Jumat, 26 Mei 2023

Nostalgia 36 Butir P4: Kerja Keras & Tidak Boros



Ayas dulu hafal 36 butir P4: Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila. Murid-murid lain juga hafal atawa setengah hafal. Kalau tidak hafal sudah pasti nilai ulangan PMK akan jeblok.

Sekarang tak hafal lagi. Maklum, setelah Orde Baru tumbang, semua yang berbau Orba, Soehartoisme, dsb ditinggalkan. Bahkan jadi bahan guyonan di warkop dan media sosial. Usia bertambah juga membuat memori di kepala makin lemot.

Ayas kemarin dapat kiriman 36 butir P4 dari seorang guru di Surabaya. Orang NTT itu menganggap 36 butir P4 masih relevan di era digital ini. Coba dibaca pelan-pelan dan renungkan, katanya.

Ayas coba baca lagi butir-butir itu. Muncullah guru-guru masa lalu yang sudah rest in peace. Ternyata ada benarnya. Butir-butir itu tidak seburuk anggapan orang di medsos.

Ayas paling terkesan dengan butir-butir sila kelima. Suka menolong orang lain. Tidak memeras orang lain. Tidak boros. Suka bekerja keras. Tidak bergaya hidup mewah. Menghargai hasil karya orang lain.

Aha, rupanya P4 dulu sudah konsen dengan copyright alias hak cipta serta plagiarisme. Jauh sebelum ada budaya copy paste di era digital.

Selamat bernostalgia!

Butir-Butir Pancasila dalam Ketetapan MPR Nomor II/MPR/1978 tentang Ekaprasetia Pancakarsa.

KETUHANAN YANG MAHA ESA

1. Percaya dan Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.

2. Hormat menghormati dan bekerjasama antar pemeluk agama dan penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup.

3. Saling hormat-menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya.

4. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.

KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB

1. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan kewajiban antara sesama manusia.

2. Saling mencintai sesama manusia.

3.Mengembangkan sikap tenggang rasa.

4. Tidak semena-mena terhadap orang lain.

5. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.

6. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.

7. Berani membela kebenaran dan keadilan.

8. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, karena itu kembangkan sikap hormat-menghormati dan bekerja sama dengan bangsa lain.

PERSATUAN INDONESIA

1. Menempatkan kesatuan, persatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan.

2. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.

3. Cinta Tanah Air dan Bangsa.

4. Bangga sebagai Bangsa Indonesia dan bertanah Air Indonesia.

5. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhinneka Tunggal Ika.

KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT KEBIJAKSANAAN DALAM PERMUSYAWARATAN /PERWAKILAN

1. Mengutamakan kepentingan Negara dan masyarakat.

2. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.

3. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.

4. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi semangat kekeluargaan.

5. Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil musyawarah.

6. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.

7. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung-jawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan.

KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA

1. Mengembangkan perbuatan  luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan gotong-royong.

2. Bersikap adil.

3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.

4. Menghormati hak-hak orang lain.

5. Suka memberi pertolongan kepada orang lain.

6. Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain.

7. Tidak bersifat boros.

8. Tidak bergaya hidup mewah.

9. Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum.

10. Suka bekerja keras.

11. Menghargai hasil karya orang lain. 

12. Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.

16 komentar:

  1. Itu materi penataran P4 di seluruh Indonesia untuk indoktrinasi rakyat sejak di bangku sekolah dasar.

    BalasHapus
  2. Ajarannya bagus, tapi yang menyebarkan ajaran tidak memraktekkan malah melanggar semuanya. Makanya apa2 yg berbau Soeharto dilupakan. Walaupun harus diakui butir2 tsb memang bagus.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Memang bagus itu nilai2 P4 yang diajarkan oleh Orba. Kalau dilaksanakan dengen baek, maka Indonesia bisa makmur dan sentosa. Insya Allah!

      Hapus
  3. Mungkin, satu2nya yang dipraktekkan Orba dan Suharto dengan konsisten ialah sila Persatuan Indonesia.

    Yg lain?

    Sila ke-1: umat Tridarma tidak diakui keberadaannya.
    Sila ke-2: pembunuhan dan penghilangan banyak orang tanpa pengadilan.
    Sila ke-4: pemilu dilakukan dgn ancaman jika tidak memilih Golkar
    Sila ke-5: berbagai korupsi merajalela … yg ini hingga sekarang masih belum selesai

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itu terkait politik Orba yang anti Tionghoa. Maunya asimilasi total, ganti nama, ganti agama, ganti budaya dsb.

      Tridharma justru strategi siansen2 Tionghoa agar budaya dan religi Tionghoa bisa lestari via kelenteng2. Dengan jadi TITD kaka kelenteng2 dianggap sebagai bagian dari agama Buddha yang memang diakui negara Orba.

      Hapus
    2. Asimilasi total, ganti nama, ganti agama, ganti budaya, ganti bojo, dsb.... Apakah dalam praktek ada gunanya ? Yang lebih tepat adalah Integrasi, lebih sesuai dengan Bhinneka Tunggal Ika. Budaya Blandis dulu, juga tidak ada gunanya. Beta orang belanda lain kelir !, alias ; Kulo londo ireng !
      Ujug-ujug nya cuma jadi tukang pukulnya meneer londo. Yang dipukuli justru bangsanya sendiri.
      Sejarah selalu terulang lagi. Contohnya sekarang di Jakarta Utara, Pluit. Budaya Blandis muncul lagi : Aku pribumi tapi sipit ! Kapok lu orang warga tionghoa pilih RT orang tionghoa. Dulu engkong2 kita sudah bilang, jangan pilih tenglang jadi pemimpin, dia bakal lebih galak daripada pribumi. " Hopeng ciak Kupeng ". Koh, kapan Jij ganti bojo ?

      Hapus
    3. Menarik mendengar interpretasi Bhinneka Tunggal Ika. Di Amerika ada pandangan bahwa Amerika itu ialah suatu belanga peleburan / melting pot. Ini pandangan lawas ... karena ketika rasnya sama (kulit putih) dan agamanya sama (Kristen, baik protestan atau Katolik) lebih mudah untuk meleleh. Tapi ketika ras dan agamanya tidak sama, maka susyah bin angel untuk meleburkan yang berbeda. Sehingga ada pandangan baru, yaitu Amerika ialah tossed salad atau gado-gado sayuran, di mana bahan makanan masih utuh mempertahankan esensi mereka, walaupun sudah berbaur menjadi satu dan menghasilkan sajian yang unik. Saya kira ini konsep yang tepat untuk suatu negara yang beragam etnis dan budaya seperti Indonesia. Sinshe Tjio punya pandangan memang sangat mantap.

      Hapus
    4. Sedikit catatan tentang Tri Dharma. Sebenarnya sebutan itu dalam bahasa Hokkian sudah ada. Salah satunya dipopulerkan oleh aktivis / wartawan Tionghoa jaman Belanda bernama Kwee Tek Hoay. Mr Kwee dan pemimpin2 Tionghoa pada jamannya kuatir akan lunturnya nilai2 keTionghoa-an karena digerus pengaruh Belanda, sehingga anak2 muda Tionghoa menjadi Belandis, seperti istilah sinshe kita yang terhormat. Pd waktu itu mereka menyebutnya dengan nama Sam Kauw (Mandarin; san jiao, tiga ajaran/agama). Itu agar Sam Kauw bisa diajarkan di sekolah2 Tionghoa Tetapi kelenteng2 ya tetap saja memuja dewa (kong) masing2, baik Kwan Kong (Tao), Kwan Im (Buddha), dll.

      Barulah ketika Orba berkuasa, semua kelenteng diubah nama menjadi Rumah Ibadat TriDharma ... dan sdr Lambertus betul, itu strategi agar kelenteng2 yang sudah berusia ratusan tahun tidak diratakan dengan tanah karena ada bau Buddhanya, walaupun kong utamanya bukan Buddhis, wkwkwkwk.

      Hapus
    5. Dui dui.. zaman Orba yang paling getol berjuang adalah siansen dari Kelenteng Dukuh kalau gak salah Ong Kie Tjay. Beliau jadi ketua perkumpulan TITD seumur hidup. Dilanjutkan anaknya sumur hidup juga.

      Di TITD memang ada altar Buddha juga tapi bukan altar utama. Hari raya Buddhis macam Waisak pun sepertinya tidak ada sembahyangan dan perayaan.

      Ayas lihat hari raya yang paling meriah justru sejit atau HUT dewa yang jadi tuan rumah. Awalnya bingung tapi lama2 ayas jadi paham latar belakang dan filosofi rumah kong alias TITD alias kelenteng itu.

      Makanya orang Buddhis murni macam Maitreya dari dulu tidak setuju kalau umat kelenteng damakan dengan Buddha. Tapi begitulah kehebatan orang Tionghoa yang luwes dan lentur kayak pohon bambu. Gak kaku dan merasa benar sendiri.

      Anehnya, orang Tionghoa yang sudah konversi ke agama kitab malah jadi sangat kaku. Contohnya Rev Tang atau Felix Siauw yang jadi apologet keras.

      Hapus
    6. Heningkan cipta untuk Ong Kie Tjay xiansheng dan sepasang suami istri berani yg menggugat RI di pengadilan karena ingin menikah di kelenteng.

