Selasa, 27 Juni 2023

Citra Scholastika Bawakan Mazmur Tanggapan di Gereja Matraman Jakarta

Paroki Santo Yoseph, Matraman, Jakarta, baru saja merayakan hari jadi ke-144, pada Sabtu 24 Juni 2023. Sudah cukup tua gereja itu. Cukup banyak orang Flores yang membagikan gambar dan video perayaan HUT ke-144 Gereja Katolik Matraman di Jakarta Timur.


Paroki Matraman sejak dulu memang kental dengan suasana Flores. Gereja yang sangat Flores. Maklum, romo-romo yang bertugas di Matraman dari Societas Verbi Divini alias SVD alias Soverdi. Dan 90 persen, bahkan lebih pater-pater SVD itu berasal dari NTT, khususnya Flores dan Lembata.

Ada lomba poco-poco, tarian Gemu Famire dari Maumere, pakaian adat NTT dan sebagai. Seru banget, kata teman dari Ngada yang sudah karatan di Paroki Matraman. "Ucapan syukur 144 tahun paroki, Bung!" katanya.

Ayas lebih terkesan dengan Skolastika Citra Kirana Wulan alias Citra Scholastika alias Citra Idol. Artis top yang melejit lewat Indonesia Idol itu jadi bintang tamu di pesta paroki. Bukan bintang tamu biasa penyanyi asal Jogja yang jago membawakan nomor-nomor jazz, swing, blues dan pop kelas berat itu.

"Citra yang menyanyikan Mazmur Tanggapan," kata teman itu.

Wow, luar biasa! 

Artis atau penyanyi yang beragama Katolik sih lumayan banyak. Tapi jarang atau hampir tidak ada yang terlibat langsung dalam liturgi ekaristi. Apalagi jadi pemazmur. Biasanya artis-artis itu cuma menyanyi saat resepsi di luar gereja.

Ayas perhatikan gaya menyanyi Citra saat membawakan Mazmur Tanggapan. Apakah ada improvisasi ala penyanyi jazz atau blues? Ternyata tidak ada. Gayanya sangat klasik khas musik liturgi. Kualitasnya memang di atas rata-rata pemazmur yang bukan artis.

Citra Scholastika rupanya bukan sekali ini saja dipercaya sebagai pemazmur. Saat misa Malam Natal di Gereja Katedral Jakarta tahun lalu pun Citra tampil menyanyikan lagu Mazmur yang resitatif itu. "Deg-degan kalau menyanyikan Mazmur di depan ribuan umat di dalam gereja. Beda dengan menyanyikan lagu-lagu pop di konser," katanya.

Melihat latar belakang keluarganya di Jogjakarta, Citra Idol ini memang sejak kecil sudah aktif di liturgi. Katolik beneran! Karena itu, dia kerap menulis catatan yang reflektif tentang makna Natal, Paskah, dan sebagainya. 

Citra Scholastika pernah menulis:

"Bahwa keyakinan dan kepercayaan Maria akan kehendak Bapa lebih besar daripada ketakutan Maria diawali tiba tiba mengandung dan tiba tiba harus kehilangan anak dengan cara yg menyakitkan.

Teladan inilah yg mau mengingatkan stiap kali saya takut menghadapi hari ini atau esok, namun biarlah "terjadi padaku menurut kehendak Bapa" ."

Deo gratias!
Berkah Dalem!

7 komentar:

  1. Menurut kehendak Bapa. "Bapa" itu siapa? Zaman dahulu, ketika manusia menganggap dunia itu datar, dan surga terletak di langit (maka itu surga dalam bahasa Inggris disebut heaven -- artinya lelangitan), tetua2 membayangkan ada orang tua di atas langit, mengendalikan segalanya di muka bumi. Setelah Copernicus menemukan tata surya, bubar dah pendapat surga ada di langit. Apalagi setelah teleskop2 raksasa bisa menerawang jauh ke galaxy2 yang saking jauhnya jaraknya diukur dalam light-years (tahun cahaya). Bumi manusia ini ternyata hanyalah sebutir debu di antara triliunan benda2 angkasa yang tersebar di milyaran galaxy. Di mana Bapa berada? Emangnya ada alam semesta (universe) alternatif di luar yang kita tinggali sekarang? Mungkin saja.

