Selasa, 02 Mei 2023

Yuyun Kho, Biokong Kelenteng Bangkalan, bahagia bersama para dewa

Ayas manfaatkan libur Hari Buruh 2023 dengan ngelencer sejenak di Madura. Sebab unjuk rasa ribuan buruh saban May Day membuat macet di berbagai kawasan.

Di Pulau Madura tidak ada unjuk rasa. Jalan raya dari Jembatan Suramadu hingga tengah kota Bangkalan agak sepi. Maklum, tanggal merah.

Ayas, seperti biasa, mampir di Eng An Bio, kelenteng terkenal di Jalan Panglima Sudirman. Hendak ketemu Tante Yuyun Kho. Biokong asal Salatiga itu sudah jadi pengurus TITD Bangkalan sejak 1990-an. Ayas lama kenal betul Tante Yuyun karena sering ngobrol santai, wawancara, atau sekadar leyeh-leyeh di aula yang luas itu.

"Bu Yuyun sudah nggak ada. Meninggal dunia di Salatiga tanggal 6 Maret 2023 yang lalu. Kita doakan semoga beliau bahagia di surga," kata Tan Siansen yang rupanya jadi pengganti mendiang Yuyun Kho.

Ayas sempat mampir dan ngobrol dengan Tante Yuyun awal Februari lalu. Kondisi fisik wanita yang juga seniman lukis dinding itu agak merosot. Capek dan lambat. Maklum, usianya sudah di atas 70. Kalau tidak salah kelahiran tahun 1945. 

Meski terlihat capek, Tante Yuyun masih menjawab pertanyaan-pertanyaan sederhana tentang ciamsi, kertas sembahyang, hingga cara bertanya kepada dewa-dewi Tiongkok. Juga tentang suguhan yang harus dihidangkan kepada para dewa saban hari di altar masing-masing. 

"Kelenteng Bangkalan ini punya 7 altar. Tuan rumahnya dewa bumi Hok Tik Ceng Sing. Itu dewa yang bawa rezeki. Makanya banyak orang dari jauh dateng sembahyangan ndek sini," kata Yuyun Kho.

Biokong sepuh itu tidak bisa berbahasa Tionghoa. Saban hari berbahasa Jawa campur Melayu Tionghoa khas orang-orang tempo doeloe. Meski sudah 30-an tahun bertugas di Bangkalan, Yuyun ternyata sama sekali tidak bisa berbahasa Madura.

"Bahasa Madura iku angele luar biasa. Kita orang ndak bisa," katanya. 

Yuyun Kho tergolong biokong yang telaten. Saban hari ia menyeduh teh tawar untuk disajikan kepada para dewa.  Tidak sembarang teh tentu saja. Ada doa-doa dan ritual yang diamalkan biokong seperti Tante Yuyun.

Selepas ritual sesajen, Yuyun Kho menggarap aneka hiasan dari kertas emas untuk sembahyangan. Wanita yang mengurus Kelenteng Bangkalan sejak kerusuhan pada 1996 itu (kalau tidak salah) memang seorang seniwati. 

Tante Yuyun biasa melukis figur-figur khas Tiongkok untuk hiasan dinding kelenteng. Membuat kertas keemasan ini jelas pekerjaan enteng buat dia. "Ini ada yang pesan kertas twa kim," katanya.

Satu bunga kertas biasa dijual Rp 30 ribu. Model yang ruwet dibanderol Rp 50 ribu. Cukup mahal karena harga kertas di Kapasan, Surabaya, naik. Belum lagi skill dan ketelatenan yang tidak dipunyai sembarang orang.

"Pesenan rodo seret karena covid," katanya.

Itulah obrolan terakhir dengan Tante Yuyun di Kelenteng Eng An Bio, Bangkalan. Sekarang beliau sudah bahagia bersama para dewa di jagat nirwana nan abadi.

Selamat jalan, Tante Yuyun!
Kamsia! Matur nuwun! 

4 komentar:

  1. Cik Yuyun bener tua, tetapi tidak sangat tua, seharusnya masih bisa tahan 10 tahun lagi.
    Tabel usia menurut catatan wong jerman :
    Usia 60 sampai 74 : STW, boleh dibilang masih kinclong.
    Usia 75 sampai 89 : Tua.
    Usia 90 sampai 99 : Umur panjang.
    Diatas usia 100 : Giamlo-ong lupa, Dewanya sudah pikun.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kamsia atas Siansen punya tabel umur. Tuhan Allah sudah panggil Cik Yuyun ke langit. Kita orang ikhlasken saja.

      Hapus
  2. Mas Hurek, hari ini saya ke Eng An Bio, tidak bertemu Tante Yuyun, denger crita Tante sudah meninggal, tiga bulan yg lalu?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar. Tante Yuyun meninggal di Salatiga 6 maret 2023. Rest in peace!

      Hapus