Oleh Datin Asima Hj Abd Latiff
Penulis/Satrawan Malaysia
Orang Melayu Konga, Flores, 1915 (foto). Moyang mereka dari Melaka lari sesudah Belanda merebut kota dari Portugis, 1641.
Menurut Boxer (1947), perjalanan mereka dari Melaka, ke Makassar, lalu menyebar ke tempat² lain di timur. Waktu Portugis datang di Semenanjung Melayu, Portugis melakukan kebijaksanaan kahwin campur dengan orang-orang tempatan. Yakni dengan orang-orang Melayu, Cina peranakan, Chetty peranakan, di Melaka, dengan ketentuan mereka masuk agama Katolik.
Setelah lebih dari 100 tahun, datanglah Belanda menggempur Melaka, banyak orang² peranakan Portugis ini lari ke berbagai penjuru seperti Goa, Koromandel, Ceylon, Macao, Jepun, Makassar, dan Maluku.
Saat Belanda menaklukkan Makassar, banyak keturunan Portugis ini melarikan diri ke Flores Timur, yakni ke Larantuka, desa Wureh & desa Konga.
Selain membawa agama Katolik Roma, mereka juga membawa Bahasa Melayu, yang lalu berkembang menjadi Bahasa Nagi, yaitu Melayu Larantuka.
Orang Flores Timur sendiri sayangnya sudah pun jarang menyebut Bahasa Melayu Larantuka sebagai bahasa Melayu, lebih sering disebut bahasa Nagi, bahasa orang kota. Disebut bahasa orang kota karena berkembang di Kota Larantuka, selain desa Wureh & Konga. Di luar daerah itu, bahasa yang dipakai adalah bahasa Lamaholot.
Kajian tentang bahasa Melayu Larantuka atau Nagi yang sangat menarik.
BalasHapus