    Bagi orang yang sudah mendalami sains, sulit menerima dogma adanya Bapa. Kecuali ... jika yang disebut Bapa atau Tuhan itu difahami secara metaforis. Artinya, misalnya, Bapa itu ialah sumber dari mana segalanya berasal, termasuk energi dan materi. Tapi ... Bapa itu maskulin. Sedangkan di dalam metafor ini mana ada maskulin atau feminin.

    Apakah Bapa punya kehendak? Nyatanya, dunia ini berjalan menurut hukum probabilitas. Jika mendalami fisika kuantum, elektron dan partikel2 lain bergerak secara stochastic menurut distribusi statistika. Jika semuanya bergerak maju secara stochastic, maka apa artinya "kehendak Bapa"? Karena tidak ada jalan ke depan yang deterministik, "kehendak" lebih mudah difahami sebagai: kemungkinan2 yang ada di depan hidup kita sebagai individu. Kemungkinan2 itu dipengaruhi oleh pilihan2 yang dibikin individu2 lain (termasuk mahluk2 dari berbagai spesies dari
    virus sampai mamalia). Ajaibnya, semua mahluk membuat pilihan2 untuk mencari energi (matahari) dan menjalani hidup mereka yang terbatas di dunia ini. Dalam sejarah, agregat kemungkinan2 yang dibikin manusia itu memang banyak mengandung kegagalan dan penderitaan, tetapi juga mengandung banyak keberhasilan dan kesukacitaan. Harapan akan sukacita itulah yang membuat manusia tetap maju, tanpa harus percaya akan adanya Bapa.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aja wedi Lambertus, nganti njaluk welas marang Gusti. Dosane tak tanggung dewe. Sampeyan gak melu2.

      Hapus
  2. Ora wedhi. Itu pendapet dan eksposisi yg sangat bagus untuk pencerahan. Sesekali orang Indonesia perlu membaca dan memahami pandangan² orang Barat yg saintifik dan rada bertentangan dengan keyakinan rakyat Indonesia.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pendapat itu bukan melulu orang Barat / putih lho. Banyak orang Indonesia yang berpikir begitu, tetapi tidak berani terus terang karena takut dihujat lingkungannya yang sangat beragama. Atau, mereka mikir2 begitu tetapi tidak bisa menyeberang jembatan, melewati point of no return untuk tidak percaya ... krn ada tarikan yang sangat kuat dari ketika mereka dibesarkan.

      Ajaran2 bapa ibu guru, papa mama, kakek nenek, dll. Liturgi, ritual, itu semua memberikan hiburan dan kenyamanan di saat kita susah. Memberikan kepastian di saat kita goyah. Sedang sebagai orang agnostik, hanya bergantung kepada dunia nyata, tanpa adanya kekuatan paranormal yang dianggap bisa memperkuat mental.

      Hapus
    2. Btw, kata wedhi itu berarti pasir. Sedangkan takut itu wedi. Saya juga baru tahu setelah membaca.

      Hapus
  3. Entitas entitas agama itu sebenarnya metafor bagi manusia. Tanpa metafor, sulit memahami. Malaikat pelindung di bahu kanan, setan penggoda di bahu kiri. Mana yang kau dengarkan? Bagi anak2 dan orang yang tidak banyak membaca, metafor tersebut sangat efektif.

    Begitu juga metafor Bapa, seperti yang diajarkan Yesus, sangat efektif untuk mengubah pandangan tentang Tuhan dari Perjanjian Lama yang jika marah sangat menakutkan (membantai anak2 sulung seluruh bangsa Mesir, menyapu bersih umat manusia dengan air bah, dll. ) dengan Bapa yang pengasih dan pengampun.

    Sangat berguna. Bagi saya ... tidak cocok. Santo Paulus mengatakan di 1 Korintus, ketika kita masih bayi, makan makanan bayi. Ketika menjadi dewasa, tidak cocok makan makanan bayi lagi.

    BalasHapus