Cukup semalam di Gunung Kawi. Ayas lanjutkan perjalanan ziarah ke kawasan Malang Selatan. Tepatnya di Desa Purworejo, Kecamatan Donomulyo. Mampir di Gua Maria Sendang Purwaningsih.
Gua Maria ini cukup terkenal di kalangan umat Katolik di Keuskupan Malang. Ayas yang lama berparoki di Keuskupan Malang malah belum pernah pigi ziarah ke sini. Cuma baca-baca dan belakangan nonton gambarnya di YouTube.
Gua Maria Sendang Purwaningsih ini ada sejarahnya. Sebagai monumen atau tetenger keberadaan misi Katolik di Purworejo sekitar tahun 1932. Mbah Wagirin yang mula pertama jadi katekumen. Alias orang Katolik pertama di situ.
Lama-lama umatnya banyak dan jadi paroki. Paroki Purworejo cukup terkenal sebagai paroki desa yang berhasil. Devosi umat untuk Bunda Maria bagus. Mereka juga rajin ekaristi alias misa kudus.
Ayas bertemu Suparlan, penjaga alias juru kunci Gua Maria Sendang Purwaningsih. Mbah Lan asli Purworejo. Ngomong pakai bahasa Jawa halus. Ayas kurang fasih krama inggil sehingga beralih ke bahasa Indonesia pasaran.
Siang itu sepi banget. Gua Maria ini jauh dan terpencil dari jalan raya. Beda dengan gua-gua lain yang selalu ramai dan kadang mirip sentra pedagang kaki lima. Pondokan Mbah Lan juga agak jauh di bawah. Malah dekat dengan masjid.
Karena itu, kompleks Gua Maria ini sangat cocok untuk tirakatan, nyepi, mengasingkan diri, meditasi, atau sekadar mendaraskan rosario.
Ayas yang kecapekan dari Gunung Kawi -- lumayan jauh -- tertidur pulas di pendapa. Saat bangun ada seorang lelaki 40-an tahun. Kristoforus dari Paroki Pandaan. Kris ini bapaknya Flores, mama Jawa Semarang. Dia senang blusukan ke tempat ziarah, khususnya Gua Maria.
Akhirnya, ngobrol banyak dengan Kris. Banyak nyambungnya karena dia sejak kecil misdinar di gereja, aktivis KMK di kampus. Katolik banget pokoknya. Dia juga kagum dengan suasana Gua Maria di Purworejo meski nyaris kesasar dari kawasan Karangkates.
Sekitar satu jam kemudian datang 7 peziarah. Tionghoa semua. Ternyata dari Paroki Redemptor Mundi, Surabaya. Mereka sembahyang rosario lalu pulang. Tinggal Ayas dan Kris.
Pukul 19.00 Kris pulang ke Pandaan. Ayas memilih bertahan di gua. Turun ke Malang terlalu jauh. Fisik tidak kuat. Yah, tirakatan saja di depan Gua Maria.
Mbah Lan rupanya tidak tega melihat Ayas tidur di pendopo terbuka itu. Dia paksa Ayas tidur di kantor sekretariat yang ada kasur empuk. "Sampean itu tamu kehormatan saya," katanya.
Ayas akhirnya manut keinginan Mbah Lan. Padahal biasanya Ayas istirahat seadanya di depan Gua Maria. Itu biasa Ayas lakukan di Sendangsono, Kulonprogo, Jogjakarta, atau Puhsarang, Kediri.
Matur nuwun, Mbah Lan!
Berkah Dalem!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar