Jumat, 29 April 2022
Dua Paus yang Bahagia di Vatikan
Sirikit Syah Berpulang, Kita Kehilangan Media Watch
Mbak Sirikit sangat kritis pada wartawan. Tepatnya karya jurnalistik. Itu selalu ia suarakan lewat buletin Media Watch dan program mingguan di Radio Suara Surabaya.
Saking kerasnya, wartawan-wartawan yang masih kerja di media mainstream cenderung mengambil jarak. Sebab idealisme Sirikit sering tidak berbanding lurus dengan pragmatisme bisnis media.
Terlalu idealis medianya bisa mati karena tidak dapat iklan. Terlalu pragmatis dan kompromi pasar juga membuat kualitas jurnalisme jadi hancur. Idealnya 9 elemen jurnalisme harus dijalankan. Tapi di lapangan sering melenceng dari pelajaran dasar untuk mahasiswa jurnalistik semester awal itu.
"Sekarang jurnalisme tanpa verifikasi kian merajalela di era media sosial," kata Sirikit.
Padahal, elemen jurnalistik nomor 1 adalah disiplin verifikasi. Tanpa verifikasi maka wartawan-wartawan hanya jadi corongnya humas pemerintah, kepolisian, militer, hingga public relations.
Kritik-kritik Sirikit memang sangat keras tapi perlu. Pahit tapi bikin sehat seperti minum obat. Karena itu, saya pernah mengundang Sirikit untuk memberikan pelatihan jurnalistik kepada wartawan-wartawan gereja di Surabaya.
Orangnya asyik ternyata. Omongan Sirikit yang kritis dan tajam ternyata disukai peserta seminar atau pelatihan. Salah satunya saat diklat jurnalistik komsos paroki di kawasan Citraland, Surabaya. Suasana sangat hidup.
Peserta bahkan minta tambahan waktu. Tapi honornya tidak ditambah. "Soal itu (honor) terserah Sampean aja. Saya senang kok kasih pelatihan jurnalistik di lingkungan gereja," kata Sirikit.
Maklum, saat itu duit panitia sangat terbatas. Honor hanya ala kadarnya. Padahal saya mengajak redaktur-redaktur senior, dan saya anggap hebat, untuk memberikan pelatihan jurnalistik. "Kita perlu beri edukasi juga ke konsumen media," katanya.
Sudah lama sekali saya tidak kontak Sirikit. Apalagi datang ke rumahnya di kawasan Rungkut sejak pandemi covid. Saya pun tak lagi membaca tulisannya di koran. Juga tak lagi dengar suaranya di radio.
Seasa pagi, 26 April 2022, beredar berita berantai di grup-grup WA. Sirikit Syah kembali ke pangkuan-Nya.
Selamat jalan, Mbak Sirikit!
Rabu, 27 April 2022
Nostalgia Cak Durasim di Radio Soeara Nirom Soerabaia
Sabtu, 23 April 2022
Syarah ceramah, pensyarah dosen, universiti universitas
Pater John Urus Kebun di Graha Wacana SVD Ledug
Wabah virus setan corona selama dua tahun juga berimbas ke rumah retret, tempat rekoleksi, dan sebagainya. Graha Wacana SVD di Ledug, Prigen, Pasuruan, ikut sepi.
Mahasiswa kedokteran harus baca ribuan buku tebal
Jumat, 22 April 2022
Wartawan doyan copas dan kalimat panjang
Sabtu, 16 April 2022
Misa Malam Paskah 3 Jam di Katedral Malang
Nostalgia Broken English di Bumi Advent Sumberwekas
Selalu ada nostalgia di Sumberwekas, Kecamatan Prigen, Pasuruan. Ada gereja tua: Masehi Advent Hari Ketujuh. Gereja di atas bukit ini tercatat sebagai salah satu gereja advent tertua di Jawa dan Indonesia.
Di atasnya lagi ada bumi perkemahan Mahanaim. Luasnya dua hektare lebih. Pernah jadi tempat kampore muda-muda advent se-Asia Pasifik. Pesertanya sekitar 5.000 orang. Ramai sekali.
Saya saat itu ditugaskan untuk meliput perkemahan yang dibuka Menpora RI. Sejak itulah saya mulai kenal agak dalam seluk beluk adventis. Aliran asal Amerika Serikat yang sangat memuliakan hari ketujuh alias Sabat atau Sabtu.
Tidak ada kebaktian hari Minggu untuk kaum adventis. Kita orang yang pigi misa atawa kebaktian pada hari Minggu dianggap keliru oleh para adventis ini. Sudah sering saya dengar khotbah soal ini dari pendeta-pendeta GMAHK. Saya juga dikasih buku-buku khas Advent untuk dibaca. Isinya ya kurang lebih seperti itu.
Saat meliput kampore itu (Advent tidak pakai istilah jambore), saya sadar betapa lemahnya english speaking saya. Apalagi menghadapi orang India, Korea, Vietnam, Thailand, Singapura, dsb. Logat bahasa Inggris mereka sangat berbeda satu dengan lainnya.
Kita orang jadi bingung sendiri karena tidak paham. Itulah kali pertama saya terpaksa (dipaksa keadaan) untuk mewawancarai orang pakai bahasa Inggris. Berat nian. Lidah serasa kelu di depan tuan besar kompeni.
Bahasa Inggrisnya pendeta-pendeta asal USA yang memberikan ceramah saat kebaktian dan seminar malah lebih jelas dan mudah dimengerti. Tokoh-tokoh Advent Indonesia macam Pendeta Andreas Suranto dari Surabaya sangat fasih cas-cis-cus berbahasa Inggris.
Karena itu, Pak Suranto jadi salah satu penerjemah di konferensi internasional itu. Beliau juga saya mintai tolong untuk jadi penerjemah atau interpreter saat wawancara dengan beberapa narasumber bule. Saya kemudian sering nyambangi beliau di pusat Gereja Advent, Jalan Tanjung Anom, Surabaya.
Gereja Advent Hari Ketujuh, mulai hadir di Sumberwekas, Prigen, Jawa Timur, sekitar tahun 1912. Bangunan gerejanya sendiri yang permanen mulai 1926 - kalau tidak salah ingat.
Sayang, pada 1980-an bangunan gereja itu keropos. Tidak bisa digunakan lagi. Karena itu, bangunan lama peninggalan zaman Belanda itu dibongkar. Dibangun gedung baru tahun 1985. Itulah yang terlihat di pinggir jalan raya Sumberwekas ke arah Trawas.
Saya sempat cari informasi lain seputar Gereja Advent Sumberwekas di internet. Mbah Google mengantar ke sebuah laman yang ada foto bagus Gereja Advent di Sumberwekas. Cukup menarik.
Eh, setelah saya baca dua alinea kok mirip banget naskah yang sangat saya kenal. Tulisan saya sendiri di blog lama yang almarhum. Cuma ditambah informasi baru di dua alinea terakhir. Kredit untuk sumber kutipan tidak ditulis.
Yah, membaca tulisan sendiri belasan tahun lalu seperti nostalgia. Membayangkan keramaian di bumi perkemahan Mahanaim itu. Membayangkan wawancara dengan anak-anak muda dari berbagai negara dalam bahasa Inggris yang berantakan, broken English.
Kamis, 14 April 2022
Jadwal Pekan Suci 2022 di Surabaya, Prokes Ketat
Rabu, 13 April 2022
Senam pagi nenek-nenek Rivers of Babylon Boney M
Minggu, 10 April 2022
Minggu Daun-Daun tanpa Perarakan Daun Palem
Gadis Peru menikmati asmara lampu ublik
Sabtu, 09 April 2022
Pater Wayan Eka Suyasa SVD Nostalgia Lembata dan Lomblen
Manusia di Ukraina bisa mati semua kalau ikut Matius
Rabu, 06 April 2022
Tukang Becak dan Pemulung Kembang Jepun Berumah di Angin
Selasa, 05 April 2022
Kacang kapri ternyata mahal banget
Apes! Dapat Duren Bosok di Pasar Lawang
Sabtu, 02 April 2022
hilang tak lapor polisi
temanku angin
bapanya guntur
ibunya cina
istrinya jawa
ahli ibadah
cinanya hilang
belum lapor polisi
Jumat, 01 April 2022
Kambing Haram, Babi malah Halal di Pelosok NTT
Semut pesta jemblem
beli jemblem di pasar krempyeng
lima ribu dapat empat
biasanya dapat lima
saiki sembarang larang, lengo larang, gulo larang, kata pedagang telo lema
sudah lama kita orang tak makan jemblem
singkong parut campur gula merah
cocok jadi teman ngopi
jemblem itu tak langsung dimakan
agak siang sajalah
kopi tubruk kapal api siap ngombe
ratusan semut mengepung jemblem
bagai tentara putin mengepung ukraina
semut pesta jemblem