abraham Tanuseputra (+) bapaknya Bethany.

Dua hari lalu, saya dapat pesan elektronik dari Pendeta Gunawan. "Saya lagi di KPU Surabaya terkait calon independen wali kota," katanya.

Haleluya! 

Rupanya Gunawan ingin maju lagi sebagai calon perseorangan di Pilwali Surabaya 2024. Sebab hampir semua partai di Surabaya merapat ke paslon petahana Eri Cahyadi dan Armuji dari PDI Perjuangan. 

Bukan tidak mungkin Eri-Armuji tidak punya lawan di pilwali 27 November 2024. Ini tidak sehat. Demokrasi perlu kompetisi. Lucu kalau pemilihan wali kota hanya diikuti satu paslon vs kotak kosong.

Bagaimana hasil konsultasi di KPU Surabaya?

 Gunawan: "Menurut pandanganku, Pilkada khususnya Pilwali Surabaya 2024 ini "tidak bersahabat" dengan calon dari perserorangan.

Tanpa adanya beifing kepada bakal kontestan perseorangan. KPU RI mengumumkan bahwa 12 Mei 2024 akan menjadi batas waktu penyerahan surat dukungan. Bilamana bakal kontestan masih belum jelas, bisa bertanya kepada Help Desk KPU setempat yang dibuka mulai 5-8 Mei."

 Gunawan: Tanggal 5 Mei (Minggu) saya sempat datang ke KPU Surabaya tapi tutup.  Barulah pada hari Senin saya melihat IG KPU Surabaya tentang berita batas waktu penyerahan surat dukungan tersebut.

 Dalam berita yang disampaikan melalui IG KPU Surabaya tersebut tidak ada penjelasan mengenai aturan main seperti:

1. Bagaimana mendapatkan akun Silon untuk meng-upload surat dukungan?

2. Berapa jenis surat dukungan yang digunakan?

3. Apakah tidak ada kesempatan perbaikan?

4. Apakah tetap berlaku penalti seperti saat 2020 lalu?"

Gunawan kembali mendatangi KPU Surabaya di Jalan Adityawarman. Intinya, batas waktu penyerahan  12 Mei  (Minggu)

"PASTI TIDAK NUTUT," tulis Gunawan dalam huruf kapital semua.

Verifikasi administrasi (VerMin) dan verifikasi faktual (VerFak) surat dukungan di bawah Sarminduk 144.209 secara otomatis GUGUR. 

"Tentu ini SANGAT BERAT bagi bakal kontestan," kata Gunawan.

Sangat berat, tapi tidak ada yang mustahil bagi Allah, kata Alkitab.

Hotel Tanjung Surabaya Tinggal Kenangan, Dijual setelah Kalah Bersaing di Era Milenial

Semalam Ama duduk di depan Hotel Tanjung, Jalan Panglima Sudirman 43-45 Surabaya sambil menunggu nobar pertandingan Indonesia U-23 vs Guinea di samping belakangnya. Ngeri-ngeri sedap suasananya. Suwung.

Salah satu hotel tua di tengah Kota Surabaya itu kosong melompong. Jadi bangunan mangkrak. Ada beberapa banner besar: DIJUAL. Rupanya belum laku meski sudah lama Hotel Tanjung ditutup dan ditawarkan kepada khalayak di media sosial dan banner besar.

Ama lalu coba hubungi nomor yang tertera di spanduk itu. Mbak Susi sang agen  properti membenarkan bahwa tanah dan bangunan eks Hotel Tanjung memang dijual. Siapa berminat?

Susi menulis pesan pendek di WA:

"Luas 2170m (40x52) l. Dua Sertifikat (1755m HGb sd 2036 dan 415 m SHM).  55 kamar kosongan."

Berapa yang diminta? "Harga 60 juta per meter," kata Susi.

Apakah sudah ada yang berminat?
"Iya, ada beberapa perusahaan minat dan msh dlm proses pengajuan."

Wawancara atau lebih tepat obrolan pendek itu selesai. Sebab laga krusial timnas Indonesia vs Guinea segera dimulai. Informasi dari Susi sangat penting meski hanya sekilas.

Hotel Tanjung termasuk salah satu hotel tua di Surabaya. Tempo doeloe atawa zaman Hindia Belanda sudah ada ini hotel dengan nama Pension Palmenlaan.

Doeloe (ejaan lama sebelum kemerdekaaan) banyak sekali hotel di Surabaya yang pakai nama pension. Pension Embong Tandjoeng, Pension Embong Woengoe, Pension Splendid, Pension Klopper, Pension Laarman, Pension Huize Wolf dsb dsb.

Pension ini tidak ada hubungan dengan pensiun atau pensiunan. Mbah Gugel menulis:

"A pension hotel is usually not a boarding house, but is a real hotel. A pension hotel provides rooms with no or few amenities. They usually have private bathrooms with showers. A pension hotel usually has a window air conditioning unit, but the hallways and other areas of the hotel are usually cooled only by fans."

Kembali ke Pension Palmenlaan di Jalan Palmenlaan (sekarang Jalan Panglima Sudirman). Bangunan lama pada zaman Belanda dibongkar lalu dibangun hotel baru pada 1970. Dinamakan Hotel Tanjung.

Lokasinya yang sangat strategis di tengah Kota Surabaya. Karena itu, dulu Hotel Tanjung termasuk salah satu hotel yang sangat laris. Okupansinya selalu tinggi.

Selain jual kamar, Hotel Tanjung juga punya tempat untuk seminar, pertemuan, pesta, serbaguna lah. Ama dulu sering mengikuti seminar-seminar di Hotel Tanjung ini.

Sebelum 2000-an sebagian besar tim sepak bola yang bermain di Surabaya biasanya menginap di Hotel Tanjung. Selain nyaman dan wah (pada masanya), jarak ke Stadion Tambaksari juga tidak terlalu jauh. 

Karena itu, dulu banyak anak muda yang datang ke Hotel Tanjung untuk minta tanda tangan pemain-pemain sepak bola top atau pelatih. Sekaligus ngobrol atau wawancara tipis-tipis dengan pemain idolanya.

Salah satunya Fifin gadis asal Malang berdarah Madura. Modusnya minta tanda tangan Paul Cumming, pelatih Perseman Manokwari, tahun 1980-an. Fifin juga memanfaatkan Paul untuk praktik berbicara dalam bahasa Inggris dengan native speaker.

Tak disangka, hubungan antara Fifin dan Paul Cumming makin erat dan sulit dipisahkan. Mereka akhirnya jadi pasangan suami istri hingga mau memisahkan. Paul Cumming meninggal tahun 2023 lalu di Malang.

"Hotel Tanjung itu penuh kenangan dan nostalgia. Saya kenalan dan akrab dengan Paul ya di situ," kata Fifin.

Kini, hotel tua yang punya banyak kenangan dan romantisme itu - bagi orang-orang lawas - tinggal kenangan. 

Rabu, 08 Mei 2024

BMKG Tanjung Perak Minta Warga Waspada Banjir Rob di Kawasan Pesisir Surabaya 7--12 Mei 2024

Bulan Syawal segera berlalu.
Acara halalbihalal usai sudah.

Memasuki fase bulan baru, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Tanjung Perak Surabaya mengeluarkan peringatan waspada pasang laut maksimum di kawasan pesisir Jawa Timur.

Pasang maksimum itu terjadi pada 7--12 Mei 2024. Air laut seperti biasa terdampak gaya gravitas bulan sehingga pasangnya lebih tinggi dari angka normal. 

Ketinggian genangan air laut atau banjir rob bisa mencapai 120 hingga 140 sentimeter. Sudah barang tentu banjir rob akan berdampak pada aktivitas penduduk atau perkampungan di kawasan pesisir. 

Aktivitas transportasi di jalan raya dekat pesisir pun berpotensi mengalami gangguan akibat masuknya air laut ke daratan. BMKG meminta masyarakat untuk mengantisipasi kawasan pesisir selama fase bulan baru ini.

Sejumlah kawasan di Kota Surabaya yang disebut BMKG terdampak banjir rob antara lain Pelabuhan Tanjung Perak, Pelabuhan Kalimas, Surabaya Barat hingga Gresik dan Lamongan.

 Ketinggian banjir rob bisa mencapai 140 cm pada pukul 09.00 sampai 11.00.

Kawasan pesisir Surabaya Timur pun bakal terdampak banjir rob seperti Kenjeran dan Pamurbaya. Ketinggian air laut mencapai 120 sampai 130 sentimeter pukul 10.00 sampai 12.00 WIB. 

"Banjir rob itu memang sudah biasa. Kita-kita yang tinggal dekat laut sudah gak asing lagi kayak jangan asem aja," kata Mak Tik pedagang makanan di Pantai Ria Kenjeran.

Mak Tik sudah berjualan dan tinggal di pesisir Pantai Kenjeran sejak awal 2000-an. Menurut dia, banjir rob tidak begitu berdampak di sekitar Kelenteng Sanggar Agung, Patung Buddha Empat Muka hingga sentra PKL karena tanggul di pinggir pantai cukup tinggi. 

Selasa, 07 Mei 2024

Suster Maria Lourdes Uran MC dari Lembata Ketua Yayasan Santa Clara di Surabaya

Bapaknya suster ini sebetulnya satu desa dengan saya di Lomblen Island alias Pulau Lembata, NTT. Cuma beda kampung atau dusun. Kami di bukit, mereka di tepi pantai.


Namun, Ama Bean pada tahun 70-an pindah ke Lewoleba, sekarang ibu kota Kabupaten Lembata. Ama Niko, bapaku, tetap betah jadi orang desa meski sering diajak pindah ke kota yang ada listrik dan lebih maju.

 Ama Niko kemudian membeli tanahnya Ama Bean di Desa Lamawara dan bangun rumah di situ. Lokasinya dekat pantai dan sumur. Kampung nenek moyangku jauh di bukit. Jauh dari sumur dan pantai.

Ama Bean punya beberapa anak yang sangat cerdas - ukuran NTT. Salah satunya Lourdes. Cita-citanya jadi biarawati terkabul. Lourdes akhirnya berhasil menjadi Suster Maria Lourdes Uran, M.C.

 Kongregasi atau ordo Misionaris Claris. Biasa dikenal dengan Susteran Santa Clara.  Mereka punya 12 atau 15 sekolah di Surabaya, Klaten, NTT, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat.

Suster Maria Lourdes Uran MC sudah lama dipercaya jadi Ketua Yayasan Puspita Kencana. Yayasan inilah yang mengelola semua sekolahan Santa Clara di seluruh Indonesia.

Gak nyangka ada orang Lembata jadi pimpinan yayasan yang cukup terkenal di Surabaya. Sementara (hampir) semua orang Surabaya tidak tahu di mana Pulau Lembata itu.

Dulu saya tinggal di Ngagel Jaya Selatan. Gerejanya di Paroki SMTB (Santa Maria Tak Bercela) yang pernah dibom pada 13 Mei 2018 itu. Gereja itu dempet Susteran MC dan sekolahan Santa Clara.

Sekali-sekali saja saya bertemu Suster Lourdes. Sekaligus praktik bicara bahasa daerah Lamaholot yang makin kagok saking lamanya merantau di Jawa. 

Setelah pindah ke Gedangan, Sidoarjo, kemudian pindah lagi ke kawasan Rungkut, saya tak pernah lagi bertemu suster yang masih keluarga jauh ini. Sebab parokiku memang tidak lagi di Ngagel.

Entah mengapa, tadi malam saya bermimpi ketemu Suster Maria Lourdes Uran. 

Mungkin saya diingatkan untuk sembahyang kontas (istilah di kampungku untuk doa rosario) karena bulan Mei adalah bulan Maria. Orang Lembata saban hari sembahyang kontas setiap bulan Mei dan Oktober.

Ina Maria, peten kame ata nalan.
Bunda Maria, ingatlah kami orang berdosa.

Senin, 06 Mei 2024

Pabrik Paku Madjid Asnoen di Waru Diresmikan dengan Pesta Rakyat pada 26 Mei 1957


Ada kawan di Malang punya koleksi Pewarta Soerabaia, surat kabar tertua di Jawa Timur. Edisi 27 Mei 1957. Ada berita singkat tentang peresmian Pabrik Paku Madjid Asnoen di Waru Sidoarjo.

Aha... koleksi koran tempo doeloe itu sekaligus menjawab pertanyaan kawan-kawan di Surabaya dan Sidoarjo. Sekaligus meluruskan informasi di buku Surabaya City of Work karya Howard Dick bahwa pabrik paku di Waru diresmikan oleh Presiden Soekarno.

