Jumat, 23 Juni 2023

Siswi berhijab bersih-bersih Gereja Katolik Tanggul, Jember


Ayas punya kawan lama saat kuliah dulu sekarang jadi pastor. RD Tiburtius Catur Wibawa. Gak nyangka mahasiswa FKIP Universitas Jember itu bakal jadi romo. Tapi bacaan-bacaannya, koleksi bukunya, rajin sembahyang dan misa memang sangat menunjang panggilan imamatnya.

Ayas dulu biasa pinjam kaset-kaset koleksi Catur. Biasanya lagu-lagu oldies. Titiek Puspa, Broery, Vina Panduwinata, hingga Sinatra, Jagger, Bon Jovi, Rod Stewart. Selera musik Catur sebelum jadi romo memang sangat luas.

Catur ini rada nyeniman memang. Punya kemampuan menulis naskah teater, puisi, hingga jadi sutradara. Lakon-lakonnya ada yang dipetik dari Alkitab. Salah satunya cerita tentang Ananias dan Safira. 

Ayas praktis tak pernah kontak Catur. Tahu-tahu muncul berita yang agak viral di media sosial dan internet. Ada romo Katolik di Banyuwangi yang bangun musala di Desa Kelir, Kecamatan Kalipuro. 

Oh, Tuhan, Catur Wibawa sudah jadi romo. Terkenal karena unik. Gerakan-gerakannya selalu di luar kotak. Penuh kejutan. 

"Saya sediakan musala karena sebagian besar pengunjung (lahan ekologi) beragama Islam. Mereka selalu bertanya tempat salatnya di mana? Yah, saya bangun musala saja. Sederhana khas bangunan Osing," katanya.

Dari Banyuwangi, romo praja Keuskupan Malang itu dimutasi ke Paroki Tanggul, Kabupaten Jember. Ayas sangat hafal gereja di dekat alun-alun yang dulu masih berstatus stasi. Belum jadi paroki. Parokinya ya Paroki Santo Yusuf, Jember. Sekitar 30 km dari Kota Jember. 

Ayas perhatikan di media sosial dan berita-berita daring kiprah Romo Catur Wibawa di Tanggul, Jember. Beda dengan pater-pater biasa yang fokus ke liturgi, katekese, dsb. Romo Catur masih getol menyapa warga setempat yang bukan Katolik. Sering ketemu kiai-kiai, ulama, baksos lintas agama.

Yang agak heboh di media sosial, Romo Catur membagikan video 5 siswi berjilbab dari SMAN 2 Tanggul sedang bersih-bersih gereja. Menyapu ruangan layaknya koster atau umat Katolik yang kebagian giliran membersihkan gereja. Para siswi itu tampak menikmati suasana gereja yang semula asing bagi mereka.

"Gereja Katolik itu mirip museum," kata seorang siswi SMAN 2 menjawab pertanyaan Romo Catur.

Romo asal Tegaldelimo, Banyuwangi, itu tidak mengajak lima siswi berhijab tersebut untuk kerja bakti di gereja. Mereka datang sendiri dalam rangka program penguatan pelajar Pancasila. Semacam aplikasi PMP tempo doeloe secara praktis.

"Keren banget," kata Romo Catur yang memang dekat dengan anak-anak SMA itu. 

Ayas sudah menduga video siswi berjilbab membersihkan Gereja Katolik Tanggul, Jember, itu bakal menuai polemik. Ada ribuan komentar yang pro dan kontra. Ayas cuma komen satu kata, "Haleluyaaaa!"

Sebagian mengapresiasi lima siswi berjilbab yang punya rasa toleransi tinggi. Gak ngomong tok tapi dipraktikkan langsung. Sebaliknya, tidak sedikit yang kontra. Menurut mereka yang kontra, toleransi itu tidak boleh kebablasan. Cukup tidak mengganggu umat beragama lain yang menjalankan ibadah. 

Adrian Irawan:
"Pada gila kalian dalam bertoleransi, klw toleransi itu gak harus juga begitu.yg jelas gak perlu kita ambil urusan mereka sampai masuk gereja cukup aja biar mereka beribadah gak perlu diganggu."

Ani Sinurat:
"Saya juga sering bersihin mesjid waktu saya SMP di Aceh. Guru saya nyuruh bersihin mesjid kami ramai ramai.  Bagi saya tidak jadi masalah buat saya, malah dulu saya pake hijab.

Kan daerah Aceh dulu otonomi daerah,  mau tidak mau harus  mengikuti mayoritas. Bagi saya  biarpun bersihin mesjid dan kesekolah pakai hijab gak ngaruh iman saya, tetap setia pengikut Kristus."

Bagi orang NTT, khususnya Flores dan Lembata, kalau sekadar menyapu gereja atau masjid mah kecil. Orang-orang Katolik di kampung pelosok sana justru bersama orang Islam membangun masjid di kampung. Orang Islam juga ikut bantu tenaga, pasir, batu untuk renovasi gereja atau kapela. 

Orang Katolik di pelosok NTT biasa jadi ketua panitia perayaan Idul Fitri atau Idul Adha. Belum lama ini orang Islam jadi ketua panitia Pesta Paduan Suara Gerejani (Pesparani) Katolik Nasional di Kupang.

Alangkah bahagianya hidup rukun dan damai! (Mazmur 133)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar