Senin, 07 Desember 2020

Majalah Jaya Baya genap 75 tahun

Majalah Jaya Baya baru merayakan AMBALWARSA ke-75, Sabtu 5 Desember 2020. Usia yang terbilang panjang untuk ukuran media cetak di Indonesia.

Begitu banyak majalah dan koran yang terbit sejak era kemerdekaan, 1945, sampai era reformasi. Tapi tidak banyak yang bertahan. Bukan karena dibredel pemerintah seperti saat orde baru, tapi dibredel pasar. Media-media konvensional kehilangan banyak pembaca sehingga terpaksa tutup.

Era digiral yang menghadirkan media sosial dan online semakin membuat media cetak goyang. Informasi kini bisa diperoleh dengan mudah kapan saja. Tidak perlu menunggu besok atau minggu depan.

Karena itu, saya mengucapkan selamat hari jadi kepada Jaya Baya. Majalah berbahasa Jawa yang masih bertahan di era milenial. Selain Jaya Baya, di Surabaya ada satu lagi majalah bahasa Jawa, yakni Panjebar Semangat. Usianya lebih tua ketimbang Jaya Baya.

"Kami bisa bertahan karena didukung pembaca setia yang sepuh-sepuh," kata Widodo Basuki, redaktur senior yang mengelola Jaya Baya.

Di masa jayanya, menurut Widodo, oplah Jaya Baya pernah mencapai 95 ribu eksemplar. Luar biasa untuk majalah yang sangat segmented Jawa. Oplah setinggi itu boleh dikata mustahil terulang di era internet. Jangankan media berbahasa Jawa, majalah atau koran berbahasa Indonesia pun sangat sulit.

Karena itu, banyak budayawan, seniman, pengamat, berbagai komunitas ramai-ramai mangayubagya. Ikut berbahagia dan senang. Majalah berbahasa Jawa ternyata masih bisa eksis di tanah air.

Widodo Basuki.:
"Matur nuwun untuk semua sahabat, sesepuh pinisepuh yang telah memberi dukungan penuh doa pada ulang tahun Majalah Jaya Baya. Semoga ini menjadi berkah kekuatan untuk nguri - uri budaya melalui bahasa Jawa. Rahayu rahayu untuk kita semua. Jaya jaya wijayanti nir ing sambekala."

2 komentar:

  1. Nanti kalau pinisepuh sudah doed , 5 thn lagi , Jayabaya nggak Jaya lagi?

    BalasHapus
  2. Nggeh.. kebanyakan majalah2 berbahasa daerah seperti itu. Pembacanya sangat setia tapi sudah sepuh. Sulit melakukan regenerasi pembaca.

    Dulu saya pernah tinggal bersama seorang eyang yang langganan majalah Panjebar Semangat sejak berusia 20an tahun hingga meninggal dunia pada usia 80 tahun. Setelah mbah itu gak ada ya selesai langganan PS.

    BalasHapus