Yang betul, seperti ditulis Pewarta Soerabaia, Pabrik Paku Madjid Asnoen diresmikan oleh Gubernur Jawa Timur Samadikoen pada 26 Mei 1957. Acara peresmian sangat meriah dengan pesta rakyat.

Pabrik paku di perbatasan Surabaya dan Sidoarjo ini dibangun dengan biaya Rp 20 juta. Produksi tiap hari 15 ton paku.

Bila mesin diesel dapat berjalan maka produksi bisa mencapai 30 ton paku. Saat diresmikan mesin tersebut sedang disetel. Belum dioperasikan.

Koran Pewarta Soerabaia yang terbit di Jalan Petjinan Kulon (sekarang Jalan Karet) menyebut Pabrik Paku Madjid Asnoen ini sebagai pabrik pertama di Indonesia yang menggunakan mesin-mesin otomatis dan modern.

Peresmian pabrik paku legendaris itu juga dihadiri oleh Gubernur BI Mr Sjafruddin Prawiranegara, bekas Menteri Luar Negeri Roeslan Abdulgani, Wakil Menteri Perindustrian Prof Mr Prajoedi, dan Wakil Menteri Perdagangan Mr Boerhanoeddin.

Madjid Asnoen mengatakan pendirian pabrik paku di Waru ini tidak mudah. Banyak kendala yang dihadapi, khususnya terkait PP tentang tambahan TPI sampai 50 persen. 

"Tapi berkat keyakinan yang ada serta keteguhan hati yang prihatin maka cita-cita membangun pabrik paku dapat terlaksana," kata Madjid.

Pabrik Paku Madjid Asnoen kemudian jadi pabrik besar yang melayani kebutuhan bahan bangunan di seluruh Nusantara. Bahkan kawasan itu sampai sekarang dikenal sebagai Pabrik Paku. Sebelah timur Terminal Purabaya di Bungurasih.

BMKG Sebut 62 Persen Wilayah Jawa Timur Sudah Masuk Musim Kemarau pada Mei 2024



Kapan awal musim kemarau di Jawa Timur? 

Kelihatannya bulan Mei 2024 ini sudah masuk kemarau meski masih sering hujan ringan. Bulan April lalu BMKG Tanjung Perak mencatat 20 hari hujan di Kota Surabaya. Hanya 10 hari yang tidak ada hujan. 

Bukan Maret juga 20 hari hujan. Februari 23 hari hujan. 

Suhu udara tertinggi pada April mencapai 35,6 derajat Celcius. Warga Surabaya mulai mengeluhkan panas terik pada siang hari. Rasanya seperti mendekati 40 Celcius, kata sejumlah orang. 

Sumuk banget!

BMKG Juanda menulis di lamannya:

"Suhu panas yang terjadi di sebagian besar wilayah Jawa Timur dikarenakan sudah memasuki musim kemarau. Sehingga tutupan awan di langit sangat sedikit dan sinar matahari dapat sampai ke bumi secara maksimal akibat tidak adanya tutupan awan.

Sementara itu, secara karakteristik fenomena, suhu panas yang terjadi di wilayah Indonesia merupakan fenomena akibat dari adanya gerak semu matahari yang merupakan suatu siklus yang biasa dan terjadi setiap tahun, sehingga potensi suhu udara panas seperti ini juga dapat berulang pada periode yang sama setiap tahunnya."

BMKG mengonfirmasi bahwa wilayah Jawa Timur sudah mulai masuk musim kemarau. Bulan Mei ada 65 persen zone yang masuk kemarau. 

April ada 27 persen memasuki awal kemarau pada dasarian ketiga. Di antaranya, Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Mojokerto. 

Bulan Juni hanya ada 8 persen zona di Jawa Timur yang masuk kemarau. Artinya sebagian besar wilayah di Jawa Timur, 92 persen, sudah masuk kemarau pada bulan Mei 2024.

Rasanya musim hujan tahun 2023-2024 ini begitu lekas berlalu. Tidak terlalu lama. Intensitas hujannya juga tidak tinggi. Hampir tidak ada cuaca ekstrem yang membuat pohon tumbang, angin puting beliung dan sebagainya.

Tahun sebelumnya curah hujan sangat tinggi dan musim hujan lebih lama. Jas hujan harus ganti dua kali saking seringnya dipakai. Musim ini jas hujan jarang dipakai.

