Salah satu lembaga pendidikan bersejarah di Flores Timur, SMPK Sanctissima Trinitas Hokeng, resmi ditutup secara permanen pada 13 Desember 2024. Penutupan ini menyusul bencana erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki yang terjadi pada 10 November 2024, bertepatan dengan Hari Pahlawan.
Didirikan pada 6 Agustus 1958 oleh Sr. Guntil, SSps, SMPK Sanctissima Trinitas Hokeng telah menjadi bagian penting dari sejarah pendidikan di Flores Timur. Awalnya hanya menerima siswa perempuan, sekolah ini telah melahirkan ribuan alumni yang kini tersebar di seluruh dunia.
Sayangnya, letusan dahsyat Gunung Lewotobi memaksa sekolah yang akrab disapa Sanctris ini mengakhiri perjalanannya.
Seperti halnya Gunung Lewotobi Laki-Laki yang berdampingan dengan Gunung Lewotobi Perempuan, SMP Sanctris juga hidup berdampingan dengan Seminari San Dominggo Hokeng, yang sama-sama terdampak bencana.
Erupsi ini tidak hanya menghancurkan bangunan sekolah, tetapi juga mengubur kenangan para alumni dalam abu dan kerikil.
Bagi banyak alumni, SMP Sanctris adalah tempat mereka menanam benih panggilan hidup, terutama bagi mereka yang melanjutkan pendidikan ke Seminari San Dominggo Hokeng. Kisah-kisah masa remaja mereka diwarnai dengan asrama St. Agnes yang selalu terkait dengan Asrama Sesado.
Rumah Retret Sesa Banu menjadi saksi bisu perjalanan iman dan persahabatan mereka.
Dus Nimo, salah satu guru yang mengabdi di SMPK Sanctissima sejak 18 Agustus 2016, mengungkapkan rasa kehilangan yang mendalam atas penutupan sekolah ini.
"SMPK Sanctissima Trinitas-Hokeng dalam kenangan," katanya, mengenang hari-harinya di sekolah tersebut.
"Mengulas kenangan mengabdi di SMPK Sanctissima adalah seperti membuka album penuh cerita perjuangan, dedikasi, dan kasih sayang. Setiap hari di sekolah ini adalah lembaran baru penuh semangat, tawa anak-anak, kerja sama dengan rekan-rekan guru, serta upaya tanpa henti untuk membawa pendidikan ke tingkat yang lebih baik. Namun, semua itu tiba-tiba sirna bersama dengan letusan Gunung Lewotobi. Dalam sekejap, bencana alam ini menghancurkan fisik sekolah dan juga harapan yang telah terbangun selama bertahun-tahun."
Ia juga menambahkan, meskipun sekolah telah tutup, kenangan dan nilai-nilai yang ditanamkan selama ini akan terus hidup dalam diri setiap siswa yang pernah ia bimbing.
Penutupan SMP Sanctris adalah pengingat akan rapuhnya kehidupan di bawah bayang-bayang gunung berapi. Namun, semangat pendidikan yang ditanamkan oleh Sanctris akan terus hidup melalui para alumni yang kini tersebar di berbagai belahan dunia.
Duka ini adalah panggilan bagi semua pihak untuk bersatu membantu komunitas yang terdampak bencana dan melestarikan nilai-nilai yang telah ditanamkan oleh lembaga ini selama 66 tahun. SMP Sanctissima Trinitas Hokeng mungkin telah berakhir, tetapi warisannya akan terus berlanjut.