      Sayangnya ada salah kaprah, karena ada agama baru yang disebut Konghucu, padahal di Tiongkok sendiri tidak ada agama Konghucu. Coba di filem2 silat, mana ada kuil Konghucu. Tidak ada kelenteng yang long ya Konghucu. Konghucu, seperti Mengzi dan Laozi ialah filsuf. Agama yang ada ya Tao (seperti yang diwakili Butongpai) dan Buddha (spt Siau Liem pai).

      Ini pengaruh agama2 ahli kitab.

      Hapus
  4. Kamsia atas siansen punya pemandangan soal blandis2, londo ireng, londo sipit, pribumi lebih ngarab dsb. Asimilasi total gagal total karena bumiputranya malah lebih senang jadi wong timteng.

    Aha.. ayas jadi ingat baba2 lawas macam Sudono Salim, Mergonoto, dsb.

    BalasHapus
  5. Istilah belanga peleburan untuk melting pot sangat menarik. Dari dulu ayas belum dengar terjemahan melting pot. Justru orang Indonesia di USA yang bikin frase Indonesia yang mantaaap sekali. Kamsia.

    Belaga peleburan atawa asimilasi total susah memang. Tapi model Malaysia juga sangat berbahaya karena nation building gagal. Orang Melayu di Malaysia lebih tonjolkan kemuslimannya dan kemelayuannya ketimbang kebangsaan Malaysianya. Saban hari ayas lihat politisi2 PN dan PAS di Malaysia makin2 orang China dengan isu SARA. Bahkan kata Allah yang sejak zaman Portugis dipakai orang Serani di Alkitab pun jadi isu politik yang panas. Ngeri banget rasanya.

    Terlepas dari berbagai kekurangannya, Indonesia masih jauh lebih baik. Kita orang saban hari cangkrukan dan guyonan dengan orang Tionghoa biasa2 aja. Di Malaysia setiap ras sepertinya hidup di dunianya sendiri.

    Selamat Hari Pancasila!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Karena jumlah orang Tionghoa yang sangat lebih sedikit di Indonesia, shg scr politik mereka tidak kuat.

      Sy pribadi menganggap orang Tionghoa Malaysia sbg kebablasan. Yg angkatan 80an masih boleh cakap Melayu. Tetapi generasi di bawah sama sekali tidak boleh cakap karena semua etnis pada tersegregasi di sekolah kebangsaan. “Bangsa” di Malaysia bukan berarti nation seperti di Indonesia. Seorang Tionghoa Indonesia akan dgn bangga bilang: saya bangsa Indonesia. Sedang di Malaysia ada bangsa Melayu, bangsa Cona, dan bangsa Tamil.

      Hapus
    2. Iya. Di Malaysia warga Tionghoa dan India sangat kuat karena hampir 40%. Pribumi Melayu merasa terancam. Apalagi DAP yg Tionghoa punya kursi banyaak di parlemen karena Melayu terpecah ke banyak partai.
      Isu rasial atau SARA dipakai PAS dan PN untuk hujat Tionghoa saban hari di negara jiran itu.

      Indonesia beruntung ada Sumpah Pemuda. Semua etnis 714 etnis bahkan 800an etnis dan bahasa ikrar jadi satu bangsa bangsa Indonesia, satu bahasa, sagu tanah air.

      Tidak ada bangsa Malaysia di Malaysia. Yang ada bangsa Melayu, bangsa Cina, bangsa India, Dayak dsb tetapi bangsa Melayu di atas segalanya sebagai tuan atawa superior di antara bangsa2 yg ada.

      Hening cipta untuk para pahlawan Indonesia.
      Hebat Pancasilaaaaa.

      Hapus
  6. Pasutri yg nikah di Boen Bio Kapasan itu Budi dan Lanny. Rohaniwannya Bingky Irawan alm dari Sepanjang Sidoarjo yg kemudian saya kenal baik dan jadi hoping saya hingga beliau tutup usia.
    Saksi ahli di pengadilan adalah Gus Dur. Gak nyangka sekian tahun kemudian Gus Dur jadi presiden. Presiden Wahid langsung cabut aturan2 yg membelenggu Tionghoa, Khonghucu dsb. Gak ada yang nyangka.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih Lambertus. Anda setia menuliskan dan mengingat sejarah yang orang Tionghoa Indonesia sendiri sudah melupakan. Budi dan Lanny ini nama2nya patut dimasukkan ke dalam buku sejarah, begitu juga dengan suhu Bingky Irawan. Saya punya teman SD, namanya Jongky, sekarang jadi pendeta Tao.

      Hapus