Minggu, 05 Mei 2024

Kaset Lusuh Incognito Terselip di Buku Lawas, Terkenang Wawancara Khusus dengan Jean-Paul ‘Bluey’ Maunick, Bos Incognito Band

Kaset Incognito ini terselip di buku lawas nan berdebu. Relasi Historis Kekerabatan Bahasa Flores karya Dr Inyo Yos Fernandez (UGM). 

Kaset-kaset tinggal kenangan. Sudah bertahun-tahun kita orang tak lagi mendengar musik dari kaset analog. Semuanya digital. Sekarang tinggal dengar di HP jutaan lagu tersedia.

Kaset Incognito itu ada kenangannya. Ada tanda tangan Jean-Paul 'Bluey' Maunick, band leader, produser, arranger, gutaris, penyanyi band aliran acid jazz asal Inggris itu. Orangnya kelihatan galak tapi ramah.

Sayang, sampul kaset Incognito yang ada tanda tangan Mr Maunick itu sudah hilang. Tinggal kaset pita aja.

Saat itu Incognito bikin live concert di Hotel Shangri-La, Surabaya. Saya nonton sekaligus dapat tugas mewawancarai beberapa musisi Incognito. Tokoh utamanya ya Jean-Paul 'Bluey' Maunick.

Bahasa Inggrisku sangat buruk saat itu. Sekarang pun masih buruk tapi sedikit lebih baik ketimbang 10 atau 15 tahun lalu. Obrolan dengan Mr Maunick ternyata asyik meski bicaranya cepat, mengalir, kadang gak jelas khas British English.

Saya memang kesulitan mengikuti kalimat-kalimat British English dari native speaker macam Mr Maunick ini. American English lebih jelas dan mudah dipahami seperti saat wawancara dengan Konjen USA Mr Wakin atau Mr Pollard dulu.

Acid jazz yang diusung Incognito Band ini memang asyik. Cocok untuk orang-orang yang senang party atau dugem. Beda dengan mainstream jazz ala Bubi Chen di Surabaya dulu.

Tidak banyak band di Indonesia yang bermain di genre acid jazz. Salah satunya The Groove. Itu pun sudah lama bubar. 

Jumat, 03 Mei 2024

Bahasa Nagi atau Melayu Larantuka Bermula dari Bahasa Para Pengungsi dari Melaka (Malaka) Malaysia


Tiga atau empat hari ini ada diskusi menarik tentang bahasa Nagi atau Melayu Larantuka di salah satu grup media sosial. Saya baca komen-komen warganet. Ada yang bagus, ilmiah, tapi banyak juga yang asbun: asal bunyi.


Ini era post-truth. Mana yang benar, mana yang ilmiah, hoax, campur aduk di media sosial. Kita harus pandai-pandai menyaring informasi di dunia maya. Termasuk soal bahasa Nagi alias Melayu Larantuka ini.

Saya pun membuka kembali buku lama: Kamus Bahasa Nagi disusun oleh Ade Kaka Lamury. Mau ngecek kata "eja". Ada komen di grup Flores Timur yang ngotot bilang "eja" itu bahasa Nagi - artinya teman, kawan, sahabat, rekan.

Padahal, setahu saya "eja" itu bahasa Ende. Saya periksa Kamus Bahasa Nagi memang tidak ada kata "eja". Biasanya kata populer seperti kata ganti orang ada di kamus. Saya yang pernah tinggal lima tahun di Larantuka pun tidak pernah dengar orang Larantuka bilang "eja".

Ya, sudahlah, warganet bebas bicara!

Gara-gara buka Kamus Bahasa Nagi itu, saya membaca tulisan Dr Yan Riberu di kata pengantar. Orang Nagi berasal dari Malaka (Melaka), menurut tradisi lisan, tulis Yan Riberu.

Ketika kehidupan beragama (Katolik) agak terdesak, kelompok Katolik dari Malaka mengungsi ke tempat lain agar dapat menjalankan ibadah agamanya secara bebas. 

Sebagian pengungsi mengikuti jalan laut menuju ke timur melalui Gresik dan Makassar. Dari Makassar pengungsi terbagi. Ada kelompok yang berlayar terus ke timur ke arah Kepulauan Maluku. Ada sebagian yang berlayar ke selatan dan akhirnya terdampar di Larantuka, Konga, dan Hure.

Di tiga tempat itu, kata Yan Riberu, mereka bertahan hidup sebagai pendatang dan berusaha meneruskan tradisi keagamaan dan peradaban dari wilayah asalnya. 

Agama yang dianut adalah Katolik. Di tempat yang baru mereka tetap menghayati dan mengamalkan ajaran agamanya. Karena tidak banyak hubungan dengan wilayah luar, maka kelompok-kelompok ini memelihara dan mengembangkan tradisi keagamaannya sendiri. 

Sampai sekarang masih dapat dilihat tradisi keagamaan itu baik di Larantuka maupun Konga dan Hure. Khususnya Semana Santa atau Pekan Suci Paskah. Tradisi keagamaan sejak zaman Portugis itu menjadi ciri khas yang unik di Larantuka.

Bagaimana dengan bahasa Nagi?

Dr Yan Riberu menjelaskan, bahasa Nagi pada dasarnya adalah bahasa Melayu. Namun, dalam perkembangan sejarah bahasa ini dipengaruhi oleh bahasa para misionaris Portugal dan kemudian bahasa-bahasa setempat.

"Namun, sampai sekarang kandungan bahasa Melayu masih tetap dominan dalam perbendaharaan kata-kata bahasa Nagi," kata Yan Riberu asli orang Nagi.

Yan agak prihatin karena banyak generasi muda Larantuka, Konga, dan Hure sudah tidak terlalu memahami dan menghayati tradisi suku bangsa dan bahasanya. Karena itu, Kamus Bahasa Nagi jadi penting sebagai salah satu usaha untuk mempertahankan bahasa yang asalnya dari Malaka/Melaka (Malaysia).

Bahasa-bahasa di mana pun selalu menyerap kata-kata dari bahasa lain. Tak terkecuali bahasa Nagi dengan tidak menghilangkan ciri khas bahasa Melayu. Identitas kebahasaan, bahasa Melayu, hendaknya dipertahankan dalam pergaulan sehari-hari.

Rabu, 01 Mei 2024

Universitas Kartini Surabaya di Nginden Dibekukan, Lahan dan Bangunannya Dijual, Siapa Minat?


Ada beberapa perguruan tinggi lama di Surabaya yang kena penalti. Salah satunya Universitas Kartini di Jalan Nginden, Surabaya. Lokasi kampus ini di pinggir jalan  strategis dekat Terminal Bratang.

Warga yang lewat di Manyar, Nginden, Semolowaru, menuju Panjang Jiwo atau Prapen, Jemursari pasti membaca nama kampus itu: Universitas Kartini. Namun, secara akademik kampus ini bukan pilihan mahasiswa kebanyakan. Lebih banyak pegawai, karyawan, atau mahasiswa-mahasiswa tua yang hendak cari ijazah doang.

Proses perkuliahannya dianggap bermasalah oleh Kementerian Pendidikan dan Ristek. Makanya dapat peringatan beberapa kali. Kemudian dicabut izin operasionalnya dua tahun lalu. Kalau tidak salah ada 6 kampus di Jawa Timur yang kena penalti.

Budianto, karyawan Yayasan Universitas Kartini, mengakui kampus yang berdiri sejak 1982 itu sudah tidak aktif lagi. Alias dibekukan. Sejumlah mahasiswa yang tersisa dialihkan ke beberapa perguruan tinggi di Surabaya.

"Ada yang ke Unitomo, Unmer, Tritunggal dan sebagainya. Sekarang sudah selesai (kuliah) mereka," kata Budianto.

Budianto kini ditugasi menjual tanah dan bangunan bekas kampus Universitas Kartini alias Unkar Surabaya itu. Luasnya 2.500 meter. Sudah ada banner "dijual" terpasang di pagar kampus lawas itu.

Berapa harganya?

 "Minta 80 M - Rp 80 miliar. Lahan 2.500 meter itu cukup luas ukuran Surabaya," kata  Budianto.

Lelaki yang juga pengurus yayasan sebuah universitas swasta di Malang itu mengaku sudah banyak orang yang berminat. Panggilan telepon via wasap berdatangan. Namun, belum ada yang cocok.

"Kalau gak laku mau kita sewakan," kata Budianto.