Jumat, 04 Desember 2020

Romo Laurens Yatim Muda bersama ribuan pengungsi

Erupsi Gunung Lewotolok atau Ile Ape di Pulau Lembata, NTT, menjadi konsen keluarga besar Flobamora di Jawa Timur. Khusus para perantau asal Kabupaten Lembata. Lebih khusus lagi yang berasal dari Ile Ape.

Saya jadi makin sering mengecek laporan pemantauan Ile Ape di laman Kementerian ESDM. Erupsi masih ada tapi tidak sedahsyat hari pertama, Minggu 29 November 2020, yang mencapai ketinggian 5.000-an meter itu.

Pagi tadi, Jumat, 4 Deswmber 2020, ketinggian sekitar 500 meter. Satu dua hari lalu 800-an meter. Artinya, erupsi gunung di kampung halamanku itu berangsur menurun. Atau akan ada letusan susulan yang besar? Pakar vulkanologi sekaliber Prof Surono pun tak bisa memastikan.

Yang pasti, ribuan penduduk dari 26 desa dan 2 kecamatan dan 2 paroki masih berada di tenda-tenda pengungsian di Lewoleba. Banyak pula yang menumpang di rumah-rumah famili. Termasuk Kristofora Tuto, adik kandungku, dari Desa Lewotolok.

"Kame ia sot-sot," kata Kristofora. "Kami di sini sangat takut ada erupsi susulan. Informasinya simpang siur," katanya.

Tenang saja. Banyak berdoa dan sabar. Tunggulah sampai situasi aman baru pulang. Ikuti petunjuk pemerintah. Begitu antara lain nasihatku kepada si bungsu yang mudah nelangsa itu.

Saya pun memantau situasi pengungsi letusan Ile Ape lewat Romo Laurentius Yatim Muda. Pastor Paroki Tokojaeng itu cukup aktif membagikan imformasi tentang situasi Gunung Lewotolok. Lengkap dengan foto-foto terkini.

Sebagai seorang pastor, gembala umat, Romo Laurens pun ikut mengungsi. Bersama ribuan domba-dombanya di tenda-tenda. Romo Laurens selalu menguatkan umat agar berserah diri kepada Tuhan.

Romo Laurens menulis (huruf besar semua, ciri khasnya):

"SEBAGAI SALAH SATU PENGUNGSI DARI BELASAN RIBU PENGUNGSI, SAYA MENGUCAPKAN SYUKUR KEPADA TUHAN KARENA TELAH MENJAGA DAN MELINDUNGI KAMI HINGGA SAAT INI. 

SAYA JUGA BERTERIMA KASIH KEPADA SAUDARA/I SEKALIAN KARENA SUDAH... SEDANG DAN AKAN MEMBERI PERHATIAN KEPADA KAMI BAIK SECARA MORIL MAUPUN MATERIL SEHINGGA KAMI TETAP KUAT DAN SEMANGAT SAMPAI SAAT INI.

SEMOGA TUHAN MEMBERKATI ANDA KALIAN DENGAN SEGALA BERKAT SURGAWI DAN DUNIAWI OLEH ALLAH YANG MAHA KUASA."

Saya juga melihat foto-foto patung Bunda Maria di lokasi pengungsian. Ada seorang mama tua memeluk Bunda Maria erat-erat sambil menangis. Minta perlindungan sang Mater Dei agar para pengungsi yang jumlahnya ribuan itu sehat dan selamat.

Kalau ada bencana alam gunung meletus, tanah longsor, gempa bumi dsb, pertanyaan pertama saya kepada wartawan di lapangan adalah: "Berapa korban yang meninggal? Berapa korban luka? Berapa orang yang hilang?"

Maka, saya pun mengecek di laman internet dan kontak langsung beberapa kenalan. Ada lima anak yang hilang. Foto-fotonya sempat viral di media sosial.

Roma Laurens Yatim Muda akhirnya membagi informasi yang menyenangkan. Kelima anak itu sudah kembali.

"TUHAN, DENGARKANLAH DOA SEMUA ORANG YANG MEMOHON BELAS KASIH DAN PENGAMPUNANMU," tulis Romo Laurens.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar